JAKARTA, bisniswisata.co.id: Empat ibu pendiri Hijabers Mom Community (HMC) yakni Hannie Hananto, Irna Mutiara, Najua Yanti, dan Monica Jufry unjuk kreasi pada gelaran Muslim Fashion Festival (Muffest) 2018, di JCC, Senayan, Jakarta Pusat.
Keempatnya membawa tema berbeda. Namun dibungkus dalam gimmick yang sama. Lewat lini busana Anemone, Hannie mengusung tema Muslima United. Ia berkata muslimah tetap bersaudara meski memiliki pilihan busana berbeda. “Mau panjang atau pendek kerudung kita, muslimah itu bersaudara, harus bersatu,” papar Hannie.
Nerdy but fun, Hannie seolah ingin menghadirkan busana-busana kekinian dengan unsur digital life. Print berukuran cukup besar merupakan hasil ilustrasi Hannie yang dituangkan ke dalam gambar digital. Selain big print berupa wajah wanita, ia juga bermain dengan motif geometris berupa garis. Soal warna, Hannie mengaku mengambil warna kuning dan hijau yang sedang tren saat ini.
“Kalau di warna saya memang kebanyakan warna hitam putih dan memang harus ada warna yang keluar, yang pop. Kuning sama ijo di-pop kan tapi jangan semata-mata warna itu nanti jadi kayak kampanye,” katanya seperti dilansir laman CNNIndonesia.com, Ahad (22/04/2018).
Ia menghadirkan jumpsuit plus detail cape menutup dada, gamis, tunik dan celana panjang. Sablon bentuk polkadot menambah unik tampilan. Seakan tak cukup meramaikan dengan print dan motif, ia menambahkannya dengan aksesori berupa kalung besar.
Meski tampak berat berkat kehadiran motif, permainan warna dan aksesori, tapi Hannie memastikan bahan-bahan yang digunakan adalah bahan yang ringan seperti scuba, foal, dan sifon.
Diawali dengan sesuatu yang fun dan unik, fase kedua penikmat fashion diajak sedikit kalem. Irna Mutiara menghadirkan warna monokrom nan lembut lewat label Im Syari. Meski tampak lembut, ada unsur kekuatan dan ketangguhan wanita sehingga tema diambil tema Utsubo-sei (toughness). “Bajuku sebenarnya simpel banget kan aku ambilnya zen. Trennya itu zen, segala sesuatu yang menenangkan,” tuturnya.
Unsur ketenangan ini tampak lewat warna-warna kalem seperti ash white, dusty pink dengan sentuhan warna hitam. kerudung-kerudung ia yang ia gunakan rata-rata kerudung panjang dan terdapat beberapa look dengan unsur cadar hitam. Kerudung tampak berlapis-lapis tapi tidak tampak ‘berat’ berkat bahan-bahan ringan seperti foal dan polymicrofiber.
Aliran ketenangan ini terhapus lewat gimmick para model yang melepaskan gulungan tali hitam di tangan mereka. Di sini unsur ketangguhan terlihat. Tak hanya itu, tali hitam ini menjadi detail busana, baik pada kerudung atau sebagai obi pada terusan. “Inspirasinya dari Jepang, itu kayak senjata ninja,” ujarnya.
Setelah menurunkan tensi sejenak, penikmat fashion kembali dihentak dengan koleksi busana Najua Yanti. Membawa aroma kota metropolitan New York, Najua mengusung tema ‘Going Baby Going to New York’ lewat label Bellabaric miliknya.
Koleksi kental dengan warna abu-abu baik abu gelap maupun terang, serta sentuhan warna kuning dan navy blue. Aneka siluet gamis dengan berbagai modifikasi seperti kerah yang cukup tinggi menutup leher, tali yang disematkan menyilang di bagian depan serta plastic coat yang edgy. Unsur Anerika Serikat terasa lewat ornamen bangunan di New York, patung Liberty serta taksi. Sangat urban tapi unik.
Sementara itu, koleksi lini busana Sessa milik Monica Jufry menutup peragaan busana ibu-ibu hijabers ini. Tema Splash, kata Monica, terinspirasi dari tanaman terarium. Terarium adalah tanaman yang biasa ditanam di pot-pot yang artistik.
Warna navy blue, abu-abu dan beidge mendominasi koleksi Monica. Percikan air tertuang dalam ornamen busana berupa embroidery. Selain itu juga terdapat 3D embroidery yang menggambarkan serabut akar tanaman. Ia berkata ‘serabut’ ini adalah detail buatan tangan menggunakan benang yang diikat.
Unsur pot atau wadah tanaman yang artistik diwujudkan lewat pertemuan garis-garis secara diagonal. Simpel tapi elegan, Monica tak neko-neko soal siluet. Gamis atau long dress, celana panjang, plus outer dengan material organza, satine crepe, satin serta sifon.
Keindahan terarium terletak pada tatanan tanaman serta unsur-unsur pendukungnya termasuk tanah dan bebatuan. Terarium tak memerlukan banyak air untuk bertahan hidup,cukup percikan saja. Hal ini pula yang menginspirasi Monica untuk menyebarkan filosofi sang tanaman hias.
“Filosofi dari koleksi ini adalah jangan pernah berhenti berbuat baik walau sedikit karena kita enggak tahu bisa jadi perbuatan yang sedikit itu berefek baik pada orang lain dan berefek besar bagi diri kita sendiri,” katanya. (CNN)