NASIONAL NEWS SOSOK

Jamu Bagian Penting Medical Tourism Indonesia

Karyanto, pendiri JamuDigital.com ingatkan potensi jamu untuk medical tourism di Indonesia.(Foto.Dok. Pribadi).

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Jamu sebagai warisan nenek moyang bangsa Indonesia memiliki potensi besar untuk mejadi bagian penting dari Medical Tourism pengobatan tradisional Indonesia.

Kunci utama untuk mewujudkannya adalah mensinergikan stakeholders terkait untuk membangun medical tourism pengobatan tradional yang sudah menjadi bagian dari kultur masyarakat Indonesia. 

Medical tourism adalah perjalanan seseorang dari suatu negara ke negara lain untuk mencari perawatan medis- apakah konvensional atau tradisional. Indonesia memiliki potensi besar untuk pengobatan tradisional, dengan menggunakan Jamu sebagai bagian penting dari tatalaksana medical tourism

Menurut Karyanto,  Fouder JamuDigital, dengan potensi sumber daya alam, kompetensi SDM, dan dukungan sosial-budaya yang kuat, produk herbal di Indonesia atau yang biasa dikenal dengan istilah Jamu ini, semestinya dapat menjadi komoditi yang mendunia-termasuk melalui medical tourism.  

“Sayangnya, melimpahnya biodiversitas di nusantara ini, belum didukung political will yang kuat. Akibatnya, potensi yang ada belum menjadi keunggulan daya saing. Negara diharapkan dapat memposisikan diri untuk mendukung pertumbuhan nation branding, sehingga produk herbal atau jamu di Indonesia dapat lebih menjulang tinggi di era Revolusi Industri 4.0,” ujar Karyanto- Sarjana Farmasi Alumni UGM ini.

Padahal Presiden Indonesia, Joko Widodo sudah menjadi ‘brand ambassador’ Jamu melalui Vlog Jamu yang menjadi viral- yang menceritakan kebiasaan Pak Jokowi minum Jamu ramuan: Jahe, Kunyit dan Temulawak yang dikonsumsi secara rutin.

Semestinya, budaya minum Jamu dari orang nomor satu di Indonesia ini, juga dapat dijadikan motivasi untuk dijadikan budaya minum Jamu oleh seluruh masyarakat Indonesia. Presiden saja minum Jamu!

Melihat fenomena ini, Karyanto- yang juga lebih dari 10 tahun berkarir sebagai wartawan ini, ingin berpartisipasi mengembangkan literasi Jamu melalui media online JamuDigital (www.jamudigital.com). Dengan pengalaman lebih dari 20 tahun sebagai praktisi komunikasi public- diberbagai perusahaan bidang farmasi dan alkes di Indonesia, maka sejak awal tahun 2017 mendirikan JamuDigital

Karyanto setiap hari menggemakan potensi Jamu melalui media online dan jaringan media sosial JamuDigital- untuk membantu memperkuat brand Jamu Indonesia dan akses pasar digitalnya melalui www.jamudigital.com

Menurut dia, potensi bahan alam di Indonesia dengan meninjau dari sejumlah aspek, yaitu tiga aspek: Genetic resources, Traditional knowledge, Herbal medicine product.

Aspek Genetic resources merujuk pada keanekaragaman hayati di Indonesia. Dengan lebih dari 30.000 spesies tanaman, Indonesia dikenal sebagai negara mega biodiversitas ke-5 di dunia (LIPI, 2015). Sekitar 9.600 tanaman berkhasiat sebagai obat.

Aspek Traditional knowledge didasarkan pada hasil penghimpunan informasi oleh Riset Tumbuhan Obat dan Jamu (RISTOJA). Menurut data yang diperoleh RISTOJA, terdapat sekitar 25.821 ramuan dan 2.670 spesies tumbuhan obat. Data tersebut diperoleh setelah meneliti 303 etnis yang tersebar di 24 provinsi di Indonesia (Laporan Ristoja B2P2TOOT, 2015). 

Aspek Herbal medicine products dapat melihat jumlah NIE (Nomor Ijin Edar) obat tradisional. Data yang tersedia hingga September 2018, sebanyak 10.688 NIE (data base Badan POM). Dan kurang dari 5.000 simplisia yang digunakan untuk memproduksi obat tradisional.

Karyanto menilai  potensi Jamu Indonesia benar-benar potensi yang dahsyat.  Jamu harusnya jadi muatan kapal ekspor non migas, juga menjadi ‘senjata’ penembus pasar global ditengah era back to nature masyarakat dunia apalagi di era COVID-19.

Tidak banyak negara dengan potensi sehebat  Indonesia. Ini juga potensi untuk dijadikan bagian penting dari medical tourism. Lantas mengapa jamu Indonesia belum naik kelas menjadi bagian dari Jaminan Kesehatan Negara (JKN)?

Sebagaimana yang telah diketahui, China sangat kuat dengan tradisi Traditional China Medical (TCM), India memiliki ayuverda, Jepang memiliki kampo. Negara tetangga, Malaysia juga punya produk herbal tongkat ali. 

Dengan sinergi meletupkan semangat ‘bambu runcing’ sebagai metafora merujuk ‘sikap maju tak gentar’, Karyanto yakin, Indonesia dapat menjadi negara kuat di bidang pengembangan obat herbal, ramuan jamunya mengalir melintas berbagai benua, menyehatkan masyarakat dunia.

Dalam perjalanannya mengembangkan literasi jamu, Karyanto tidak segan untuk menyempatkan diri mencari produk herbal Indonesia atau sekedar membandingkan herbal di negara-negara yang pernah ia kunjungi.

Mpon-mpon Indonesia seperti jahe, kunyit, temulawak dan kencur yang berkhasiat melawan virus corona

Jamu sebagai Nation Branding

Konsep nation branding pada prakteknya dapat menjadi pilihan strategi komunikasi pemasaran untuk memperkuat citra produk Indonesia- yang unik dan komprehensif. Komunikasi nation branding yang terencana, mampu membawakan nilai-nilai baik kepada masyarakat internasional terhadap citra Indonesia.

Imbal baliknya adalah mempermudah strategi komunikasi ‘product branding’. Nation branding adalah usaha membangun dan menjaga citra suatu negara secara holistik, yang dibentuk melalui internal dan eksternal yang berbasis pada nilai dan persepsi positif.

Saling berinteraksinya antara product branding dengan nation branding, seakan kita tidak dapat memisahkan keduanya. Sudah seperti satu paket, keduanya saling memberi pengaruh dan mempengaruhi.

Salah satu contoh bagaimana nation branding sangat mempengaruhi product branding adalah sado. Masyarakat Jepang yang selalui mengenalkan budaya minum teh hijau (sado) kepada para pengunjung.

Kesan pertama saat dikenalkan dengan sado waktu tahun 1994 berkesempatan untuk mengunjungan Hiroshima biasa saja. Malah lebih nikmat menyeruput teh aroma melati yang sangat terkenal di tanah air. 

Namun, seperti itulah membangun product branding, dengan menggiring publik. Dalam suatu pameran, para pengunjung dikepung untuk mendapatkan persespi yang unik. Membangun nation branding- dikemas dalam product branding disampaikan dalam tourism program

Jepang sukses dengan strategi ini, yang kini kita kenal teh Matcha. Jepang juga mengembangkan TJM (Traditional Japanese Medicine) dan pengobatan herbalnya terkenal dengan nama Kampo.  

Selain Jepang, Malaysia juga memiliki sistem nation branding yang cukup baik. Geliat herbal di negara tetangga banyak memiliki basis kesamaan budaya kita. Seperti yang telah disebutkan tadi, Tongkat Ali merupakan brand herbal yang cukup terkenal di Malaysia. Bahkan di toko sekelas minimarket yang khusus menjual produk helbal, terdapat alat pendeteksi keaslian produk Tongkat Ali tersebut. Nama alatnya MediTag. 

Seperti kartu ATM, tetapi ada dua lubang, yang mana lubang tersebut digunakan untuk ditempelkan pada barcode yang ada pada setiap kemasan. Jika produk herbal itu asli, maka akan terbaca sebuah logo dari sebuah lembaga di Malaysia. Jika palsu, tidak muncul logo tersebut.

Tidak hanya di minimarket saja, di berbagai mall besar di Malaysia, seperti Suria KLCC, Kuala Lumpur City Centre, juga di Central Market yang mana menjadi destinasi yang sering dikunjungi wisatawan, juga ada counter yang menjual Tongkat Ali. 

Tidak hanya itu, olahan herbal dari jahe juga cukup populer di Malaysia seperti yang dijual di salah satu toko herbal khusus di Chin Swee Temple.

Contoh lainnya adalah India, sempat belajar Ayuverda dan Fisioterapi di Shree Guru Gobind Singh Tricentenary (SGT) University di Gurgaon, New Delhi dan di Janardan University (UdaipurI) India, dia melihat bahwa keunggulan Ayuverda adalah dikonsep secara terintegrasi dalam sistem pengobatan tradisional yang terpadu. 

Ayurveda terdiri dari kata ‘ayur’ berarti hidup, dan ‘veda’ berarti bermakna pengetahuan/ilmu pengetahuan, Ayuverda sendiri memiliki arti ilmu pengetahuan tentang hidup atau cara hidup sehat berdasarkan ilmu pengetahuan. 

Konsep pengobatan Ayuverda yang memanfaatkan tumbuhan sebagai obat, telah menjadi bagian dari nation branding bangsa tersebut.

Selain itu, di Arab Saudi, masyarakat dunia tentu sangat akrab dengan buah kurma dan susu unta. Buah kurma adalah product branding yang kuat untuk makanan dengan kandungan gizi yang tinggi, dan sudah menyebar ke berbagai negara, khususnya di negara-negara mayoritas muslim. 

Indonesia dengan diaspora yang sangat banyak di jazirah arab ini, harusnya dapat dijadikan pasar herbal/ jamu. Jumlah diaspora Indonesia diseluruh dunia mencapai 8 juta orang dan di Arab Saudi relatif besar jumlahnya, apalagi dengan kegiatan ibadah umrah dan haji- silih berganti.

Penguatan UMKN 

Karyanto menyarankan untuk menjadikan Indonesia sebagai medical tourism pengobatan tradisional, maka kolaborasi dan sinergi dari berbagai stakeholders perlu dilakukan, yaitu dengan langkah-langkah strategis berikut ini:

  1. Makin memberdayakan UMKM Jamu agar mutu produk meningkat, kemasan makin modern, akses pasar digital dikembangkan
  2. Menetapkan sejumlah wilayah di Indonesia sebagai destinasi wisata Jamu dan konsep ini dikombinasikan dengan pelayanan pengobatan tradisional yang terintegrasi sehingga dapat menjadi medical tourism yang menjanjikan
  3. Meningkatkan kompetensi pengobatan tradisional, tidak hanya skill teknik terapinya, tetapi juga skill bahasa asingnya.
  4. Disiapkan eksosistem digital yang mensinergikan konsep medical tourism. 

Kini political will dibutuhkan agar jamu menjadi bagian penting Medical Tourism Indonesia. Perlu fokus sejauhmana mpon-mpon sebagai  obat herbal yang tepat untuk melawan COVID-19 ?

 

Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)