JAKARTA, bisniswisata.co.id: Museum Sejarah Jakarta kini dilengkapi kamar yang pernah dihuni Pangeran Diponegoro. Kamar itu berada di lantai dua, persis di atas penjara wanita yang ada di area Museum Sejarah Jakarta Jalan Taman Fatahillah No 1 Jakarta Barat. Dan, Senin (12/11/2018) soft launching Kamar Diponegoro diselenggarakan penuh khidmat bahkan berdecak kagum.
Untuk menuju kamar Pangeran Diponegoro, harus naik menyusuri tangga terbuat dari kayu. Langkah kaki menginjak bagian pertama dari Kamar Diponegoro. Bagian pertama, terdapat lukisan penangkapan sang Pangeran Diponegoro karya pelukis tersohor Arab-Jawa yakni Raden Saleh. Juga cerita awal mengenai Kamar Diponegoro itu sendiri. Serta daftar anggota keluarga dan pengikut Pangeran Diponegoro yang turut serta berada di Stadhuis.
Masuk ke bagian kedua, terdapat ruangan pribadi Pangeran Diponegoro. Di sudut sebelah kanan ada ranjang terbuat dari kayu dilengkapi dengan kelambu putih. Ranjang itu hanya beralaskan tikar berbahan daun pandan. Selain ranjang pribadi, di ruang kamar itu terdapat meja tulis yang biasa digunakan Diponegoro untuk menulis.
Sebelah meja yang dipakai Pangeran Diponegoro ada dua buah surat diatasnya. Surat yang ditulis Diponegoro untuk sang ibunda dan putra sulungnya. Serta ada dua kursi, pena bulu, dua buah tinta merah dan hitam, dan cawan dari tembaga. Juga ada sangkar burung karena Diponegoro punya kegemaran memelihara binatang.
Kamar Diponegoro juga dilengkapi koleksi tentang keputusan resmi Pemerintah Hindia Belanda tentang pengasingan Pangeran Diponegoro. Ada pula laporan saksi mata tentang masa tinggalnya di Batavia.
Bagian lainnya dari Kamar Diponegoro ada gambaran singkat tentang warisan dan pengaruh Pangeran sebagai sosok sejarah untuk pelopor Kebangkitan Nasional Indonesia pada awal abad ke-20. Lini masa singkat tentang Perang Jawa pada 1825-1830 hingga pengasingan Pangeran juga mewarnai Kamar Diponegoro.
Yang menarik, dalam koleksi museum terdiri dari benda-benda peninggalan Pangeran Diponegoro antara lain : meja kursi bekas kemarahan beliau berupa guratan kuku, jubah berukuran tinggi 1.57 m, lebar 1.35 m terbuat dari kain shantung, 7 buah cangkir tempat 7 macam minuman kegemaran beliau, balai-balai tempat sembahyang, sebuah Kitab Takrib.
“Semua ini merupakan barang asli yang dipakai Pangeran Diponegoro selama ditahan disini (museum sejarah Jakarta) – Red),” papar Mita, bagian Informasi dan Pendidikan Museum Sejarah Jakarta kepada Bisniswisata.co.id di Jakarta, Rabu (14/11/2018)
Sejarawan Peter Carey yang melakukan penelitian sejarah Perang Jawa dan Pangeran Diponegoro selama 30 tahun mengakui Kamar Diponegoro memang berlokasi asli di tempat itu. Diponegoro berada di kamar penjara selama 26 hari di Stadhuis (Balai Kota Batavia) dari 8 April sampai 3 Mei 1830.
“Diponegoro ditangkap secara licik di Magelang oleh komandan tentara Belanda, Jenderal Hendrik Merkus de Kock pada 28 Maret 1830. Jadi sebelum diasingkan ke Sulawesi, Diponegoro sempat ditahan di Batavia,” ujar Peter Carey, sejarawan berkebangsaan Inggris dari Oxford University saat soft launching Kamar Diponegoro.
Dijelaskan, Pangeran Diponegoro ditahan di kamar di atas penjara wanita, tempat Cut Nyak Dien ditahan. “Diponegoro menghuni kamar yang sangat panas dan Iklim (Batavia) yang sangat tak cocok bagi Pangeran itu untuk menunggu keputusan Gubernur Jenderal mengenai pengasingan politiknya di wilayah Sulawesi,” ungkap Carey juga bertindak sebagai pemandu.
Carey menceritakan, sosok Diponegoro merupakan tahanan politik berstatus tinggi yang disegani termasuk pihak Belanda. Diponegoro ditempatkan di kamar yang sebelumnya dipakai sebagai apartemen pribadi Kepala sipir atau Bui Kota Batavia. “Kepada pasukan pengawal Belanda, Pangeran Diponegoro mengatakan bahwa dirinya tak akan tahan tinggal di ruangan seperti itu, sebab panas bukan main,” tutur Carey.
Pangeran Diponegoro dianggap musuh terbesar pemerintah kolonial Belanda di abad ke-19. Perang Jawa yang dilancarkannya bikin Belanda ketar-ketir. Perlawanan sang pangeran Jawa ini menyedot biaya besar dari kas perekonomian Belanda. Tidak aneh pihak Belanda mengupayakan apapun untuk mengakhiri perlawanan Diponegoro, termasuk lewat jebakan tipu muslihat.
Diponegoro tak seorang diri ditahanan itu. Selama 26 hari penahanannya di Batavia, Diponegoro ditemani sang istri Raden Ayu Retnoningsih, adik perempuannya Raden Ayu Dipowiyono, saudara ipar Raden Tumenggung Dipowiyono, dan 16 punakawan (pembantu akrab). Semua pengikut Diponegoro diasramakan di belakang Stadhuis.
Tak banyak yang bisa dilakukan Diponegoro semasa penahanan di Batavia. Untuk mengisi waktu, Diponegoro menulis surat kepada keluarganya. Satu surat untuk ibunda Raden Ayu Mongkorowati. Satu surat lagi untuk putra sulungnya, Pangeran Diponegoro Muda.
Untuk memulihkan malaria yang dideritanya, Diponegoro rajin memakan jejamuan seperti temu lawak dan beras kencur. Dia pun gemar mengunyah sirih. Seorang seniman merangkap hakim Batavia, Adrianus Johanes jan Bik yang bertugas mengawasi Diponegoro juga sempat melukis sketsa wajah Diponegoro. Sesekali, Diponegoro diizinkan berkeliling ke pelataran belakang yang kini menjadi alun-alun museum.
Setelah titah Gubernur Jenderal van den Bosch keluar, hukuman kepada Diponegoro diputuskan. Diponegoro diasingkan dan tak akan kembali lagi ke tanah leluhurnya di Jawa. Pengasingan Diponegoro berlangsung hingga akhir hayatnya di Manado (1830-33) kemudian Makassar (1833-55). “Selama 25 tahun dia tak dibunuh tapi semacam dikubur hidup-hidup,” kata Carey.
Pangeran Diponegoro dikenal sebagai pahlawan Nasional yang mempunyai latar belakang sejarah yang cukup heroik. Pangeran Diponegoro melawan Belanda dalam sebuah peperangan yang disebut Perang Diponegoro.
Peter Carey berharap dengan adanya Kamar Diponegoro ini, generasi muda Indonesia bisa menghargai sejarah. Sebuah bangsa bisa maju karena warganya yang mengetahui jati diri bangsa melalui sejarah. “Apabila bisa menjawab tiga pertanyaan ini, siapa kita, dari mana kita, dan mau ke mana kita, maka dia tahu jati diri bangsanya dan saya yakin bangsa Indonesia akan maju,” lontarnya.
Grand launching Kamar Diponegoro akan diselengggarakan pada 30 Maret 2019. Kamar Diponegoro akan dibuka untuk pengunjung maupun wisatawam Museum Sejarah Jakarta setelah peluncuran
Dalam acara soft launching Kamar Diponegoro juga dihadiri kerabat Pangeran Diponegoro. Salah satunya ialah Ki Roni Sodewo yang merupakan generasi ketujuh dari Pangeran Diponegoro. Ki Sodewo sangat mengapresiasi dengan adanya Kamar Diponegoro sebagai penghormatan atas jasanya sebagai pahlawan. (EP)