NEWS

Industri Pariwisata Italia Diambang Kehancuran

ROMA, bisniswisata.co.id: Industri pariwisata Italia boleh merasa lega ketika pemerintah menyatakan berhasil mengendalikan penyebaran virus corona. Awal 2020, Italia termasuk negara kedua di luar China yang paling parah terdampak pandemi COVID-19. 

Kemudian datang musim panas yang seolah menawarkan secercah harapan. Para pelaku bisnis di sektor ini betul-betul telah siap meyambut para pelancong.

Namun, belum sempat mereka menikmati puncak musim liburan, musim dingin keburu datang. Pengamat memperkirakan hal Itu dapat menghancurkan harapan pada pemulihan ekonomi, terutama di sektor pariwisata. 

Pemerintah Italia, seperti halnya di banyak negara lain, telah menggelontorkan banyak uang tunai untuk membantu pelaku bisnis dan rakyat yang paling terdampak virus corona.

Mereka berharap keadaan segera membaik dan dunia pariwisata kembali bergairah. Sekadar informasi, sektor pariwisata yang menyumbang sekitar 13 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) negara tersebut.

Namun dengan masih banyaknya negara yang memberlakukan aturan lockdown, harapan itu pun sirna. Apalagi musim dingin sebentar lagi segera datang.

 “Turis adalah apa yang kami butuhkan untuk tetap hidup,” kata Cassandra Santoro CEO sekaligus pendiri layanan perencanaan perjalanan,Travel Italian Style. 

“Pemandu wisata kami, para sopir, dan pekerja yang tersebar di Piedmont hingga Sisilia sudah memperkirakan akan kehilangan pekerjaan. Dan kini, mereka mencari pekerjaan lain.”

Secara tradisi, Agustus adalah bulan liburan bagi orang Italia. Penduduk akan berbondong-bondong keluar menikmati liburan dengan cara apapun untuk sejenak melepas penat.

Banyak orang berpikir tahun ini pun akan serupa meski harus dengan menerapkan aturan normal baru, yakni pakai masker dan jaga jarak sosial.

Nyatanya keadaan tidak membaik meski 60% warga Italia menyatakan akan rehat dan turis dari negara-negara Eropa bagian utara juga pergi berlibur ke sana. Perkiraan ekonomi tetap buruk.  

 “Proyeksi kerugian pada 2020 yang disebabkan minimnnya kunjungan turis asing adalah 24,6 miliar Euro [setara Rp 430 triliun), dan bahkan pengeluaran domesik pun turun 43,6 miliar Euro [setara Rp 760 triliun],” kata Giorgio Palmucci, presiden dewan pariwisata nasional Italia, ENIT.

Pandemi COVID-19 merusak tatanan ekonomi. Meski dengan harapan pertumbuhan dan pemulihan bakal terjadi dalam dua tahun mendatang, kerusakan parah yang luas membutuhkan pemulihan waktu lebih lama.

“Semua kota di Italia diperkirakan akan terkena dampak signifikan, terutama daerah yang lebih bergantung pada pengunjung internasional seperti Venesia, Florence, dan Roma.”

Masalah diperburuk dengan bertambahnya kasus COVID-19 yang disumbang anak-anak muda Italia. Mobilitas mereka tinggi, melintasi perbatasan ke negara-negara seperti Kroasia, Yunani, dan Malta. Selain itu, mereka juga kerap menyelenggarakan pesta musim panas di rumah-rumah. 

Meski tingkat kenaikan kasus baru masih lebih rendah dibandingkan Perancis dan Spanyol tetapi orang Italia khawatir dengan segera datangnya musim dingin. 

Kekhawatiran akan datangnya gelombang kedua infeksi COVID-19 memusnahkan harapan kebangkitan sektor pariwisata pada September dan Oktober. Banyak pelancong luar negeri telah membatalkan rencana liburannya dan memilih menunggu keadaan membaik.

Para pemilik usaha kini menganggap pernyataan pemerintah bahwa musim panas akan menjadi pendorong pariwisata domestik hanya sebuah retorika.

Optimisme berlebihan ditambah imej pantai-pantai yang padat saat libuaran Ferragosto pada 15 Agustus lalu, hanya menjadi semacam ‘asap’ penutup bagi gambaran industri yang sesungguhnya tengah di ambang kehancuran. 

Angka statistik menunjukkan gambaran yang lebih buruk. Konfederasi Bisnis Italia melaporkan 70% hotel di kota-kota seperti Roma dan Florence serta 20% di daerah pesisir tidak pernah kembali dibuka setelah aturan lockdown diberlakukan.

Lembaga Statistik Nasional Italia memproyeksikan 60% bisnis di sektor pariwisata khawatir mereka akan segera collapse. Larangan perjalanan ke luar negeri bagi warga Amerika – salah satu sumber pendapatan periwisata terbesar di Italia – juga ikut memperparah keadaan. 

 

Rin Hindryati