NEWS

Masjid Berjalan untuk Olimpiade Tokyo yang Tertunda Karena COVID-19

Masjid berjalan ini mampu menampung 50 orang (foto: Asahi Shimbun).

TOKYO, bisniswisata.co.di: Jepang bukan negara berpenduduk mayoritas Islam. Jumlah umat muslimnya diperkirakan hanya 200.000 jiwa dari total penduduk yang mencapai 126 juta jiwa. Tapi untuk urusan wisata halal, Jepang dikenal sebagai yang terbesar dan terbaik di dunia. 

Para pelaku bisnis di sektor ini mengenal baik konsep syariah. Ini merupakan bukti keseriusan mereka menggarap pasar para pelancong yang berasal dari negara-negara berpenduduk mayoritas Islam.

Jika tak ada pandemi COVID-19, Jepang sedianya akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan Olimpiade Musim Panas 2020 yang berlangsung mulai 24 Juli hingga Agustus. Tak kurang dari 50 negara Islam atau setidaknya mayoirtas penduduknya muslim akan ambil bagidan dalam event tersebut. 

Salah satu fasilitas yang serius dipersiapkan adalah pengadaan masjid berjalan yang dibuat dari truk kontainer yang telah dimodifikasi. Saat berfungsi sebagai tempat beribadah, kontainer truk bisa melebar sehingga ruang di dalamnya menjadi lebih luas. Interior di dalam juga sudah diset sedemikian rupah seperti halnya di dalam masjid. Masjid berjalan ini juga dilengkapi alat pendingin suhu (AC) dan keran air untuk berwudhu.

Masjid berjalan ini mampu menampung 50 orang. sedangkan biaya pembuatan per unit mencapai sekitar 100 juta Yen atau sekitar Rp 14miliar.

Pengadaan masjid berjalan ini merupakan salah satu upaya Jepang untuk memenuhi kebutuhan sarana ibadah para duta olah raga khususnya atlet, kru, official serta tentunya para supporter muslim saat mereka berada di Jepang. Apalagi jumlah masjid terbatas dan jaraknyapun berjauhan.

Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang olahraga dan event budaya di Tokyo, Yasu Project, muncul dengan ide masjid berjalan. CEO Yasu Project, Yasuharu Inoue seperti dilansir dari Asahi Shimbun, mengatakan: “Sebagai negara yang terbuka dan ramah, kami ingin berbagi gagasan “omotenashi” (keramahan) dengan orang-orang Muslim melalui Mobile Mosque.” 

Dia pun berharap masyarakat muslim di Indonesia, Malaysia, Afrika, Timur Tengah, termasuk pengungsi yang datang dari Suriah dapat menggunakan masjid keliling sebagai alat untuk mempromosikan perdamaian dunia.

Dalam 10 tahun terakhir, Jepang menggenjot potensi wisata halal. Mereka terus berupaya membenahi segala kebutuhan turis Muslim seperti makanan dan minuman halal, tempat shalat, oleh-oleh halal, hingga objek-objek wisata. 

Pemerintah Jepang menyadari betapa penting dan berharganya kehadiran wisatawan Muslim–yang jumlahnya diperkirakan bakal mencapai 200 juta dari seluruh dunia pada 2022.

 

Rin Hindryati