JAKARTA, bisniswisata.co.id: Seminggu setelah pemutaran film nasional di libur lebaran, Film Kuntilanak 2 ternyata berhasil “menghantui” penonton ketika Liburan Lebaran. Film garapan Rizal Mantobani itu merupakan film sekuel yang dibuat atas keberhasilan pendahulunya, Kuntilanak yang berhasil meraup 1.236.000.
Sedangkan Kuntilanak 2, sejak pertama tayang pada Selasa (4/6/2019) hingga data penonton dari laman film indonesia keluar pada, Minggu (9/6/2019) film ini berhasil meraup 611.274 penonton. Sedangkan empat film lainnya yang juga tayang bersamaan yaitu, Si Doel The Movie 2 mendapatkan 460.642 penonton.
Posisi ke tiga diisi film horor komedi, Ghost Writers dengan 430.271 penonton, Single 2 mendapat 304.157, dan posisi lima terakhir diisi oleh film laga komedi, Hit & Run dengan meraup 258.546 penonton.
Diramalkan para kritikus, hingga pada masanya film lebaran tergeser oleh dua film Hollywood, X-Men: Dark Phoenix dan The Secret Life of Pets 2 yang tayang pada Jumat (14/6), hanya ada sekitar dua film saja yang bisa menyentuh angka lebih dari satu juta penonton. Kemungkinan besar dipegang Kuntilanak 2 dan Si Doel The Movie 2.
Mengapa demikian? Apakah karena kualitas film lainnya buruk? Pengamat film nasional, Yan Wijaya menilai kondisi ini terjadi karena lima film nasional yang mewarnai libur lebaran tahun ini memiliki kualitas yang baik, dari segi cerita ataupun sinematografinya. Sehingga persaingannya sangat ketat merebut penggemar film nasional.
“Ketika ada lima film yang ditayangkan secara serentak di bioskop, akan terjadi situasi kanibal saling membunuh. Ada satu film yang menurut saya paling baik penggarapannya, tetapi bersaing dengan empat film lainnya, hasilnya jadi tiidak seperti yang diharapkan,” papar Yan seperti dilansir laman Beritasatu, Rabu (12/06/2019)
Sedangkan alasan Kuntilanak 2 menjadi unggul juga dikarenakan sang sutradara dinilai lihai melihat kondisi keinginan pasar saat ini. Genre horor serta drama keluarga yang bersahabat dengan anak-anak adalah dua pilihan yang paling banyak peminatnya dewasa ini. Ditambah lagi, film ini telah lulus sensor dan mengantong klasifikasi usia 13 tahun.
Menurut Yan, Rizal dalam membangun proses kreatif pembuatan cerita film ini mungkin saja terinspirasi dari karya penulis terkemuka, Stephen King, yang ceritanya dituangkan dalam film Stand by Me (1986). Pada masanya, film yang mengisahkan petualangan beberapa anak kecil ini mendapatkan respons yang baik dari para penikmat dan kritikus film.
Dan kekuatan film Si Doel The Movie 2 adalah bekas nostalgia yang tidak hilang sejak 25 tahun lalu cerita si Doel mulai tayang di televisi. Terlebih, ketika film ini juga dibintangi dengan orang-orang yang sama, seperti Rano Karno (Doel), Cornelia Agatha (Sarah), Maudy Kusnaedy (Sarah), Mandra, Suti Karno (Atun), dan artis senior Aminah Cendrakasih (Mak Nyak).
Pada sekuel pertama yang juga ditayangkan saat Lebaran, film yang ditulis dan digarap langsung oleh Rano Karno ini mendapatkan 1.757.653. Pendapatan tersebut menjadikan film Si Doel berada di posisi ke empat film terlaris sepanjang 2018.
Kala genre drama, horor, dan komedi masih menjadi idola, keberanian Hit & Run yang menyajikan genre laga di libur Hari Raya nampaknya belum mendapatkan sambutan yang baik. Dari segi kualitas cerita dan sinematografi, film ini Padahal jika ditaksir, menurut Yan film yang dimainkan sederet bintang besar seperti Joe Taslim, Tatjana Saphira, dan Yayayn Ruhiyan ini menghabiskan biaya produksi yang cukup fantastis.
“Untuk jumlah tepat berapa saya tidak tahu, karena dirahasiakan oleh produser. Namun, jika melihat dari pemain, ragam properti, dan latar tempat pengambilan gambar, film ini bisa menghabiskan 10 miliar,” terangnya sambil menambahkan Meski kualitas cerita dan sinematografinya bagus, penonton Indonesia belum mempercayai betul mutu dari film bergenre laga atau aksi.
Lebaran Ladang Emas
Mengingat libur lebaran merupakan ladang emas bagi industri film nasional, pihak bioskop pun mengaku tidak akan memilih film yang kurang bermutu, agar para penonton tidak kecewa. Hal ini diungkapkan oleh Corporate Secretary Cinema 21, Catherine Keng.
Menurutnya, persaingan film nasional di momen libur lebaran dalam lima tahun terakhir memang ketat. Rumah produksi berlomba untuk membuat film terbaik agar mendapat tanggal rilis di momen libur lebaran.
Untuk itu, di momen libur lebaran, Cinema 21 memberlakukan kebijakan khusus terhadap film nasional. Jika biasanya film nasional selalu tayang mulai hari Kamis, maka di libur lebaran, pemutarannya dimajukan ke hari Selasa. Sehingga kesempatan bagi film nasional untuk mendapatkan penonton dimulai lebih awal. Bahkan selama dua pekan, keberadaan film nasional tidak akan terganggu dengan kehadiran film Hollywood.
“Semakin banyak film berkualitas yang tayang secara bersamaan, semakin ketat persaingan, dan semakin berat juga untuk menarik penonton dalam jumlah besar. Karena, penonton film Indonesia sudah semakin cerdas, tetapi juga memiliki keterbatasan. Jika dipukul rata, paling banyak dari mereka hanya menonton dua film saja,” sambungnya. (NDY)