FASHION

Iming-Iming Pekan Mode Dunia Menggoda Desainer Lokal

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Bagi para desainer, termasuk mereka dari Indonesia, panggung pekan mode dunia punya daya tarik sangat besar. Sudah banyak desainer Indonesia tampil di beberapa panggung dunia, termasuk Paris Fashion Week, Tokyo Fashion Week, sampai New York Fashion Week.

Anniesa Hasibuan, Nur Zahra, Dian Pelangi, Barli Asmara, Denny Wirawan, Peggy Hartanto, Khanaan Samlan, Soe Jakarta, dan lainnya adalah sederet desainer lokal sudah go international di panggung dunia, yang begitu menggoda.

Pada 2018 ini, sederet desainer Indonesia lainnya seperti Tities Sapoetra, Xiao Fen, Lia Afif, Jeny Tjahjawati, Si.Se.Sa, Dian Pelangi, dan Khanaan Samlan juga bakal memamerkan karya mereka di pusat mode dunia, Paris, Prancis. Sementara itu, Dian Pelangi dan Khanaan Samlan juga menampilkan koleksi di pameran Contemporary Muslim Fashion di de Young Museum, San Francisco, Amerika Serikat.

Paris Fashion Week merupakan ajang fesyen terbesar yang menampilkan desainer dan rumah mode penguasa industri fesyen dunia yang diselenggarakan oleh French Fashion Federation. Untuk memeriahkan pekan mode di Paris itu, digelar banyak acara serupa yang mendatangkan beragam desainer dunia.

Kini, desainer Tities bakal mengikuti Paris Fashion Show Spring Summer 2019 yang digelar oleh Fashion Division pada 28 September. Dia bakal berbagi panggung dengan empat desainer muda asal Indonesia lainnya.

Pentas di Paris ini bakal menjadi peragaan busana internasional yang pertama bagi Tities. Sejak mengawali karier pada 2015 lalu, Tities baru menggelar peragaan di Indonesia. Tities menganggap berangkat ke luar negeri merupakan salah satu mimpinya yang terwujud. “Setiap tahun ini ada di catatan aku, punya impian yang go international,” ucap Tities seperti dilansir CNNIndonesia.com, Kamis (20/09/2018).

Desainer muda lainnya, Xiao Fen, akan memamerkan karyanya di Paris Runway Show yang digelar oleh Oxford Fashion Studio pada 1 Oktober. Langkah besar tampil di panggung mode dunia sering kali dianggap sebagai batu loncatan untuk karier desainer. Menggelar show di luar negeri, sering kali identik dengan go international, dianggap sebagai upaya yang bakal menentukan kesuksesan seorang desainer. Apalagi jika bisa menggelar show tunggal di pekan dunia mode.

Tapi tak dimungkiri, ada juga orang-orang yang justru nyinyir atau meremehkan. Anggapan international oriented pun mampir ke pundak desainer-desainer tersebut.

Memang, show di luar negeri dan ikut peragaan mode dunia tak melulu berbuah keberhasilan dan kesuksesan. Meski go international adalah mimpi besar pada desainer, tapi pada kenyataannya mereka juga sadar akan kemungkinan 50:50 untuk bisa sukses lewat show tersebut. “Jika ada kesempatan, siapa yang enggak mau,” ujar Dian Pelangi

Para desainer sendiri sadar show di Paris atau belahan dunia lain bukan jaminan sukses, meski setidaknya bisa mendongkrak popularitas label. “Kiblat fesyen kebanyakan dari barat dan show di luar negeri bakal menaikkan level label tersebut,” kata Dian.

Dilanjutkan, kesempatan berpartisipasi dalam gelaran fesyen internasional bakal mendatangkan beragam manfaat. Pertama, branding atau membentuk brand atau label. “Tidak ada salahnya branding label di sana. Karya kita bisa dikagumi. Imbasnya tetap pasar di Indonesia. Kita bisa bilang bahwa label ini pernah fashion show di sini, di sini,” tegas Dian.

Kedua, penjualan atau selling. Dian berkata desainer pasti ingin usahanya terus berjalan. Jika koleksi laku, maka bisa menjadi modal untuk kemunculan koleksi baru.

Harapan akan meluasnya pasar juga menjadi harapan para desainer. Dari pengalamannya show di luar negeri, Dian dapat memetakan negara-negara yang bisa menjadi pembeli potensial atau potential buyer. “Kalau show di Amerika Serikat atau Eropa itu lebih ke branding. Pasar saya lebih ke negara Timur Tengah dan Asia karena baju saya dipakai enggak cuma dinikmati,” imbuh Dian.

Senada dengan Dian, Khanaan berpendapat bahwa beragam bentuk pertunjukan di luar negeri bakal bermuara pada penjualan. Namun, ia tidak menampik bahwa usaha promosi hingga ke berbagai negara selain untuk menambah pasar juga untuk mempertahankan pasar yang sudah terbentuk. “Sekarang harus promosi, kalau enggak promosi negara lain bisa ambil pasar kami,” kata dia dalam kesempatan serupa.

Dian Pelangi mungkin bisa sedikit tenang karena bukan pertama kalinya show di luar negeri. Karya-karyanya punya pasar sendiri di luar negeri. Labelnya bisa dibilang sukses di pasar internasional dan lokal. Kondisi ini mungkin berbeda untuk Tities Sapoetra dan Xiao Fen. Mereka berdua sadar kalau ‘iming-iming’ dan bayangan sukses di pasar lokal setelah show di luar negeri dengan mudah masih harus diraba-raba.

Meski koleksi Tities sudah dikenal di kalangan anak muda, namun show keluar negeri ini akan jadi pengalaman pertamanya. Dibanding membayangkan sukses dan bisnis meroket, Tities mencoba melihat ajakan show di luar negeri ini sebagai tempat mencari pengalaman dan mencoba peruntungan. “Sukses itu tergantung keberuntungan. Kita enggak akan pernah tahu kalau enggak dicoba, yang penting usaha dulu semaksimal mungkin,” kata Tities.

Di gelaran Fashion Division Paris Fashion Week itu, Tities juga bakal mengikuti pertemuan dengan pembeli dan distributor dari berbagai departement store. Jika karyanya berhasil menarik hati pembeli, bukan tak mungkin rancangan Tities bakal mejeng di banyak departement store dunia. “Tujuan utamanya adalah ingin ketemu buyer di sana, ketemu pemilik departement store,” ujar Tities yang mengawali karier sebagai selebriti ini.

Xiao Fen pun setuju dengan Tities. Xiao Fen justru melihat kesempatan show di luar negeri ini bukan sebagai tujuan go international oriented. Sebaliknya ini bisa menjadi gambaran akan perkembangan karyanya. “Show di luar negeri tidak menentukan hal tersebut (kesuksesan). Justru menurut saya itu adalah saat penentuan apakah karya saya bisa diakui baik di Indonesia maupun di mata dunia atau tidak,” kata Xiao Fen.

Desainer adibusana asal Surabaya ini mengaku ke luar negeri untuk bisa melihat penilaian dunia luar terhadap karyanya. Walau sudah melanglang buana ke Paris, dua desainer ini tetap masih berambisi untuk tampil dan memeragakan karya mereka di panggung Indonesia. Mereka masih melihat Indonesia sebagai pasar utama.

“Ya masih tertariklah untuk show di Indonesia. Itu, kan, utamanya. Harapannya habis dari luar negeri bisa diterima dan produknya laku serta menginspirasi,” kata Tities.

Buat para desainer yang baru akan melangkahkan kaki ke pertunjukan bertaraf internasional, Dian dan Khanaan memiliki saran. Berdasarkan pengalaman Dian, ia ingin para desainer yang ingin memamerkan karya di luar negeri untuk memperhatikan keberlangsungan alias sustainability.

Apalagi pertunjukan di luar negeri memerlukan biaya jauh lebih besar daripada pertunjukan dalam negeri. “Jangan sampai besar pasak daripada tiang. Yang kita harapkan sustainability, bukan datang terus ‘bye’. Harus dipikirkan setelah fashion show terus apa,” katanya.

Kedua perlu dipertimbangkan adalah kualitas. Dian memberikan gambaran bahwa karya bakal dilihat oleh penikmat fesyen dari berbagai negara plus media-media internasional. Koleksi yang memiliki cacat bisa menjadi buah mulut dan tentu saja ini akan berimbas negatif pada citra label. “Ada satu benang nongol saja, yang ngomongin semua media. Jadi omongan mereka itu kalau enggak bagus banget ya parah banget. Desainer harus hati-hati,” imbuhnya.

Ketiga, jangan sia-siakan networking. Berkunjung ke luar negeri untuk pertunjukan juga dimanfaatkan untuk membangun jejaring dengan artis atau selegram sekalipun. Ini penting untuk membangun pasar.

Khanaan menambahkan hal keempat yang tak kalah penting yakni riset. Desainer perlu membaca pasar mode di negara yang dikunjungi. Riset bakal memberikan gambaran apakah koleksi cocok dengan selera pasar. Harapannya, desainer bisa mendapatkan pembeli di negara tujuan.

Tak hanya pasar mode secara luas, desainer juga perlu mempertimbangkan figur mode di negara tersebut misalnya, Khanaan bakal berkunjung ke Yordania dalam kesempatan gelaran mode sehingga ia mengamati gaya busana Ratu Rania. “Dampaknya di sana mendapat pembeli, enggak cuma heboh show tapi pulang enggak mendapat buyer kan sayang,” ucapnya. (EP)

Endy Poerwanto