JAKARTA, bisniswisata.co.id: Rokok elektrik atau dikenal dengan istilah vapor, vaping merupakan rokok modern dan popular di era digital. Bahkan sudah menjadi gaya hidup yang lagi hits belakangan ini. Vape biasanya dianggap lebih hemat dan tidak berbahaya bagi tubuh si pengguna.
“Bahkan rokok elektrik ini solusi paling apik, aman dan tepat untuk berhenti merokok,” papar Ketua Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI), Aryo Andrianto disela-sela peluncuran Rokok Elektrik produksi Indonesia, NCIG oleh Nasty dan Hex di Balai Kartini Jakarta, Jumat (22/03/2019).
Aryo, mantan perokok aktif menceritakan bagaimana sulitnya berhenti merokok selama lebih dari 5 tahun bahkan sempat masuk rumah sakit dan hasil rongen menunjukkan kondisi paru-parunya sudah rusak akibat merokok. Setelah keluar rumah sakit, sempat kembali merokok. Namun saran teman sesama perokok agar menggunakan rokok elektrik.
“Semula merasa nggak enak, namun lama-lama jadi enjoy pula. Dan saya kembali ke rumah sakit untuk kontral paru-parunya ternyata semakin bersih. Jadi menurut saya rokok elektrik merupakan solusi yang efektif dan aman,” ungkapnya.
Banyak orang yang tak menyadari, berhenti merokok bukan hanyalah soal tantangan psikologis, namun juga fisik. Berdasarkan hasil survei internal AVI kepada para vapers, ternyata rokok elektrik merupakan alternatif yang mampu menyerupai pengalaman mengkonsumsi rokok konvensional dan secara efektif bisa menghentikan posisi rokok tembakau dengan produk alternatif yang lebih tak berbahaya.
“Sayangnya masih ada stigma dan pemahaman yang kurang tepat di masyarakat soal rokok elektrik. Padahal beberapa negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang dan Inggris telah mengeluarkan izin untuk pemanfaatan rokok elektrik sebagai alat mengurangi konsumsi tembakau dan terbukti ketiga negara itu mengalami penurunan angka pravelensi merokok,” ungkapnya.
Ditambahkan, saat ini industri rokok elektrik di Indonesia berkembang pesat. Hal ini ditandai dengan banyaknya jumlah produsen, distributor dan pengecer rokok elektrik di Indonesia. “Kini sudah ada 300 produsen likuid, lebih dari 100 produsen alat dan aksesoris lain, lebih dari 150 distributor dan importir dan lebih dari 5 ribu pengecer. Jumlah ini akan terus bertambah,” jelasnya.
Apalagi, sambung dia, ada regulasi dari pemerintah membuat konsumen merasa aman menggunakan rokok elektrik. APVI akan terus mendukung langkah yang dinilai terbaik bagi produsen dan konsumen. “Ditambah lagi dengan adanya payung hukum dari pemerintah, kami semakin yakin industri rokok elektrik akan berkembang,” ujar dia.
Aryo Andrianto menyampaikan apresiasi pada pemerintah karena liquid vape tak lagi dipandang sebelah mata dan memiliki kepastian hukum. Dia berharap vape menjadi industri yang berkembang di pasar domestik maupun internasional. Selain memakmurkan pelaku usaha, industri ini juga memyediakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. “Ini jadi industri yang memberi dampak positif pada negara,” kata Aryo.
Aryo meminta pemerintah mempermudah akses ekspor dalam produksi vape yang akan dilakukan NCIG pada tahun 2019. Ia juga mengimbau para pengusaha vape di Indonesia untuk mematuhi aturan yang ada. Pelaku usaha diminta memastikan bahwa vape yang dijual hanya yang legal dan memiliki pita cukai. “Ini permulaan yang harus dibangun dengan sikap bertanggungjawab. Saling mengingatkan untuk menjalankan budaya baik,” kata Aryo.
Berdasarkan data APVI terdapat sekitar 950 ribu konsumen vape dan yang aktif adalah sekitar 650 ribu orang. Sementara ada lebih dari 3.500 toko vape yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia dengan jumlah pengguna vape di Jakarta sudah mencapai 40 ribu konsumen. Kebutuhan pasar domestik vape juga mengalami pertumbuhan yang positif, dimana per bulannya kebutuhan vape mencapai sekitar satu sampai 1,5 juta botol. (ENDY)