Destinasi Super Prioritas Borobudur ( Foto: Kemenparekraf)
Direktorat Pengembangan Destinasi Pariwisata Regional I Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Badan Parekraf mengundang bisniswisata. co.id untuk menghadiri Rapat Kordinasi Desa Wisata Super Prioritas Borobudur di Hotel The Phoenix Hotel Yogyakarta – MGallery Collection. Berikut tulisan ke lima
YOGYAKARTA, bisniswisata.co.id: Yogya bangkit, itu kesimpulan singkat dari pengalaman naik taksi online, melihat aktivitas pameran lukisan di hotel dan berinteraksi dengan warga begitu tiba di kota gudeg ini setelah delapan bulan total meninggalkan daerah istimewa ini sejak awal Januari 2020 pasca Tahun Baru.
” Inggih bu, saking awal Agustus Yogya sampun rame. Kathah turis domestik ingkang tindak teng Yogya,” kata supir taksi online senin sore saat menuju makam Gambiran untuk nyekar dari The Phonix Hotel Yogyakarta.
Maksudnya benar, sejak awal Agustus sudah ramai, banyak turis domestik datang ke Yogya kata Adi, sang driver. Akhir Juli hatinya mulai berbunga-bunga karena order masuk untuk antar tamu sudah naik bisa 6 kali per hari. Lalu sepanjang Agustus hingga jelang akhir September per hari dia sudah bisa 12-15 kali bolak-balik antar tamu.
Selasa pagi di ruang Rapat Kordinasi Pengembangan Desa Wisata DSP Borobudur di Hotel The Phonix Yogyakarta, Kepala Dinas Pariwisata DIY, Singgih Raharjo berterima kasih pada Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ( Kemenparekraf) yang telah memilih kota Yogyakarta untuk kegiatan pertemuan ini.
” Kembalinya wisatawan domestik ke Yogya diharapkan mempercepat pemulihan ekonomi karena kegiatan rapat-rapat seperti ini membuat hotel mendapat pemasukan dari kamar-kamar peserta dan ruang meeting, toko oleh -oleh kedatangan pembeli lagi,” kata Singgih.
Sejauh ini, ujarnya, kegiatan wisata di DIY berjalan lancar dan program sosialisasi penerapan Cleanliness, Health, Safety and Environmental Sustainability (CHSE) terus di tingkatkan mendorong keyakinan para pelaku industri wisata dan wisatawan untuk menerapkannya.
” Di Yogya ada 141 desa wisata dan yang telah menerapkan CHSE sudah 50%. Uji coba menerima tamu terutama program Live In juga sudah dilakukan pendampingan dan simulasinya,” kata Singgih Raharjo.
Menurut dia, pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta ( DIY), Agustus lalu sudah meluncurkan dua aplikasi yaitu Visiting Jogja dan Jogja Pass. Wisatawan yang datang ke Yogyakarta wajib mengisi aplikasi wisata itu. Tujuannya memudahkan wisatawan dalam mengakses berbagai layanan wisata di Kota Gudeg tersebut.
Hal ini sekaligus membantu pemerintah melacak jika terjadi kasus COVID-19 dan yang juga penting untuk memantau perekonomian khususnya di sektor parwisata.
Saat ini, ujarnya, wisatawan domestik memang menjadi andalan. Pemda DIY dan Jateng bersinergi dengan kuat sehingga kunjungan wisatawan ke Yogya terbanyak dari Semarang, di susul dari Jawa Timur, Jawa Barat dan Jakarta.
” Jadi wisatawan domestik asal Jakarta di urutan ke empat. Adanya kebijakan Pemda DKI Jakarta yang menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hingga 11 Oktober 2020 hanya berpengaruh pada pembatalan hotel-hotel berbintang empat & lima di Yogya” ungkap Singgih Raharjo.
Warga Yogya juga berwisata di akhir pekan maupun hari libur lainnya dengan mengunjungi kota Semarang, Bandung dan juga ke Jakarta. Pergerakan wisatawan domestik terutama dengan kendaraan pribadi antar kota, antar provinsi inilah yang menggerakkan perekonomian daerah.
Sebelum ada jalan tol Trans Jawa yang tersambung, jarak Surabaya -Yogya misalnya minimal 8 jam namun kini bisa kurang dari 6 jam sehingga pergerakan wisatawan domestik dari Jatim ke Yogya di posisi kedua.
” Berkat aplikasi bisa kita mengetahui untuk hari kerja Yogya dikunjungi rata-rata 7000 orang/ hari dan di akhir pekan Sabtu -Minggu jumlah wisatawan mencapai 30 ribu hingga 40 ribu orang,” kata Singgih Raharjo.
Malah ada laporan bahwa ada hotel yang week-end sudah mulai menolak tamu, ungkapnya. Untuk obyek wisata di Yogya juga selalu muncul destinasi yang hits sehingga menjadi daya tarik untuk menyerap kunjungan wisatawan domestik terutama kalangan milenial dan netizen.
” Obyek wisata yang tidak mematuhi protokol kesehatan dan abai melakukan pengontrolan pada pengunjung kami pasang banner besar-besar sebagai peringatan dan jika tidak ada peningkatan tak diijinkan beroperasi,” tambahnya.
Sementara itu Kepala Dinporapar Jateng, Sinoeng Rachmadi mengatakan pihaknya juga akan tegas menutup tempat wisata yang tidak patuh pada protokol kesehatan di era pandemi global ini.
Wisatawan domestik kini menjadi andalan Jawa Tengah dan di provinsi ini ada kurang lebih 690 destinasi wisata, yang tersebar di 35 kabupaten/kota. Sedangkan destinasi wisata yang sudah mengantungi izin buka di masa pandemi, ada 424 destinasi atau 61 persen dari total seluruh obyek wisata di Jateng.
Sinoeng menjelaskan, pihaknya juga telah menerima pengajuan izin buka dan simulasi penerapan protokol kesehatan di 51 destinasi wisata di Jateng. Nantinya, destinasi wisata yang mengajukan izin buka dan sudah menggelar simulasi akan dievaluasi untuk mendapat rekomendasi.
Pihaknya menggandeng Satpol PP untuk melakukan pengawasan terhadap destinasi yang sudah buka di masa pandemi ini. “Yang sudah buka tetap harus kita pantau, untuk menjaga penerapan protokol kesehatan. Yang teledor tidak menerapkan protokol kesehatan, akan kita kirimi surat peringatan,”
Surat peringatan itu berisi penutupan satu hari, untuk dievaluasi. Kalau belum berbenah, ya ditutup terus. Kerja sama dengan Satpol PP gencar masuk ke tempat wisata. Yang tidak taat pada protokol kesehatan, maka langsung ditutup,” kata Sinoeng
Pihaknya meminta kerja sama dengan pengelola tempat wisata yang sudah mendapat rekomendasi beroperasi di masa pandemi untuk tetap patuh. Terutama, soal pemantauan pengunjung selalu memakai masker dan menjaga jarak aman selama berada di areal tempat wisata.
“Jangan sampai, kelonggaran dan rekomendasi yang diberikan itu diabaikan. Jangan sampai membuat klaster baru, dan itu merugikan semua pihak,” tandasnya
Sinergi yang kuat dengan provinsi tetangga seperti DIY dan adanya tol Trans Jawa yang memudahkan pergerakan wisatawan antar kota, antar provinsi memang diharapkan pemulihan ekonomi di Jawa Tengah. ( Jateng) dari sektor pariwisata optimististis cerah.
Bahkan warga Surabaya, Jawa Timur yang berwisata ke Semarang jika tidak menginap dan hanya pulang-pergi juga sudah nyaman melakukan bersama keluarga maupun komunitas.
” Untuk Jawa Tengah Presiden Joko Widodo sudah menginstruksikan agar fokus pada desa wisata untuk meningkatkan ekonomi rakyat. Targetnya dari 353 desa wisata yang ada di Jateng menjadi 500 pada 2023,” kata Sinoeng.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo kucurkan dana Rp 1 miliar per desa dan komitmen menjadikan Borobudur sebagai Destinasi Pariwisata Super Prioritas Borobudur tidak hanya terpaku pada peningkatan kunjungan wisatawan dan pembangunan infrastruktur semata.
“Tapi juga harus memiliki dampak ekonomi kepada masyarakat. Bukan hanya “Masyarakat” yang memiliki modal, tetapi yang utama adalah masyarakat dengan ekonomi lemah,”
Disinilah tantangan Pemerintah untuk memberdayakan potensi masyarakat lokal menggunakan konsep Community Based Tourism (CBT), salah satunya dengan menggerakan masyarakat untuk membangun Desa Wisata. tambah Sinoeng Rachmadi
Laporan : Arum Suci Sekarwangi