TRANSPORTASI

Kecelakaan Lion Air JT 610 Akibat Tak Ada Instruksi Manual

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menilai kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 akibat tidak adanya instruksi manual, juga kesalahan data sensor aliran udara (angle-of-attack [AOA] indicator system). Bahkan pabrikan Boeing belum memberikan instruksi manual bagaimana mengatasi situasi darurat ketika hal ini terjadi.

Akibatnya, pilot kesulitan mengendalikan pesawat sehingga terjadi kecelakaan. “Sudah saya jelaskan flight crew operation manual yang ada (saat) itu belum mencakup bagaimana menangani kondisi pesawat seperti yang terjadi (ketika kecelakaan),” ujar Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono saat memberikan keterangan pers di Kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta, Selasa (12/11).

Dilanjutkan, Kementerian Perhubungan akan mengadakan latihan tambahan terkait penggunaan sistem dalam penerbangan berdasarkan revisi panduan Boeing. Memang sebelumnya Boeing tidak memprediksi kecelakaan akibat kesalahan AOA.

“Jadi memang belum pernah terpikirkan oleh Boeing bahwa masalah seperti ini akan muncul. Maka diperlukan tambahan manual jika terjadi kondisi seperti ini. Sehingga tidak terjadi kecelakaan,” kata Soerjanto seperti dilansir laman CNN, Rabu (14/11/2018).

AOA adalah instrumen penting dari data yang dibutuhkan untuk membantu pesawat terbang di sudut yang tepat dalam kondisi aliran udara tertentu. Kesalahan software atau kesalahan sistem yang mengukur berapa tinggi hidung pesawat harus diarahkan.

Saat ini, investigasi fokus untuk melebarkan kejelasan prosedur yang telah disahkan oleh Amerika Serikat untuk membantu pilot mencegah pesawat 737 Max mengeluarkan reaksi berlebihan ketika data AOA itu hilang. Mereka juga tengah mencoba melatih para pilot untuk menghadapi situasi demikian.

Boeing baru menerbitkan panduan khusus bagi para pilot yang menerbangkan 737 Max setelah terjadinya kecelakaan maut pesawat B737 Max 8 dioperasikan maskapai Indonesia, Lion Air JT-610. Isi panduan itu adalah soal panduan membaca sensor posisi pesawat terhadap aliran udara saat terbang (angle of attack/AOA).

Panduan itu diterbitkan setelah penyelidikan awal dari KNKT menyatakan pesawat nahas yang jatuh dan menewaskan 189 penumpangnya itu mengalami kendala pada sensor AOA.

Selain itu, seperti dilansir Reuters, dua pilot asal Amerika Serikat juga tidak mengetahui adanya potensi resiko kecelakaan akibat kesalahan sistem AOA itu. Juru Bicara Allied Pilots Association (APA) Dennis Tajer mengatakan pihaknya diberi informasi terkait anomali sistem AOA yang baru dipasang Boeing pada 737 MAX setelah kecelakaan terjadi.

Seorang pejabat pemerintah Amerika Serikat mengatakan Boeing diharapkan harus mengumumkan pembaruan software untuk mengurangi resiko kecelakaan. “Ini adalah informasi yang tidak kami sertakan dalam pelatihan atau di manual atau bahan lain,” ujar Tajer.

Boeing disebut merahasiakan informasi tentang anomali sistem AOA di pesawat Boeing 737 teranyarnya yang digunakan oleh pesawat Lion Air yang jatuh di Laut Karawang Jawa Barat. Mereka diduga tak memberitahukan berbagai maskapai yang menggunakan pesawat Boeing 737 Max 8 dan 9 soal adanya potensi bahaya terkait fitur pengendalian pesawat baru itu.

Sistem pengendalian pesawat AOA inilah yang diperkirakan menjadi penyebab jatuhnya pesawat Lion Air. Hal ini diungkap oleh para ahli yang ikut dalam penyelidikan, pejabat menengah FAA (Kantor Administrasi Federal AS), dan sejumlah pilot pesawat terbang.

Pejabat FAA yang mengetahui masalah ini menyebut ketika Boeing memberitahukan 737 Max 8 dan 9 diberi sistem pengendali pesawat baru, mereka tidak mengungkap adanya potensi anomali sistem tersebut. Boeing juga tidak mengungkap adanya potensi berbahaya dari sistem ini ketika memberikan materi pelatihan dan diskusi panjang dengan maskapai dan regulator.

Sistem Angle of Attack (AOA) yang ada di Boeing 737 Max 8 dan Max 9 awalnya digunakan untuk membantu kru di kokpit untuk menghindari kesalahan pilot agar tidak menaikkan hidung pesawat terlalu tinggi. Sebab, jika terlalu tinggi, pada kondisi tertentu hidung pesawat bisa tiba-tiba menukik ke bawah begitu curam sehingga awak penerbangan tak bisa menariknya lagi.

Seminggu setelah kecelakaan Lion Air, Boeing baru mengirimkan edaran kepada berbagai maskapai penerbangan di seluruh dunia yang menggunakan pesawat Max 8 dan 9. Dalam buletin disebutkan tindakan menaikkan hidung pesawat terlalu tinggi bisa menyebabkan pesawat tiba-tiba menukik tajam atau jatuh. Bahkan jika pilot menerbangkannya secara manual dan tidak ingin menggunakan komputer pengendali penerbangan.

Dari rekaman penerbangan Lion Air yang diungkap oleh situs FlightRadar24, pesawat memang menukik tajam pada 10 menit pertama setelah lepas landas. Sebelum menukik tajam, pesawat tampak kesulitan untuk mempertahankan posisi stabil. Dalam rekaman gambar tampak pesawat berulang kali naik turun di ketinggian 5000 kaki sebelum akhirnya menukik tajam dan jatuh di perairan Tanjung Karawang.

Peringatan Boeing ini mengejutkan banyak pilot yang juga menerbangkan pesawat teranyar Boeing tersebut. Pejabat keamanan penerbangan yang terlibat dalam investigasi menyebut bahwa maskapai, manajer, dan pilot berbagai maskapai di AS telah diberitahu mengenai adanya penambahan sistem AOA ini di varian terbaru 737. Sehingga awak penerbangan ini biasanya tidak siap untuk mengatasi resiko tersebut.

“Sangat bodoh ketika mereka menempatkan sistem di pesawat dan tidak memberitahukan pilot yang mengoperasikannya, terutama terkait dengan kontrol penerbangan,” jelas Kapten Mike Michaelis, chairman komite keselamatan untuk Asosiasi Pilot di AS yang merangkul 15 ribu pilot di negara itu. “Mengapa kami tidak dilatih untuk itu?”

Boeing menolak untuk langsung berkomentar mengenai hal ini, Senin (12/11). “Kami menimbang tiap hal untuk memahami setiap aspek dari kecelakaan ini. Kami bekerja intensif dengan tim investigasi dan semua otoritas regulasi yang terlibat. Kami sangat yakin dengan keamanan 737 Max,” jelas keterangan dari perusahaan, seperti dikutip The Wall Street Journal.

Boeing memasarkan Max 8 dengan mengatakan kepada pembeli bahwa mereka para pilot bisa langsung menggunakan pesawat ini tanpa pelatihan tambahan. Sebab, menurut mereka operasional pesawat ini serupa dengan versi sebelumnya. Hal ini diungkap dari kalangan industri dan pejabat pemerintah.

Salah satu pejabat tinggi Boeing menyebut bahwa perusahaan memutuskan agar tidak memberikan detil lebih banyak kepada awak kokpit pesawat dengan maksud tidak membanjiri terlalu banyak informasi kepada pilot. Terutama terkait dengan data teknis dari yang mereka butuhkan atau bisa mereka cerna. (EP)

Endy Poerwanto