JAKARTA, bisniswisata.co.id: Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengakui baru pertama kalinya, Indonesia memiliki Calender of Event, dengan kriteria penyelenggaraannya harus benar-benar profesional, tepat waktu, rutin diselenggarakan, menggunakan kurasi, koreografi, iringan musik, desainer, kostum yang berkualitas.
“Malaysia sudah duluan punya Calender of Event dan kita tidak punya. Padahal keberadaan Calender of Event ini memiliki nilai strategis dalam mendatangkan wisatawan. Nah, saat saya menjabat sebagai menteri sudah saya gencarkan. Namun baru teralisasi tiga tahun kemudian,” papar Menpar saat membuka Workshop Penyelenggaraan Calender of Event di Gedung Kemenpar Jakarta, Senin (19/3/2018)
Sepanjang 2018, sambung Menpar, sudah ada 100 Calender of Event terdiri 50 events Budaya, 30 event Alam, 20 event buatan yang tersebar di Indonesia. “Saya minta Calender of Event ini ditata dengan baik, dan menjadi daya tarik wisatawan. Sehingga, Cultural Values dan Commercial Values dari events dapat tercapai. Tidak hanya melestarikan cultural values, juga commercial values harus di-monetised (dihitung nilai ekonominya), sehingga bisa diketahui dampak ekonominya kepada kesejahteraan masyarakat,” tandasnya serius.
Menpar mengaku dapat amanat Presiden Joko Widodo (Jokowi) ketika menyaksikan Jember Fashion Carnaval di Kota Jember, Jawa Timur pada tahun 2017. Pesannya agar kota-kota di Indonesia bisa memiliki festival/karnaval yang khas dan unik menjadi agenda kesenian yang diselenggarakan secara rutin, juga ada kalender event dan kalender tahunannya seperti Jember Fashion Carnival.
”Presiden Jokowi menegaskan keragaman budaya kita adalah sebuah kekuatan sekaligus keunggulan dibandingkan dengan bangsa-bangsa yang lainnya. Bahkan Presiden berkali-kali menegur saya ada banyak acara festival di berbagai daerah tapi belum berstandar global. Presiden minta harus berstandar dunia. Jadi penyelenggaraan event bestandar dunia ini permintaan Bapak Presiden,” lontar Menpar.
Dengan adanya teguran dan permintaan itu, sambung dia, pihaknya menugaskan Staf Ahli Multikultural selaku Ketua Tim Pelaksana Calender of Event (CoE) 2018 Esthy Reko Astuti untuk menyelenggarakan workshop atau coaching clinic tentang bagaimana memproduksi, mengemas serta mempromosikan event yang berstandar nasional.
Menurutnya, ada tiga aspek agar kemasan event memenuhi standar nasional. Pertama, tampilan koreografinya harus menarik dan tidak membosankan. Kedua, iringan musiknya berkualitas karena melibatkan komposer/arranger profesional. Ketiga, penggunaan busana/kostum yang membuat penyaji pertunjukan tidak sulit bergerak dan enak dipandang mata.
Setelah ketiga aspek terpenuhi, maka layak ditetapkan sebagai event berstandar global. ”Jadi Tugas utama Kemenpar selanjutnya mempromosikan event juga bagaimana strategi dan memasarkan event bisa memberikan nilai (value) dari segi budaya (culture) maupun ekonomi (commercial value) yang hari ini dipaparkan oleh pakar pemasaran dari MarkPlus,” kata Arief Yahya.
Kegiatan workshop/coaching clinic dihadiri 200 peserta dari seluruh Kadispar se Indonesia, juga dari Staf Kemanpar. Workshop hadirkan narasumber: Jacky Murrsy (pakar pemasaran sebagai Deputy CEO MarkPlus); Nalendra Pradono (MarkPlus); Dwiki Dharmawan (pakar dan praktisi musik anggota grup musik Krakatau).
Juga Dynand Fariz (perancang busana dan penggagas sekaligus Presiden Jember Fashion Carnival); Samuel Mattimena (perancang busana dan penyelenggaran event fashion show); Ndang Mawardi (CEO Inspiro Group/promotor dan MICE penyelenggara even olahraga); dan Denny Malik artis penari dan kareografer, pernah mendapat penghargaan Festival Tari Asia Pasifik.
Dengan workshop diharapkan dapat meningkatkan kualitas event yang diselenggarakan pemerinah daerah (Pemda) maupun private/komunitas agar minimal penyelenggaraannya berskala nasional dan layak dijual sehingga dampaknya dapat meningkatkan kunjungan wisman ke Indonesia yang tahun ini mentargetkan 17 juta wisman maupun menggerakkan 270 juta wisnus di Indonesia. (NDY)