Jelang Tahun Baru, Okupansi Kamar Hotel Tak Menggembirakan

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Menjelang pergantian tahun, okupansi kamar hotel tidak begitu menggembirakan. Meskipun mengalami kenaikan dibandingkan hari biasa, namun masih belum sesuai target yang diharapkan. Kondisi ini disebabkan pariwisata Indonesia belum membaik. Kondisi pariwisata saat ini justru cenderung mengalami penurunan.

“Saya tidak punya data pasti. Tapi kalau dari data yang saya dengar hotel dan tempat wisata agak turun dibandingkan tahun lalu,” papar Wakil Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Rainier Daulay di Jakarta.

Ada beberapa faktor, lanjut dia, yang menyebabkan penurunan tersebut. Salah satunya adalah terjadinya bencana alam di beberapa daerah. Terlebih lagi terjadi tsunami baru-baru ini di wilayah wisata di Provinsi Banten.

“Kan kalau ada bencana orang jadi takut kemana-mana. Banyak yang awalnya mau pergi jadinya batal, apalagikan berturut-turut. Dan itu terjadi di tempat wisata dan di akhir tahun,” ucapnya

Faktor lainya. tren wisata ke luar negeri bergerak naik. Ada kecenderungan masyarakat Indonesia lebih memilih wisata ke luar negeri ketimbang dalam negeri, sehingga berpengaruh terhadap okupansi kamar hotel. “Wisata ke luar negeri malah lebih murah. Ini yang seharusnya kita pikirkan,” ujarnya seperti dilansir KoranSindo, Sabtu (29/12/2018).

Menurutnya, kondisi ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Pemerintah harus segera bertindak untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Jika tidak, dapat dipastikan kondisi ini akan terus berlangsung sampai tahun 2019 mendatang.

“Bencana memang bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Tapi harus ada early warning system, dengan begitu para wisatawan merasa aman dan nyaman. Pariwisata kan kuncinya aman dan nyaman,” tandasnya.

Untuk dapat bersaing dengan wisata di luar negeri, dia mengatakan, potensi yang ada harus dikelola dengan baik. Menurut dia, faktor keamanan dan kenyamanan masih perlu ditingkatkan. “Kita punya potensi bagus tapi tidak dikelola. Industri pariwisata nyaman dan aman. Tempat bagus tapi toilet kotor. Kan orang jadi malas. Masyarakat kita juga perlu disiapkan,” ujarnya.

Senada diungkapkan Alexander Nayoan dari Jakarta Hotel Institute. Menurut dia, okupansi jelang tahun baru pasti lebih tinggi dibanding biasanya. Namun, belum sesuai yang diharapkan. “Tentu meningkat, tapi belum sesuai yang diharapkan. Meskipun bukan daerah yang terkena bencana hal tersebut cukup berpengaruh,” ungkapnya.

Juga, adanya hotel-hotel baru di wilayah sekitar Jakarta juga ikut berpengaruh pada okupansi hotel di Jakarta. Misalnya saja di Cikarang, Tangerang, Bekasi dan lainnya.

“Empat tahun lalu okupansi bisa mencapai 115% karena satu hari kamar bisa dua kali digunakan. Sekarang mungkin masih 80%-an. Memang masih tinggi tapi dibandingkan empat tahun lalu tentu lebih rendah, ” paparnya sambil menambahkan Pemerintah daerah perlu lebih gencar lagi melakukan promosi untuk kunjungan ke Jakarta. (EP)

Endy Poerwanto