BANJARNEGARA, bisniswisata.co.id: Suasana lagit begitu cerah, tak ada angin. Namun, udara begitu dingin di sekitar Candi Arjuna, Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah, kemarin. Suhu udara 5 derajat Celsius. Namun, di permukaan tanah paling dingin tercatat minus 7 derajat Celcius. Air menjadi beku dan embun di rerumputan maupun tanaman menjadi butiran-butiran es berwarna putih.
“Semalam, saya sengaja menaruh air di bak penampung kecil. Lihat saja, sekarang sudah menjadi es. Seperti es batu yang dikeluarkan dari freezer. Air membeku karena tadi malam suhu di bawah 0 derajat Celsius. Sudah berhari-hari terjadi seperti ini,” ungkap Saroji, 54, warga yang tinggal di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara.
Fenomena embun beku hampir setiap tahun muncul di dataran tinggi Dieng yang memiliki ketinggian sekitar 2.000 meter di atas permukaan laut (mdpl). Namun, tahun ini cukup luar biasa karena sejak Mei sudah muncul. Kemudian pada Juni kemunculannya semakin sering. Hingga kemarin, setidaknya telah terjadi 10 kali. Yang cukup tebal dan luas terjadi pada Senin (24/6) dan Selasa (25/06).
“Kalau tebal dan luas, yang terkena dampak ialah tanaman kentang. Daunnya menjadi cokelat karena mengering. Jika belum berumur, tanaman kentang tidak dapat berbuah,” kata Sariji
Di satu sisi, embun beku memang mematikan bagi tanaman kentang. Namun, fenomena tersebut cukup menarik perhatian wisatawan. Tak hanya dari kota sekitar Dieng seperti Banjarnegara dan Wonosobo, tetapi juga dari Jakarta, Bekasi, Yogyakarta, dan beberapa kota lainnya.
“Saya sengaja datang ke Dieng dan berangkat semalam. Tujuannya memang untuk melihat embun beku. Di media sosial, saya melihat seperti di Eropa. Fenomena itu hanya muncul ketika musim kemarau datang,” kata Ahmad, 48, salah seorang pengunjung dari Bekasi sambil mengaku cukup terkesima dengan yang terjadi di Dieng karena meski di daerah tropis, ada embun yang membeku seperti salju.
Tak hanya Ahmad, Budi (52), warga Wonosobo, juga penasaran meskipun sudah berkali-kali melihat embun beku. “Sebetulnya tidak hanya sekarang saya melihat embun beku, tetapi karena penasaran, saya datang ke sini lagi,” ujarnya.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Objek Wisata Dieng, Aryadi Darwanto, mengakui fenomena ini menjadi salah satu magnet bagi kunjungan wisatawan. Sejak ramai ada embun beku, wisatawan yang datang ke Dieng mengalami peningkatan cukup signifikan.
“Pada hari normal paling hanya 3.000 pengunjung, tetapi setelah ada embun beku meningkat menjadi 6.000. Bahkan, pada akhir pekan jumlahnya bisa mencapai 17 ribu wisatawan,” jelas Aryadi, seperti dilansir laman MediaIndonesia, Rabu (26/06).
Kepala Stasiun Geofisika BMKG Banjarnegara, Setyoajie Prayoedhie, mengungkap bahwa embun beku mungkin masih akan tetap muncul, apalagi nanti pada saat puncak kemarau. “Karena saat kemarau suhu cenderung lebih rendah, bahkan bisa ekstrem.” lontarnya. (NDY)