Lebaran, Tak Berefek bagi Perhotelan di Sulsel

MAKASSAR, bisniswisata.co.id: Kalangan industri perhotelan Sulawesi Selatan (Sulsel) pesimistis periode libur Lebaran mendatang tidak memberikan efek signifikan pada sektor tersebut. Bahkan, pada periode tersebut yang juga menjadi libur panjang maupun cuti bersama nasional dengan durasi hingga 10 hari itu tidak mampu menjadi katalis positif dalam memperbaiki tingkat okupansi.

Ketua PHRI Sulsel Anggiat Sinaga mengatakan tingkat keterisian kamar saat periode libur tersebut diperkirakan hanya berkisar 30% bahkan cenderung mengarah pada angka di bawah estimasi tersebut.

Menurut dia, kondisi paling kentara bakal terjadi pada perhotelan di Makassar seiring dengan pasokan kamar yang berlimpah, namun tidak diikuti dengan pergerakan wisatawan maupun tamu yang memanfaatkan jasa akomodasi pada periode libur Lebaran mendatang.

“Kondisi ini karena Sulsel maupun Makassar secara khusus belum menjadi destinasi wisata utama bahkan bukan destinasi alternatif kunjungan saat periode liburan. Berbeda dengan destinasi lainnya seperti Bali, Jogja maupun Lombok,” kata Anggiat seperti dilansir laman Bisnis, Ahad (3/6/2018).

Dilanjutkan, kondisi perhotelan di Sulsel saat periode liburan sangat kontras dengan destinasi-destinasi pariwisata utama di Tanah Air tersebut seperti Bali, Jogja dan Lombok yang memiliki daya tarik pariwisata dan menggerakkan angka kunjungan termasuk pemanfaatan jasa akomodasi.

Menurutnya, perhotelan di Sulsel terutama Makassar masih mengandalkan segmen MICE sebagai sumber kinerja karena optimalisasi potensi destinasi pariwisata tidak direalisasikan otoritas setempat sebagai penunjang pertumbuhan industri jasa perhotelan lokal, meski perhotelan memberikan paket dengan harga di bawah ambang bawah rasional, tidak akan memberikan efek signifikan terhadap kinerja okupansi saat periode libur Lebaran.

“Bahkan jika dianalogikan, libur cuti bersama ini bagaikan nightmare [mimpi buruk] untuk hunian hotel di Sulsel. Padahal, di sisi lain operator juga memiliki kewajiban baik untuk karyawan maupun kewajiban ke perbankan,” katanya.

Anggiat berharap agar kondisi demikian menjadi titik perhatian pemerintah daerah agar lebih gencar memaksimalkan potensi pariwisata agar mampu bertransformasi menjadi destinasi kunjungan saat momentum libur.

Untuk jangka panjang, pembenahan secara menyeluruh juga mesti dilakukan agar industri perhotelan terutama pariwisata Sulsel memiliki daya saing sebagai destinasi wisata dan tidak hanya bergantung pada MICE.

“Destinasi-destinasi wisata memang bakal ramai saat libur nanti, tetapi itu didominasi kunjungan oleh wisatawan lokal saja, bukan dari luar Sulsel yang membutuhkan akomodasi. Ekonomi bergerak, pariwisata juga, tetapi tidak menyeluruh di libur Lebaran ini,” katanya. (BC)

Endy Poerwanto