NEWS TRANSPORTASI

Jadi Lokomotif Pariwisata, Jalur KA Mak Itam Diaktifkan

SAWAHLUNTO, bisniswisata.co.id: Nama Mak Itam memang sudah melegenda, sudah dikenal wisatawan nusantara maupun mancanegara yang berwisata di Sawahlunto Sumatera Barat (Sumbar). Agar menjadi lokomotif penggerak pariwisata lebih marak lagi, Walikota Sawahlunto Deri Asta berencana mereaktivasi jalur kereta api jalur rel kereta api dari Stasiun Kampung Teleng menuju Stasiun Muaro Kalaban.

Jalur rel tersebut nantinya akan difungsikan sebagai jalur operasional lintasan kereta api wisata lokomotif uap E 1060 “Mak Itam”. Pemko Sawahlunto akan mengajukan proposal reaktifasi jalur rel kereta api tersebut ke Kementerian Perhubungan, PT. Kereta Api Indonesia (PT. KAI) dan sejumlah pihak terkait lainnya.

“Atas saran dari Dirjen Perkeretapian Kementerian Perhubungan RI sangat bermanfaat memberi kami petunjuk langkah apa yang harus dilakukan untuk mereaktivasi jalur KA di Sawahlunto. Saya akan mengkoordinasikannya ke Dinas terkait. Tujuannya demi mendongkrak kunjungan wisatawan ke Sawahlunto,” kata Walikota Deri Asta, Sabtu (30/3).

Jalur rel kereta api dari Stasiun Kampung Teleng sampai ke Stasiun Muaro Kalaban ini panjangnya berkisar mencapai 5 kilometer. Kondisi jalur rel tersebut diketahui aman. Hanya ada kerusakan di sejumlah titik baik itu kerusakan pada rel maupun lingkungan sekitar seperti dilanda longsor atau lainnya. Untuk beberapa titik ada bangunan masyarakat yang berjarak terlalu dekat dengan rel tersebut.

Direktur Keselamatan Perkeretaapian Dirjen Perkeretapian Kementerian Perhubungan RI, Edi Nursalam diketahui berkunjung ke Kota Arang, kemarin Jumat (29/3). Di situ Edi memberikan sejumlah saran untuk mereaktivasi jalur rel KA dari Stasiun Kampung Teleng ke Stasiun Muaro Kalaban.

“Silakan ajukan pengusulannya ke Kementerian dan PT. KAI. Kawal terus, upayakan agar lolos sampai ke APBN. Untuk itu tidak ada salahnya juga diminta juga bantuan dari DPR agar meloloskan usulan reaktifasi jalur rel ini,” ucap Edi seperti dilansir Republika.co.id.

Edi melihat jalur KA dari Kampung Teleng ke Muaro Kalaban cukup strategis untuk jalur kereta wisata dengan lokomotif uap legenda ‘Mak Itam’ yang dikenal sangat legendaris sejak zaman penjajahan. Ia merasa kehadiran kereta api Mak Itam ini akan jadi pertimbangan tersendiri bagi pemerintah pusat.

Menurut Edi potensi jalur rel yang ada di Kota Arang sangat bagus untuk dimaksimalkan dengan dimanfaatkan sebagai jalur kereta wisata. Sekarang tinggal melakukan perbaikan sejumlah titik yang mengalami kerusakan dan lainnya. “Ini kan kita sudah punya relnya. Tinggal perbaikan saja,” sambungnya.

Mak Itam, demikianlah julukan untuk lokomotif uap E1060 yang kini kembali beroperasi di Sawahlunto. Penyebutan Mak Itam bagi warga Minangkabau bukan hanya pada lokomotif tipe itu sajat, melainkan seluruh lokomotif kereta api dan tidak hanya lokomotifnya melainkan kereta itu sendiri disebut Mak Itam.

Mak Itam E1060 adalah buatan Hartmann Chemnits Jerman tahun 1865. Mak Itam adalah satu-satunya lokomotif uap yang masih berfungsi dan berada di Sawahlunto. Lokomotif ini sekarang beroperasi sebagai salah satu angkutan wisata dan pernah berada di Ambarawa tahun 1997 untuk perawatan dan perbaikan yang kemudian pada akhirnya 3 Desember 2007 silam Mak Itam kembali kerumahnya di Sawahlunto.

Saat itu, sebenarnya bukan hanya untuk perbaikan dan perawatan melainkan untuk membantu lintasan bergigi di Ambarawa. Sayangnya gigi lokomotif Mak Itam ini tidak cocok di rel kereta Ambarawa sehingga harus dilepas. Padahal tindakan melepas gerigi lokomotif ini mestinya tidak terjadi, apalagi diketahui geografis Sumatera Barat yang berlembah dan berbukit.

Mak Itam juga sempat menjadi pajangan museum kereta api Ambarawa di antara 21 koleksi lokomotif uap lainnya. Pada awal masa kehadirannya di Sumatera Barat, lokomotif uap ini memiliki tugas untuk menarik atau mendorong rangkaian gerbong-gerbong dengan muatan batubara dari Sawahlunto ke Emmahaven atau Teluk Bayur di Padang.

Mak Itam pernah melintas di jalur Sumatera Barat. Tak hanya sebagai angkutan barang kereta api melainkan juga mengangkut penumpang. Lokomotif ini mampu beroperasi hingga tahun 1984 dan perlahan pengabdiannya sebagai angkutan berakhir secara perlahan. Mak Itam pernah diusulkan menjadi cagar budaya. (NDY)

Endy Poerwanto