NEWS Uncategorized

Era Cyber Tourism, Pariwisata Indonesia Harus Gerak Cepat

BANDUNG, bisniswisata.co.id: Pariwisata Indonesia di era cyber tourism semakin berat. Target kunjungan wisatawan mancanegara (Wisman) tahun 2018 sebesar 17 juta turis dan melonjak menjadi 20 juta wisman di tahun 2019, merupakan tantangan terberat untuk mewujudkannya.

“Memang era cyber dan milinel ini, pariwisata Indonesia tidak bisa lagi bergerak lambat namun harus cepat. Jika tidak pariwisata Indonesia akan mundur lagi,” papar Sesdep Pengembangan Pemasaran 1 Kemenpar Edy Wardoyo saat membuka Workshop bertajuk Road to Indonesia Tourism Outlook (ITO) 2019 – Prospek dan Tantangan Pariwisata 2019 bertema “Deregulasi di Era Cyber Tourism”, yang digelar Forum Wartawan Pariwisata (Forwapar) di Sekolah Tinggi Pariwisata NHI Bandung, Rabu (10/10/2018).

Meski tantangan pariwisata Indonesia tidak ringan, tambah dia, jika semua stakeholder pariwisata bergandengan tangan untuk membawa peran dalam menggali serta membuat pariwisata lebih maju dan akhirnya dapat meningkat devisa negara.

Dilanjutkan, tantangan lainnya sekarang ini negara di kawasan ASEAN berlomba-lomba meningkatkan kunjungan wisatawan asing. Terbukti i Vietnam terus gencar dan berusaha menyalip Indonesia dalam menggaet wisman. “Vietnam beranu membuka deregulasi pariwisata sehingga akan menjadi saingan berat Indonesia nantinya jika kita tak mengantisipasinya,” sambungnya.

Selain itu pariwisata Asian mulai berlomba-lomba untuk menarik wisatawan India dan China, yang merupakan negara berkembang dan perekonomiannya meningkat sangat bagus sehingga berdampak banyak warga India dan China pergi keluar negeri untuk berwisata.

“Sehingga ada keinginan untuk negara Asian berebutan untuk menarik wisatawan kedua negara itu. Ini jelas tidak ringan bagi Indonesia, sehingga perlu saling bahu membahu untuk menarik wisatawan India dan China,” lontar Edy.

Edy Wardoyo juga mengemukakan era globalisasi, pariwisata jangan dianggap sudah tak perlu dijaga. Mengingat, kasus beberapa negara yang mereka alami telah “menghancurkan” pariwisata. Dicontohkan, India dengan jumlah penduduk yang besar, anggaran dana juga besar serta memiliki sumber destinasi wisata sangat beragam sehingga aktif melakukan promosi wisata.

“Namun punya masalah mendasar, yang tak diantisiaspi oleh pemerintah maupun masyarakat Indonesia. Seperti kasus perkosaan yang menimpa turis asing. Ini sangat fatal karena sering terjadi, namun tidak pernah direspon oleh pemerintah. Sehingga wisatawan asing terutama wanita khawatir berwisata ke India. Juga masalah kebersihan di Indonesia menjadi sorotan,” jelasnya.

Selain itu Maldives, mengalami perkembangan politik dalam ngeri yang berpengaruh terhadap pariwisata Maladewa. Juga Malaysia mengalami problem politik yang menuju era reformasi. Indonesia kini juga mengalami bencana gunung erupsi, gempa bumi dan Tsunami. Ini tantangan kita dan sangat berpengaruh terhadap target kunjungan wisatawan mancanegara (wisman),” ungkapnya.

Memang, sambung dia, kunjungan wisman ke Indonesia mengalami lompatan luar biasa yang belum pernah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Namun keberhasilan ini jangan puas diri karena era globalisasi membikin tantangan semakin berat. Dan yang paling penting bagaimana mendorong masyarakat manfaatkan pariwisata menjadi lebih bagus, sehingga perlu partispasi masyarakat.

“Paritisiapasi masyarakat, seperti mendirikan resto dengan menjaga kualitas dan kebersihan. Juga bagi tour guide agar menjaga image yang baik dan melayani wisatawan dengan bagus. bahkan masysrakat harus menjaga kelanggangan prestasi pariwisata yang dicapai selama ini, kita tak ingin prestasi yang dicapai dua tahun lagi mengelami penurunan. (EP)

Endy Poerwanto