SOSOK

Ifoed : Menertawakan Diri Sendiri Lewat Karikatur

Panitia Tetap Anugerah Adinegoro PWI Pusat yang diketuai Rita Sri Hastuti menyelenggarakan  Webinar  “Berbagi Pengalaman Bersama Pemenang & Dewan juri 6 Kategori Anugerah Adinegoro 2021”. Acara yang akan berlangsung pada 6 Febuari  mendatang,  menyambut Hari Pers Nasional 9 Febuari 2021. Berikut profil pemenang kategori  Karikatur:  Muhammad Syaifuddin Ifoed dari Indopos

Sinopsis Karikatur :

Sejak ada COVID-19 orang dalam bekerjapun berubah. diantaranya menerapkan work from home. ( WfH).

kekuatan karikatur pemenang ini terletak pada tiga faktor utama. Pertama, mengandung ironi dengan humoristik tinggi, yakni antara kaum jelata dan kaum berpunya.

Kedua, karikatur ini mampu mengangkat tema yang sedang aktual di tengah masyarakat. “Dan ketiga, dari segi komposisi garis dan letak memiliki kekuatan menonjol

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Kalau ada kartunis, ilustrator dan komunikus yang dalam 29 tahun berkarir bisa menyabet 24 penghargaan tingkat nasional maupun Internasional maka Ifoed inilah orangnya.

Pria kelahiran Kendal, Jawa Tengah ini memang rajin mengikuti lomba-lomba di dalam dan luar negri meski menjadi kartunis otodidak saja dan usia 22 tahun mulai aktif  ikut lomba internasional di Jepang, Korea,  Taiwan secara rutin.

Dia juga rajin ikut pameran di Jakarta, Kaliwungu, Semarang, Jogyakarta, Bali, Jepang, Korea, Taiwan, Turki, Belgia, Belanda sehingga memiliki pengalaman dan jaringan yang luas.

Padahal untuk keahliannya ini  pendidikannya informal  saja  a.l sebagai penonton setia Pak Tino Sidin, lewat acara ‘Gemar Menggambar’ di TVRI yang selalu Ifoed tonton ketika masih duduk dibangku SD yang sekaligus  menjadi idola dan guru informalnya.

Perjalanan waktu dan tekunnya berlatih bukan saja menjadi profesi yang menyenangkan tapi  juga mengantarnya menjadi pengusaha dibidang  ekonomi kreatif ini lewat bendera usaha Comunicartoon Studio.

“Dunia akan berhenti berputar jika tidak ada orang tersenyum”, kata Ifoed membuka obrolan. Nama lengkapnya  Muhammad Syaifuddin Ifoed, pemenang Anugerah Adinegoro kategori Karikatur yang sudah malang melintang di jagad dunia per-kartunan ini.

Dari sekedar hobi menggambar, akhirnya menghantarkan Ifoed menjadi kartunis profesional yang disegani di Indonesia. Terbukti salah satu prestasinya mendapat penghargaan sebagai Juara 2 pada PAPB International Cartoon Festival, 2019 dan Juara 3 Lomba Karikatur Pilwali Kota Surabaya pada November 2020 tahun lalu. 

Karikaturnya yang berjudul, ‘Dari Dulu Juga Sudah WFH’ yang sudah diterbitkan di Indopos pada 28 Maret 2020, terpilih sebagai pemenang kategori Karikatur  pada penghargaan paling bergengsi bagi insan pers Indonesia: Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2020.

Salah satu Dewan Juri Karikatur, Wina Armada – wartawan senior dan kolektor karya seni – menekankan bahwa kekuatan karikatur pemenang ini terletak pada tiga faktor utama. Pertama, mengandung ironi dengan humoristik tinggi, yakni antara kaum jelata dan kaum berpunya. 

“Bagi kaum jelata sudah sejak awal selalu bekerja di rumah, dan bukan sejak adanya pandemi COVID-19. Anjuran untuk bekerja di rumah buat mereka menjadi sesuatu yang tak berarti apa-apa,” kata Wina. 

Kedua, karikatur ini mampu mengangkat tema yang sedang aktual di tengah masyarakat. “Dan ketiga, dari segi komposisi garis dan letak memiliki kekuatan menonjol,” urainya.

Melalui karikatur, Ifoed ingin mengajak orang-orang untuk selalu tersenyum, menertawakan diri sendiri, meskipun kadang hanya senyum kecut ketika melihat gambar karikatur di media. 

Otodidak

Belajar menggambar kartun secara otodidak dan sejak dibangku SMP, Ifoed sudah menyalurkan bakatnya dengan membuat ‘kartun gag dan kartun strip’ lalu dikirimkannya ke Koran daerah. Begitu girangnya ia ketika kartunnya untuk pertama kali diterbitkan di harian Suara Merdeka, Jawa Tengah, 1982.  

Honor yang diterima waktu itu Rp 2.500 dan dari honor yang diterimanya itu semakin melecut semangat Ifoed menggambar kartun untuk dikirim keberbagai media daerah dan nasional. Namun ternyata itu tidak mudah.

“Dulu sering ngirim kartun dan gak dimuat, itu sudah biasa. Saya tetap ngartun dan mengirim lagi sampai bisa dimuat”, kenang Ifoed saat masa perjuangan mengawali karier sebagai kartunis. 

Tamat SMA, Ifoed bergabung di komunitas kartunis Kokkang (Kelompok Kartunis Kaliwungu). Pergaulan dengan sesama kartunis di Kokkang menambah wawasan ilmu kartunnya semakin terasah dan berkembang setelah mendalami ilmu Desain Grafis

Lewat Kokkang pula berbagai informasi lomba kartun internasional diperolehnya, iapun mulai tertarik mengikuti lomba kartun internasional. Hasilnya tak mengecewakan, beberapa penghargaan internasional telah diperolehnya.

Penghargaan itu  diantaranya: Honorable Mention, The Yomiuri International Cartoon Contest, Jepang, 1994, 1997 dan 1998. Honorable Mention, The Daejeon International Cartoon Contest, Korea, 1995 s/d 1997. Prize of Importance in The Courage World Cartoon contest, Taiwan, 1999.

Selain menjadi anggota Kokkang, Ifoed juga bergabung di organisasi kartunis nasional, Pakarti (Persatuan Kartunis Indonesia) dan pernah menjadi salah satu pengurusnya. 

Akhir tahun 1990, ketika sedang berpameran kartun di Jakarta, Ifoed ditawari bekerja di Majalah HumOr, tawaran itupun tak ditolaknya. Ia pun hijrah ke Jakarta karena bercita-cita ingin mengembangkan sayap menjadi kartunis profesional. 

Selama bekerja di HumOr, ia merasa sedang belajar banyak hal, menyerap ilmu dan wawasan dunia kartun dari kartunis-kartunis senior sekantornya, diantaranya Dwi Koendoro sang kreator Panji Koming. Badai krismon yang terjadi tahun 1997 membuat majalah HumOr ditutup.  

Tahun 1998, ada ajakan untuk bergabung di Tabloid Bianglala dan Majalah Anak Ina yang baru didirikan oleh Arswendo. Ajakan itupun dilakoninya untuk bekerja  sebagai ilustrator di majalah dan tabloid tersebut, yang hanya bertahan selama 2 tahun. Kedua media tersebut akhirnya tutup pada 2000.        

Comunicartoon

Merasa dirinya memiliki jiwa entrepreneurship, Ifoed menyebut dirinya sebagai ‘cartoonpreneur’, kartunis yang berjiwa entrepreneurship. Dengan bekal pengalaman dan kemampuan dibidang kartun dan ilmu desain grafis, Ifoed mendirikan Communicartoon studio. 

Studio yang bergerak dibidang jasa pembuatan kartun, desain grafis dan film animasi. Beberapa lembaga asing, lembaga pemerintah dan LSM yang pernah bekerja sama dengan Communicartoon studio  miliknya.

Diantaranya adalah The Asia Foundation, untuk kampanye pemilu di Timor Laste, 2001. Friedrich Naumann Stiftung (Jerman), pembuatan kalender politik dan Buku kartun ‘Agenda 100 Hari Pertama Presiden RI 2004-2009, sebuah rekomendasi’,2004. GTZ (Jerman), pembuatan buku komik dan film animasi ‘Hilang Identitas di Metropolitan’, 2007. 

Klien lainnya adalah Transparency International Indonesia, pembuatan Buku Komik Kartun, Pajak Bumi dan Bangunan, 2003. Pembuatan Kalender Aira, cucu Presiden SBY, 2011. Komisi Informasi Pusat (KIP), pembuatan Maskot, Poster dan film animasi, 2019 . 

Kepercayaan juga datang dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), Animasi Sosialisasi Anak Berkebutuhan Khusus, 2019. Bekerja sama dengan Dewan Pers untuk pembuatan kalender kartun ’Kode Etik Pers’ tahun 2018. 

Pertengahan Oktober 2010, Ifoed bergabung ke Indopos sebagai karikaturis. Pengalaman hari pertama masuk kerja disuruh membuat karikatur halaman satu, ia sempat kaget karena biasanya karikatur di media ada di halaman dalam. Untungnya ia sudah terbiasa membuat materi karikatur. 

Konsep Indopos yang memajang gambar karikatur di halaman satu ternyata cukup menarik pangsa pasar pembaca kala itu. Setiap hari ia harus menyiapkan gambar karikatur semenarik mungkin untuk pembacanya.

Ungkapan ’sebuah gambar mewakili ribuan kata’ mungkin ada benarnya. Dan gambar yang mengandung humor menggelitik membuat orang untuk melihatnya. Budaya masyarakat kita lebih senang melihat gambar daripada membaca. 

Pernah suatu ketika ia mendapat komplain dari salah satu tokoh partai Nasional karena dibuat karikatur di halaman satu Indopos, ”Kalau mau ngritik jangan dibikin karikatur dong, ditulis saja…”, kenang Ifoed menirukan ucapan orang itu. 

Pernah juga mendapat ’surat cinta’ dari Sekretariat Negara, gegara tiga hari berturut-turut membuat karikatur SBY. ”Kalau dulu kita hanya berhadapan dengan orang yang kita kritik, kalau sekarang kita kritik pemerintah yang marah-marah justru para pendukungnya, ini yang bikin ngeri para karikaturis masa sekarang”, ungkap Ifoed.  

Beruntung, selama bekerja Indopos,  Ifoed juga diberikan kesempatan untuk menjadi redaktur halaman Indongakak yang berisi karikatur dan profil kartunis Indonesia.

Dia melakukan proses mencari bahan rubrik Indongakak lewat wawancara dan menuliskannya kembali. Kumpulan tulisan tersebut sedang disusunnya untuk dijadikan buku ’Jejak Perjalanan Kartunis Indonesia’.

Saat pertama kali mengetahui dirinya mendapat penghargaan Adinegoro kategori Karikatur dari grup WA kartunis Kokkang, pria yang berkacamata ini mengaku sangat kaget.

“Saya langsung sujud syukur saat itu. Ini penantian yang butuh kesabaran dan ketekunan, lewat doa dan ihktiar ”, papar Ifoed yang pada 2017 juga menyabet Juara 1 Karikatur, Anugerah Karya Jurnalistik Antikorupsi ICW.

”Bagi saya Penghargaan Adinegoro adalah anugerah dari Allah SWT yang luar biasa yang membuat bahagia kami sekeluarga. Ada ritual khusus setiap akan mengirim lomba saya selalu meminta doa restu ibu saya yang berada dikampung”, tegas Ifoed. 

”Kalau ada yang menganggap sebelah mata dengan penghargaan Adinegoro ini, mungkin karena ketatnya persaingan dan mereka sulit menembusnya”. Semua insan pers sangat mendambakan mendapat penghargaan ini. Ajang lomba tahunan yang digelar PWI ini menjadi pemicu dan barometer insan pers untuk menghasilkan karya yang terbaik.

Sosok tokoh Adinegoro patut kita kenang selalu atas jasa dan pemikirannya  demi kemajuan dunia pers Indonesia. Lewat ajang Anugerah Adinegoro inilah kita akan selalu mengingat dan memperingatinya bersama seluruh insan pers Indonesia.

Selama pandemi melanda bangsa ini banyak ide yang muncul dan dibuat karikatur oleh Ifoed. Karikatur bukan sekadar gambar kartun opini yang berisi kritikan namun lebih dari itu bisa menjadi catatan sejarah setiap peristiwa yang terjadi di masyarakat dalam bentuk gambar. 

”Dari lima karikatur yang saya kirim tahun ini semuanya bertema pandemi COVID -19, syukur alhamdulillah ada satu yang nyangkut, ternyata pandemi juga membawa berkah”, ungkapnya bahagia.   

 

 

Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)