PADANG, bisniswisata.co.id: Kegiatan yang mampu mempersatukan negara-negara Organisasi Kerjasama Islam ( OKI) dan bertekad dalam hal mengembangkan halal lifestyle di negara-negara anggotanya adalah International Ranah Minang Halal Lifestyle Festival (IRMHLF) 2025.
Acara yang diinisiasi oleh Prof Dr Sapta Nirwandar SE, DESS, Ketua Indonesia Halal Lifestyle Center ( IHLC) bersama Ketua Yayasan Baiturrahmah, Ibu Maizarnis dan Rektor Universitas Baiturrahmah, Musliar Kasim sukses menyelenggarakan event yang membahas soal tekhnologi digital dalam pengembangan halal lifestyle itu.
Sapta mengatakan bahwa menyinggung soal tekhnologi, di dunia industri halal sudah ada platform yang melacak kehalalan produk yaitu Thailand yang juga sudah memiliki platform atau layanan informasi tentang perjalanan dan wisata halal bagi Muslim.
Konsep ini mencakup berbagai aspek seperti:
*Makanan Halal – Rekomendasi restoran dan tempat makan yang menyediakan makanan halal.
*Akomodasi Ramah Muslim – Hotel yang memiliki fasilitas seperti makanan halal, ruang shalat, atau arah kiblat di kamar.
*Destinasi Wisata Islami – Tempat-tempat dengan nilai sejarah Islam atau ramah bagi wisatawan Muslim.
*Fasilitas Ibadah – Informasi tentang masjid dan tempat salat di berbagai lokasi perjalanan.
Halal tourism atau wisata halal adalah konsep perjalanan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan wisatawan Muslim dengan memperhatikan aturan Islam. Halal tourism sendiri adalah bagian dari halal industri terutama dalam aspek keuangan syariah, makanan dan minuman, farmasi, kosmetik media rekreasi dll.
Indonesia sebagai negara anggota OKI memiliki peluang besar untuk kedepankan promosi bersama Halal Tourism misalnya dengan membuat pameran bersama di mall-mall besar ibukota Jakarta perkenalkan potensi wisata dan pesona negara-negara OKI sehingga perjalanan intra negara OKI juga akan terdongkrak.
Untuk itulah membahas halal lifestyle sehari penuh di ruang serbaguna Universitas Baiturrahmah yang mewah pada 3 Mei 2025 masih berlanjut hingga tujuh duta besar perwakilan negara-negara Organisasi Kerjasama Islam ( OKI) bersiap pulang ke Jakarta dua hari berikutnya.
Saat menunggu keberangkatan di ruang tunggu VIP bandara Minangkabau Internasional, para Duta Besar negara-negara sahabat yang juga anggota OKI ini mengungkapkan kesan-kesannya tentang sekilas keindahan Sumatra Barat, kesan soal konfrensi ala raja-raja hingga gala dinner dengan persembahan desainer lokal yang mampu mempersembahkan karya-karya houte couture berbahan songket, sulaman dan bordir yang indah.
Duta Besar UEA, Abdulla Salem Obaid Salem Al Dhaheri yang menjadi jurubicara dari rekan-rekan dubes lainnya yang hadir mengatakan bahwa dia pribadi dan rekan-rekannya akan kembali ke Sumatra Barat yang alamnya sangat indah bahkan bersama keluarga.
“Saya akan kembali. Saya akan memastikan bahwa akan datang juga bersama keluarga. bukan hanya itu saja, tapi kita akan menemukan cara, sarana dan kesempatan bagi negara kita untuk berkolaborasi bersama,”.
Konferensi dan acaranya, diselenggarakan dengan sangat baik dan banyak peserta yang beragam. Pembicara adalah tokoh – tokoh penting yang hadir dari berbagai belahan dunia, “kita telah melihat pembicara dari Singapura, Thailand, Korea, dan Malaysia,” tambahnya.
“Kami memahami bahwa Indonesia adalah bangsa yang hebat, negara yang hebat.
Orang-orangnya sangat ramah tamah dan baik hati. Semua negara Islam adalah orang-orang yang baik dan mereka sangat menghormati Indonesia,”kata Salem Al Dhaheri
Oleh karena itu, dia katakan bahwa ini merupakan pertama kali bagi mereka ke Sumatra Barat tapi tetap saja ini tentu saja bukan yang terakhir, ujarnya
Enam rekan Dubes lain bersama Salem El Dhaheri adalah Ahmed Abdulla Ahmed Alharmasi Alhajeri, Dubes Bahrain, Sudqi Atallah Abd Alkader Al Omoush, Dubes Jordan, Yasser Hassan Farag Elshemy, Dubes Mesir. Mohamed Trabelsi, Dubes Tunisia, Ramil Rzayev, Dubes Azerbaijan, Armin Limo, Dubes Bosnia dan Herzegovina serta Macocha Tembele, Dubes Tanzania.

Mereka sempat city tour ke Kota Tua Padang atau Padang Lama, sebuah kawasan yang meliputi cagar budaya di sehiliran Sungai Batang Arau. Kawasan Kota Tua Padang pada zaman dahullu adalah sebuah kawasan perdagangan yang sangat ramai melalui Pelabuhan Muara.
Para dubes juga menikmati kunjungan ke Masjid Raya Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi yang sebelumnya bernama Mesjid Raya Sumbar. Namanya kini menyandang nama Syeikh Ahmad Khatib Al Minangkabawi dan masjid ikonik ini menjadi pusat pembelajaran adat dan agama di Sumatera Barat.
Berdiri di atas lahan seluas ±7,5 hektar tersebut awalnya digagas oleh Gubernur Sumbar periode 2005-2009, Gamawan Fauzi pada 2006. Syaikh Ahmad Khatib Al Minangkabawi merupakan ulama besar asal Minangkabau yang menjadi imam di Masjidil Haram sehingga nama beliau bisa diabadikan menjadi nama masjid yang menjadi ikon wisata halal di Sumbar
Keindahan pantai juga mereka saksikan dalam Baiturrahmah Heritage Tour di sela-sela konfrensi yang padat saat para ahli wisata halal nasional seperti Dr. Ir. Yan Heryandi, MP, Kepala UNAND Halal Center, Halal Supervisor & Auditor LPPOM MUI membahas dalam konteks nasional.
Pembicara lainnya dari Indonesia adalah Nadia Mira Kusumaningtyas, S.Si., M.Sc, periset dari Universitas Darussalam Gontor, Dr. Edi Suandi, SE, MM dari Universitas Baiturrahmah Padang dan Ali Fahmi Prawiranegara, pendiri Simfratani dan Wamen Club membahas halal lifestyles.
Para Dubes sempat mengunjungi terutama di sisi selatan pantai melihat legenda batu Malin Kundang yang kena kutukan dari ibundanya dan kehadiran tujuh Dubes di kota Padang yang jelas telah menyadarkan warga Padang untuk membangkitkan gaya hidup halal termasuk kebangkitan wisata halal di Sumatra Barat meskipun Gubernur Sumbar Mahyeldi tidak nampak menyambut kehadiran mereka dalam berbagai peluang kesempatan.
Padahal pandangan para peserta dari kalangan dubes itu juga luar biasa membuat RI tersanjung bahkan ada tekad saling menguatkan. Dubes UAE yang mengaku antusias dengan International Ranah Minang Halal Lifestyle Festival ( IRMHLF) 2025 mengingatkan kembali bahwa kedua negara sudah memiliki perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif yaitu IUEA-CEPA yang dibentuk dan diakhiri dengan isu Halal.
Kemitraan ini fokus pada penyelesaian berbagai isu perdagangan barang, perdagangan jasa, ketentuan asal barang, serta hukum dan isu kelembagaan. Selain menjadi perundingan perdagangan pertama yang berhasil diselesaikan ditahun 2022.
Perjanjian Indonesia-UAE ( IUAE-CEPA ) merupakan perjanjian pertama Indonesia dengan mitra di Kawasan Teluk, sekaligus mencatatkan sejarah sebagai perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif tercepat yang pernah diselesaikan Indonesia
PEA merupakan salah satu mitra potensial Indonesia yang tidak hanya sebagai tujuan ekspor non tradisional, namun juga berpotensi untuk menjadi hub perdagangan internasional di kawasan Timur Tengah, Asia, Afrika, dan Eropa.
Armin Limo, Dubes Bosnia dan Herzegovina
berterima kasih telah memberikannya kesempatan untuk menyampaikan bahwa konferensi ini sungguh luar biasa. “Kami mendengar banyak hal dan ini merupakan kesempatan yang sangat baik untuk mengembangkan kerja sama antara
Indonesia dan negara kami Bosnia,”
Armin Limo mengatakan dari Bosnia sayangnya konsep halal tidak ada di bekas negara Yugoslavia karena Bosnia dulunya merupakan bagian dari bekas Yugoslavia, negara itu adalah negara komunis, jadi mereka tidak tahu apa itu halal.
“Baru setelah perang, setelah tahun 1995, atau beberapa dekade terakhir, kami mulai menyadari betapa pentingnya konsep itu.
Jadi, hal itu makin menguat di negara kita. Misalnya, sekarang di bulan Juni ada konferensi, halal tradisional yaitu Sarajevo Halal Expo 2025 di 17- 19 Juni 2025.
Halal Expo Sarajevo merupakan langkah maju ke arah ini, yang mengajak kolaborasi untuk membangun kemitraan strategis guna mempromosikan budaya halal di kalangan umat Muslim di Bosnia dan serta meningkatkan industri halal di seluruh Eropa.

Sudqi Atallah Abd Alkader Al Omoush, Dubes Jordan memuji Universitas Baiturrahmah yang telah membuat event konfrensi sekaligus menunjukkan peran dan mempromosikan ide-ide baru akademisi dalam industri halal yang sangat penting.
Bagaimana melembagakan prosesnya dan ada badan pemerintah yang akan mengatur seluruh masalah pelabelan, sertifikasi, standarisasi proses dalam mewujudkan ekosistem halal. “ Universitas memulainya dengan inisiatif yang sangat bagus, menunjukkan seberapa dalam keterlibatan universitas dalam promosikan ide-ide baru dan positif. Dengan potensi memiliki dinamika baru dalam menghasilkan keuntungan ekonomi bagi negara bahkan semua negara OKI,” ujarnya.
“Peneliti RI Nadia Mira Kusumaningtyas, S.Si., M.Sc, periset dari Universitas Darussalam Gontor meneliti pembuatan kapsul dari durian dan rumput laut yang dapat mengganti beberapa produksi gelatin yang kerap mengandung babi yang diharamkan umat Islam misalnya. Tentu saja, Indonesia, akan memiliki daya ungkit dalam hal itu karena negara lain tidak memproduksi durian tapi manfaatnya dapat dimanfaatkan seluruh negara Islam,”
Menurut dia, pada dasarnya pelabelan standar adalah halal dan negara OKI yang akan membuka peluang baru di tingkat ekonomi dan memasuki bursa perdagangan antar negara Islam dan hal ini sangat penting ketika kita menghitung angka-angka bisnisnya.
Rektor Univ Baiturrahmah, Musliar Kasim dan para dubes nampaknya sepakat konfrensi ini tidak hanya membuahkan wawasan-wawasan baru soal mengembangkan halal lifestyle dengan tekhnologi digital tapi juga melahirkan komitmen baru dalam bidang pendidikan halal.
Terbuka beragam peluang kerjasama antar kampus negara-negara OKI dimana para dubes mendorong mahasiswanya belajar halal di UEA, Tunisia, Yordania, dan di mana saja mereka dapat memperluas keahlian, pengalaman, pengetahuan dalam bentuk mengirim mahasiswa untuk belajar meski hanya selama satu semester, misalnya.
Selain juga mempererat persaudaraan, hubungan, kerjama bilateral telah terbentang dengan satu perpisahan yang manis di bandara Minangkabau Internasional itu: Trully Beyond Expectation ! Sungguh diluar ekspektasi banyak orang.