Hany Seviatry bersama rekan-rekan aktif promosikan batik Banten.
JAKARTA bisniswisata.co.id: Tulisan Cilegon geh derebe batik yang artinya Cilegon juga punya batik menyita perhatian meski terbungkus plastik di atas lipatan kain batik dengan motif unik dan warna-warni cerah.
“Tulisan itu sekaligus mengingatkan masyarakat bahwa sentra batik bukan hanya di Pekalongan, Jogja, Solo tapi Banten juga memiliki beragam motif batik yang unik, kata Hany Seviatry, pemilik dan pembina Batik Krakatoa.
Ditemui disela-sela Forum Group Discussion ( FGD) mengenai Investasi di Destinasi Pariwisata Indonesia yang diselenggarakan Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) pekan lalu, Hany Seviatry menggelar produk batiknya di arena bazaar UMKM yang diisi oleh anggota IWAPI dari berbagai daerah.
Pertemuan dengan Hany dan dua rekannya di Hotel Amos Cozy Lantai 3, Jl. Melawai Raya, Jakarta Selatan itu memberikan pencerahan pada peserta FGD yang hadir melihat variasi motif batik Cilegon dengan warna-warna pastelnya yang jarang ditemui
“Batik Krakatoa merupakan batik khas Kota Cilegon. Produksinya pun dilakukan warga setempat. Batik ini cocok jadi oleh-oleh dan cinderamata, kata Hany Seviatry, pengusaha dan pembina batik Krakatoa.
Nama Krakatoa sebenarnya lebih dipilih karena Cilegon terkenal dengan pabrik baja PT Krakatau Steel dan terkenal dengan Gunung Krakatau juga. Ide menggunakannya sebagai merek ( brand) untuk batik asal Banten itu ternyata tepat.
“ Konsumen menyukai namanya karena selain mudah diucapkan juga mudah diingat sebagai brand di mancanegara. Sebagai souvenir atau oleh-oleh juga identik dengan daerah asalnya yang dikenal dengan Gn. Krakatau dan suku Baduy, kelompok masyarakat adat di wilayah Kabupaten Lebak, Banten.
Batik Krakatoa dari provinsi Banten sendiri mempunyai corak warna yang cenderung ceria dengan memanfaatkan kombinasi warna-warna pastel yang berkesan lembut. Hal tersebut untuk merepresentasikan karakter orang Banten yang ekspresif dengan hati yang lembut.
Warna pastel yang ditimbulkan pada batik sebenarnya karena sudah terjadinya asimilasi dengan budaya China benteng. Sedangkan untuk motif batik baduy sendiri susah untuk mengubah warnanya yang hanya terdiri dari warna biru dan hitam saja.
“Motif batik Banten yang paling terkenal adalah motif batik paku debus dan motif Surosowan. Mengabadikan atraksi debus yang merupakan kesenian bela diri dari Banten dan motif bangunan di keraton Surosowan banyak disukai masyarakat,” ungkapnya.
Debus memang unik karena mempertunjukan kemampuan manusia yang luar biasa. Misalnya kebal senjata tajam, kebal air keras dan lain- lain. Kesenian ini berawal pada abad ke-16, pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin (1532-1570).
Batik krakatoa sendiri sudah di pasarkan sampai ke luar negeri dan produknya menyebar ke Jambi, Batam, Aceh dan Jogja. Batik Krakatoa sudah memiliki lebih dari 40 motif dan yang paling digemari motif khas Banten diantaranya motif debus, rampak bedug, landmark Cilegon dan motif kue gipang
“Alhamdulillah respon masyarakat Cilegon serta Banten cukup bagus dan antusias karena sebelumnya belum ada batik di Cilegon,” jelasnya.
Hani berharap batik krakatoa bisa menjadi salah satu cindera mata khas Cilegon serta Banten yang dapat dibanggakan dan harganya juga terjangkau mulai dari Rp 140 ribu sampai Rp 1,5 juta untuk batik tulis.
Batik cap ukuran 2 meter dengan bahan katun primis dibanderol Rp 140 ribu, untuk bahan doby kisaran harga Rp 170 ribu sampai Rp 220 ribu. Sementara untuk batik tulis harganya antara Rp 700 ribu sampai Rp 1,5 juta, bahan sutra dibanderol Rp 550 ribu dan bahan ATBM (Asli Tenun Bukan Mesin) Rp 750 ribu.
Batik Krakatoa ini berada di Link. Kadipaten RT.06/02 Kelurahan Kedaleman, Kecamatan Cibeber Kota Cilegon, Banten. Motifnya lahir dari kearifan lokalnya seperti batik Badrong Lesung, batik Mariam Kiamuk, batik rampak Bedug, batik Masjid Agung Cilegon, batik Urang Kenekes, batik Industri Kota Cilegon, batik Melinjo, batik Golok, batik Trisula, batik Sate Bandeng, batik Pelabuhan Merak dan batik Gunung Krakatoa.
Kehadiran Batik Krakatoa Cilegon ini bertujuan meningkatkan ekonomi kreatif masyarakat sekitar. “Alhmadulillah, ibu-ibu di sekitar Batik Krakatoa Cilegon punya kesibukan baru,” kata alumni Fakultas Ekonomi Universitas Pancasila ini.
Kehadiran usaha baru Batik Krakatoa Cilegon ini berawal dari kebiasaan suami, pengusaha Cilegon yang suka mengenakan batik dalam berbagai kesempatan hingga di mancanegara sehingga mendorong Hany untuk mengembangkan usaha batik dengan motif khas Cilegon.
Tekad jadi pengusaha batik lalu diawalinya dengan mendatangi salah satu rekan yang memiliki usaha batik di Marunda, Jakarta Utara. “Saya bertukar pikiran dan akhirnya buka usaha batik dengan memanggil instruktur dari Cirebon,” kata ibu tiga anak ini.
Keinginannya yang kuat untuk melestarikan batik Banten karena motifnya berasal dari kearifan lokal yang tersisa dari pusat kerajaan pemerintah Islam Kesultanan Banten yang mewarisi berbagai benda-benda kuno. Apalagi setiap motif memiliki makna dan membingkai sejarah budaya Banten sehingga menjadi ciri khas Batik Banten tersebut.
Kini selain aktif terlibat di perusahaan suaminya, pebisnis Helldy Agustian, dia aktif terlibat di IWAPI Banten dan berpartisipasi di bazaar yang diselenggarakan oleh HIPPI maupun organisasi lainnya.
“Produk kami berkembang bukan sekedar membuat kain batik tapi juga produk fashion berupa sandal dan sepatu dari Motif Batik.” kata Hany.
Namun meski sesibuk apapun, perannya sebagai ibu rumah tangga dan istri justru menjadi prioritas. Hany meyakini jika mengutamakan untuk mengurus segala keperluan anak-anak dan suami maka aktivitasnya mengurus usaha dan membimbing pembatik juga mendapatkan dukungan mereka.