NASIONAL

Presiden Jokowi Minta Konglomerat Bangun Hotel di Tempat Wisata

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Perhatian Presiden Joko Widodo (Jokowi) terhadap industri pariwisata cukup tinggi. Terbukti, saat bertemu para konglomerat, diminta untuk membangun hotel di sejumlah tempat wisata. Beberapa tempat wisata yang dimaksud adalah Mandalika di Nusa Tenggara Barat (NTB), Danau Toba di Sumatera Utara (Sumut) hingga Borobudur di Jawa Tengah (Jateng).

Sejumlah pengusaha yang datang ke Istana antara lain adalah Dato’ Sri Tahir (bos grup Mayapada), Chairul Tanjung (bos grup Trans Corp), Haryadi Sukamdani (bos grup Sahid), Budi Hartono (bos grup Djarum), Hary Tanoesoedibjo (bos grup MNC), Rajawali Corpora Peter Sondakh dan lainnya. Juga hadir Direktur Utama PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero) atau Indonesia Tourism Development Center (ITDC) Abdulbar Mansoer, Managing Director Sinar Mas Group Gandi Sulistyo, CEO Sinarmas Land Ltd Muktar Widjaja.

“Beliau Presiden) minta supaya para pengusaha hotel ini bisa membuka hotel di 10 lokasi (pariwisata) baru, khususnya Mandalika NTB, Karena di sana sudah disiapkan infrastrukturnya,” ujar Tahir usai mengadakan pertemuan dengan kepala negara di Istana Kepresidenan, Selasa, 25 Juni 2019.

Tahir menjelaskan, kawasan ekonomi khusus Mandalika di NTB ditawarkan untuk dibangun karena pemerintah daerah NTB sudah mempersiapkan segala infrastruktur terkait. “Airport akan diperbesar begitu. Jadi Bapak Presiden minta partisipasi para pengusaha Indonesia untuk segera buka hotel supaya ramai,” kata Tahir.

Sebelumnya pemerintah menargetkan dapat menggelar kompetisi balap motor dunia, MotoGP di Mandalika, Lombok, NTB pada 2021. Tahir mengatakan dirinya mengingatkan Direktur Utama ITDC bahwa pergelaran balapan seperti itu mengalami kerugian di seluruh dunia dan menjadi beban pemerintah.

Dengan kata lain, pemerintah perlu mengembangkan bisnis lain selain penyelenggaraan MotoGP, salah satunya adalah bisnis pariwisata. Di samping hotel, bisnis lain yang perlu dikembangkan adalah MICE atau Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran).

“Saya pikir bukan GP-nya yang menarik, tapi adalah tourism (pariwisata) yang menarik. Jadi jangan hanya (Moto) GP. GP itu kan setahun sekali. Satu hari, sisanya 360 hari ngapain? Apa yang kita lakukan? Kalau bikin hotel secara ekonomi kan bisa create market. Dari 20 hotel dibangun ada market sendiri. Dan hotel itu sendiri menarik turis,” kata Tahir usai bertemu dengan Jokowi.

Dilanjutkan, para pengusaha cukup antusias dengan permintaan langsung dari Presiden itu. Namun Ia tidak dapat memastikan siapa saja pengusaha yang akan memenuhi permintaan itu. Namun minimal, ia sendiri yang berencana memenuhinya. “Saya harus ya. Sudah amanat Presiden, harus dijalani. Kan sekarang kita sudah ada di Bali, Surabaya, Batam. Sekarang, sesuai Presiden, Insya Allah ada (di 10 tempat wisata baru),” ujar Tahir sambil menambahkan membangun hotel di Mandalika cukup menjanjikan.

Direktur Utama ITDC Abdulbar M Mansoer yang turut hadir dalam pertemuan tersebut menjelaskan, Presiden Jokowi mempromosikan Mandalika kepada pengusaha besar di dalam negeri agar semuanya turut serta membangun Mandalika dengan berinvestasi. “Jadi intinya Presiden menyatakan Mandalika is open for business untuk pengusaha besar dalam negeri,” ujar Abdulbar

Menurutnya, berinvestasi di Mandalika sangat menjanjikan, mengingat potensi jumlah wisatawan dalam setahun bisa mencapai 2 juta pada tahun ke lima, dimana saat ini baru dikisaran 1 juta. “Nanti ada ajang MotoGP, kami berharap bisa membawa wisatawan, penontonnya 200 ribu. Di sana kita baru ada satu hotel,” tuturnya.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengakui inti pertemuan dengan presiden meminta pengusaha Indonesia agar membantu di Mandalika untuk membangun hotel. “Jadi di sana itu hotel kurang, baru tiga (hotel) yang ada,” kata Hariyadi Sukamdani

Dikatakan, Presiden Jokowi menyampaikan rencana pembangunan sirkuit MotoGP yang akan berlangsung pada 2021 di Mandalika. Sirkuit itu sendiri ditargetkan dapat selesai pada 2020. “Saya juga baru dengar itu ternyata Pak Jokowi ada pembicaaan, kalau tidak salah di Osaka, dengan pemegang haknya F1 bahwa akan menghadirkan F1 juga di sana (Mandalika). Tapi karena kekurangan hotel, mereka minta kita-kita pengusaha ini investasi hotel dan properti,” kata Hariyadi.

Diakui terdapat sejumlah hambatan untuk mengembangkan Lombok antara lain terkait dengan budaya maupun fasilitas pariwisata lainnya. “Harus ada atraksinya, nanti ada MotoGP dan F1, saya pikir bagus. Kami pemain pariwisata berpikir untuk menarik wisatawan ke sana, jadi memang harus didorong, kan sekarang bandara sudah dibangun di sana,” ujar Hariyadi juga Ketua Umum PHRI.

Periode untuk membangun selama dua tahun dari 2019-2021 menurut Hariyadi cukup asalkan dikemas dengan menarik. Hal lain yang perlu dipikirkan misalnya mengenai branding pariwisata di NTB yang sebelumnya disebut sebagai wisata syariah dan wisata halal. “Wah itu membatasi, pilihan terhadap restoran halal, hotel halal atau moslem friendly itu pasti ada. Tapi tidak di-branding seperti itu jangan sampai kita membatasi potensi yang ada,” ungkap Hariyadi.

Ia mengusulkan perlu ada target pengunjung yang dipikirkan dalam jangka panjang. Dia mencontohkan pembangunan resort untuk kalangan pensiunan. “Seperti itu mungkin bisa digarap untuk menjaga okupansi lebih baik dan punya daya tarik yang lebih besar karena senior citizen itu pasti ditengokin sama anak cucunya,” jelas Hariyadi.

Sementara Harry Tanoesodibjo mengakui perusahaannya diminta untuk membangun properti di Mandalika. “Tadi saya habis dari istana dipanggil Pak Jokowi diminta membantu partisipasi mengembangkan Lombok karena ada acara MotoGP di Mandalika,” kata Hary.

Hary mengaku pihaknya tengah mempertimbangkan tawaran dari Jokowi tersebut. Ketua Umum Partai Perindo ini masih enggan menyebutkan detil lebih lanjut. Namun, Hary mengatakan opsi membangun resort di Mandalika akan menjadi pilihan terbaik. Sementara, untuk brand, Hary mengatakan brand resort tersebut bisa saja datang dari internasional atau domestik.

“Brand tergantung dari target wisatawannya, kalau domestik bikin brand sendiri ya enggak apa-apa, bisa dikembangkan. Tapi kalau wisatawannya mancanegara ya harus menggunakan brand internasional,” lontarnya.

Pertengahan bulan lalu, Presiden Jokowi telah berkunjung ke Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika. Ia ingin memastikan pembangunan fasilitas dasar yang layak bagi kawasan pariwisata berjalan dengan lancar. Jokowi juga memastikan Mandalika siap untuk menggelar MotoGP 2021. Ia menargetkan konstruksinya bisa dibangun paling lambat Januari 2020. (NDY)

Endy Poerwanto