KOMUNITAS LAPORAN PERJALANAN TRANSPORTASI

Melewati Malam Tahun Baru Jelang 2022 dari Atas Sleeper Bus Pandawa 87

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Melewati malam Tahun Baru jelang 2022 memang sudah menjadi pilihan saya untuk kembali pulang ke Jakarta dari Jogya setelah menghadiri acara Jumpa Pers Akhir Tahun ( JPAT)  27 Desember 2021 di Balairung Sapta Pesona, Jakarta.

Lokasi gedung Kemenparekraf yang berdekatan dengan stasiun kereta api Gambir membuat usai acara JPAT  saya menuju stasiun Gambir dengan tujuan ke Yogyakarta bila masih ada penjualan tiket. Sudah jelang akhir tahun, makam almarhum suami tercinta, best friend sekaligus soulmate belum ditengok.

Malam itu saya sudah di atas kereta Argo Lawu jurusan Solo yang berangkat pukul 20.45 WIB. Tanpa koper tanpa persiapan kecuali pakaian dalam pengganti di tas tangan dan sebuah tas anyaman berisi makanan nasi kotak, kopi serta air mineral dan kue dari acara JPAT.

Tiba pukul 2.00 WIB tengah malam langsung menuju rumah sepupu di kawasan Lingkar Luar Utara dekat bandara lama Adi Sucipto. Untung keponakan saya, Tasya, masih terjaga karena menuntaskan laporan akhir tahunnya untuk kantor.

Alhamdulilah sisa malam bisa untuk beribadah dan masih dilanjutkan sarapan pagi bersama orangtua Tasya dan video call bersama sepupu lainnya, Mardiana Thaher di Jember. 

Intinya obrolan siang itu Mar– panggilan akrabnya minta saya dan kakaknya,  Emma Benardie agar bergabung ke Jember untuk liburan akhir tahun.

Siapa takut ? tantangan di terima, selesai sholat dhuhur saya langsung ke agent bis Rosalia Indah dekat bandara untuk pesan tiket jam 16.00 jurusan Yogyakarta – Jember. Meski akhirnya jadi solo traveler lagi karena Tasya dan mamanya tidak bisa bergabung.

Setelah itu ngobrol satu arah dengan soulmate di makam Gambiran dan langsung menuju Kabupaten Bantul yang memiliki banyak masjid berusia ratusan tahun dan masih terjaga saat ini, salah satunya adalah Masjid Taqwa. 

Konon, Masjid yang berlokasi di Dusun Wonokromo, Kelurahan Wonokromo, Kecamatan Pleret, Bantul ini adalah tempat belajar mengaji Sri Sultan Hamengku Buwono I. Maklum almarhum suami, Mas Sulis dari keturunan HB ke IV sehingga saya punya ikatan batin juga.

Di sini saya bersilaturahmi dengan saudara-saudara alm suami yang tinggal disekitar mesjid ini. Ada Mas Dar yang sudah dua kali seminggu cuci darah, ada mbak Um istri Mas Dar, mbak Musi istri sahabat suami, ada Anna Munawir yang pernah satu kantor di Harian Bisnis Indonesia sekaligus jumpa adik semata wayangnya bernama Ridho dan saudara lainnya.

Jam 16.00 saya sudah berada di bis Rosalia Indah dengan tujuan Taman Gading, Jember. Singkat ceritanya di Jember bisa kuliner, kunjungi obyek wisata setempat, kasih pelatihan afirmasi buat 4 cucu-cucu dan keponakan serta malam terakhir sempat diner sama Jeffrey Wibisono, GM Java Lotus Hotel Jember yang lagi hits dengan acara-acara dan hadiah akhir tahunnya.

Interior terbaru dari sleeper bus Pandawa 87

Petualangan di Sleeper bus

Akhirnya petualangan naik Sleeper bus Pandawa 87 tiba. Sejak datang, Mas Pri, suami Mardiana Thaher, sepupuku yang bekerja  sebagai  tenaga kesehatan            ( nakes) yang bekerja di Rumah Sakit Umum dr Soebandi, Jember sudah memesan tiket pulang dengan bis yang memiliki cabin dengan kursi panjang layaknya tempat tidur.

Hari terakhir tahun 2021 kami meninggalkan rumahnya di Taman Gading, Jember menuju agen bis di pasar Mangku jember. Mobil mas Prie di parkir di pinggir jalan yang ramai. Petugas di agen berpesan kami menunggu di tepi jalan saja karena bis datang sebentar lagi dan tepat waktu.

Betul saja bis berwarna biru tua dengan ketinggian ekstra langsung merapat. Ada lima orang penumpang yang naik. Kali ini saya menempati no urut satu juga seperti di gerbong Argo Lawu sehingga Mar dan Mas Pri sempat naik dan ikut memotret interior cabin.

Setelah itu kami berpisah dengan rasa rindu yang belum hilang dan langsung berkenalan dengan Arta, anak milenial yang duduk persis di sebelah saya di batasi jalan keluar-masuk cabin masing – masing.

Beruntungnya langsung berkenalan dengan anak milenial karena saya jadi bisa mengoptimalkan berbagai fitur canggih yang ada. Arta misalnya, mengajarkan cara menonton TV yang ukurannya sedikit lebih besar dengan TV personal di setiap kursi pesawat Garuda Indonesia atau internasional flight lainnya.

“Kalau bunda punya file tontonan di handphone dan mau dinikmati di sini juga bisa ” katanya sambil permisi mengecek fitur di HP saya dan mengajarkan cara menyambungkan ke YouTube, Netflix dan lainnya ke layar TV. Di kabin setiap penumpang memang ada Android TV layar sentuh dan bluetooth.

Ada 22 sleeper seat yang disusun bertingkat dengan sekat yang memisahkan setiap penumpangnya sehingga setiap penumpang memiliki cabin personal. Jangan khawatir ada toilet juga di dalam bis serta layanan minuman air panas, kopi 24 jam.

Norak dan kagum jadi satu begitu mengamati fasilitas yang ada untuk perjalanan selama 20 jam ke depan. Ada bantal, selimut, mie instant dan berbagai cemilan gratis menggantung dalam tas kertas.

Soalnya kaget juga begitu melihat di sisi tangan kiri, bersebelahan dengan jendela luar di kabinnya ini ada air purifier, UV Protection dan Hepa filter. Cabin tema kapsul ini jelas menjadi jaminan di era pandemi COVID-19 saat ini.

Selain jaminan keamanan dan kenyamanan, model kapsul begini membuat physical distancing dapat dijaga antar penumpang dengan baik apalagi di tiap cabin ada air purifier, UV sterilization dan HEPA filter seperti di pesawat udara hingga cabin steril dari virus.

Takjub juga meski cabin saya persis di atas roda namun perjalanan terasa mulus tidak terasa guncangan. Akhirnya rencana mau baca buku, kerja WFH dari atas bis atau menyelesaikan serial film di Netflix tidak sepenuhnya bisa dilakukan karena saya benar-benar jadi tertidur pulas.

Tahu-tahu terdengar pengumuman penghentian pertama untuk makan dan bis keluar dari tol Trans Jawa menuju Rumah Makan Titin di Kota Caruban. Kota kecil yang menjadi ibu kota pemerintahan resmi Kabupaten Madiun yang berpindah secara administrasi karena semula berada di kota Madiun.

Karena cabin saya di bawah dan nomor urut satu, tiba-tiba jelang turun  terlihat pemandangan seolah rumah susun ( Rusun) karena penumpang bersiap turun dan keluar dari kabin masing-masing dengan kaki berjuntai.

Saya langsung minta mereka selfie dulu sehingga turun dari bis kami langsung akrab satu sama lain dan sibuk saling membantu berfoto ria. Alhamdulilah di restoran cara penyajian dan makan per kelompok bis juga sangat baik layaknya menghadiri prasmanan sebuah pernikahan.

Sebelum naik kembali ke atas bis, saya sempat berpose dan tanya-tanya terus dengan crew karena bis karoseri buatan Adiputro milik PO Pandawa 87 ini tidak kalah mewah dengan bis-bis wisata yang saya tumpangi di Eropa, Asean dan China.

Sleeper bus buatan Adputro ini disebut Jetbus 3+ Dream Coach diinstagramnya. Kursinya sendiri buatan Aldila Seat dengan fitur pijat untuk sandaran belakangnya. 

Pantaslah kalau Menparekraf Sandiaga Uno selalu mengingatkan kita untuk Cinta Buatan Indonesia. Soalnya di sleeper bus ini ada tombol agar kursi bisa memijat sendiri seperti saat transit di bandara internalsionall. Kursi ini produk dalam negri loh….

Keluar dari restoran barulah saya punya banyak waktu mengamati eksrerior luar sleeper bus ini. Posturnya gagah berwarna biru khas dari PO Pandawa 87. Kemudian dari sisi samping, bisa terlihat tulisan Mercedes Benz OH 1626 Sleeper, sesuai dengan sasis yang digunakan bus ini. 

Sambil makan tadi menjadi banyak teman karena selain Arta yang masih kuliah, tetangga kamar ada 3 gadis dan satu kakak lelakinya yang akan turun di Bekasi karena mau memanfaatkan liburan sekolah ke satu pesantren belajar tajwid Alquran.

Ada seorang ibu tepat di kabin belakang Arta dan seorang anak lelakinya yang baru libur dari Banyuwangi setelah kehilangan kepala keluarga mereka yang wafat di masa COVID-19 varian Delta. 

Kembali masuk ke kabin, saya tutup kordein dan habiskan malam untuk berzikir dan membaca doa Akhir Tahun dan Awal Tahun 2022.

Tepat jam 1.52 WIB sleeper bus tiba di stasiun MRT Lebak Bulus, enam penumpang terakhir juga turun bersamaan. Lanjut naik taksi Bluebird ke rumah sekitar 15 menit sudah tiba di rumah. Home sweet home, I’ am coming my dear…

Ternyata sleeper bus bisa menjadi pilihan untuk transportasi wisata domestik. Tinggal Kemenparekraf gandeng PO Bus dan tralvel agent untuk mengemas paket-paket study tour ke daerah-daerah atau membidik kalangan komunitas misalnya.

Terima kasih Ya Rabb atas pengalaman touring diawal Tahun 2022. Mohon bimbinganMu selalu…..

 

Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)