DAERAH

Menyedihkan, "Cruise" Hanya Lewat Buang Sampah

BALI, bisniswisata.co.id: MENYEDIHKAN, 80 persen penumpang kapal pesiar tidak turun, hanya lewat buang sampah. Tidak ada value ekonominya, untuk Bali.Sementara,realita di pelabuhan Benoa, tata ruangnya tidak diproritaskan pada wisatawan. Pelabuhan ini didominasi fasilitas angkutan barang, peti kemas dan perikanan. Secara lingkungan sangat tidak sehat, demikian dipaparkan Menteri BUMN Erik Tohir dalam FGD Rencana Pengembangan Benoa Maritime Tourism Hub Kamis malam di Kuta.

FGD menghadirkan Gubernur Bali Wayan Koster, Menteri BUMN Erik Thohir, Ketua komisi VI  Faisol Riza, dan Doso Agung, Direktur Utama Pelindo III.

Lebih lanjut Erik Tohir mengingatkan semua pihak menata dan membangun Benoa seperti yang dicita- citakan pemerintah dan masyarakat Bali serta pemerintah pusat, tidak hanya menjadi tanggungjawab BUMN. Kementerian memastikan proyek strategis (pelabuhan Benoa) didasari strategi bisnis jelas dan feasibility jelas.

“ Kita tdak ingin proyek pengembangan kita jadi proyek mangkrak. Nilai proyek ini hamper 5 triliun rupiah”, tegasnya.

Pengembangan pelabuhan Benoa menjadi layak pelabuhan interchange cruise, dan memenuhi standar eco tourism di target selesai tahun 2023. Benoa, tidak hanya dilengkapi fasilitas UKM, juga dilengkapi areal tambat kapal pesiar ukuran besar dan yacht yang terpisah dengan kawasan angkutan barang dan penumpang umum.

“Kapal pesiar yang disasar berpenumpang 4000 s.d 6000 penumpang”, ungkap Doso Agung, Direktur Utama Pelindo III dalam FGD tersebut.   

Pada kesempatan tersebut Gubernur Bali W Koster kembali mengingatkan semua pihak bahwa Bali telah menyumbangkan devisa untuk Indonesia dari sisi pariwisata, 39 persen total wisman indonesia masuk melalui Bali. Namun timbal baliknya untuk Bali, belum sepadan. Titik lokasi wisata di Bali sudah dipetakan pemerintah pusat sejak dulu, tanpa kejelasan tindak lanjut

 “Jika dibiarkan akan menimbulkan masalah besar ke depan. Beban pariwisata tak diimbangi perbaikan infrastruktur hingga pelestarian lingkungannya” tegas Koster.

Lebih lanjut ditegaskan bahwa pembangunan Bali berdasarkan kepada visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali, didalamnya ada prioritas perbaikan lingkungan.  Bali sedang membangun infrastruktur, yang sangat tertinggal, tidak sebanding dengan nama besar Bali sebagai destinasi wisata dunia.

Infrastruktur darat, laut, udara sedang “dikebut” untuk menipiskan ketimpangan utara-selatan. Koneksi akan dibangun lewat jalan lingkar Bali, shortcut, kereta api, LRT.  Pelabuhan Benoa, dirancang untuk menjadi pelabuhan terindah di dunia namun tetap ramah lingkungan dan menjaga ekosistem sekitarnya. Menghilangkan kesan kumuh dan ramah untuk ditambati kapal pesiar. Pengembangan terintegrasi dan konstektual pelabuhan Benoa tidak lepas dari kearifan lokal.

Bali yang diposisikan sebagai Jantung pariwisata Indonesia, juga akan mengalami  titik jenuh. Diperlukan upaya serius untuk tetap menjaga “jantung” tersebut tetap berdetak. Dan perihal pelabuhan Benoa sejak masa pemerintahan Presiden Gus Dur (alm) telah diwacanakan menjadi pelabuhan turn around wisman, mensinergikannya dengan eksitensi bandara Ngurah Rai. Hal maritim, Bali juga memiliki titik singgah kapal pesiar lain yaitu Celukan Bawang, Buleleng, selain Labuhan Amuk. Bali, termasuk 6 besar tujuan kapal pesiar di Asia. Diharapkan dengan Kabinet Indonesia Maju, Presiden Jokowi mampu mewujudkan mimpi tersebut.  Menurut Menteri BUMN, Bali dirancang jadi gerbang wisata maritim Indonesia. Pemerintah berkomitmen penuh untuk meningkatkan kunjungan wisata sebagai bagian Nawacita.

Dwi Yani

Representatif Bali- Nusra Jln G Talang I, No 31B, Buana Indah Padangsambian, Denpasar, Bali Tlp. +628100426003/WA +628123948305 *Omnia tempus habent.*