Dewi dan restoran mini untuk dua orang di tokonya yang buka tiap Selasa. ( Foto Greatbigstory)
QUEENS, bisniswisata.co.id: Namanya Dewi Tjahjadi. Dia asli orang Indonesia, tinggal di kota termahal di dunia, New York, Amerika Serikat. Sudah 10 tahun ini dia membuka toko kelontong yang khusus menjual produk made-in Indonesia.
Di warungnya yang sempit itu sejumlah produk kemasan dijual, termasuk Indomie, Mie Sedap, santan kemasan Kara, kerupuk udang dari Cirebon, saus sambal dan tomat merek perusahaan terkenal dari Indonesia, kecap, hingga camilan Taro.
Lokasi toko Dewi cukup strategis, yakni di kawasan Queens yang mashyur sebagai ‘home sweet home’-nya para pendatang. Makanan dari berbagai belahan dunia manapun dapat ditemukan di sana.
Ada masakan dari Meksiko, Tibet, Korea, Kolombia, Bangladesh, bahkan Yunani. Pilihan sajiannya pun beragam, mulai dari restoran, food trucks, atau seperti tempat Dewi yang hanya buka di Hari Selasa.
Dia menyebutnya “Warung Selasa.” Khusus di hari itu, Dewi akan memanjakan pelanggan dengan memasak masakan tanah air, seperti rendang atau gudeg seperti dikutip dari greatbigstory
Di dapurnya yang sempit yang hanya muat untuk dua orang, Dewi menyiapkan segala sesuatunya sendiri, mulai dari meracik bumbu, mengolahnya, hingga menyajikan ke para pelanggan yang antusias ingin mencicipi masakannya.
“Saya bukan profesional chef. Bisa memasak hanya belajar dari ibu saya,” kata Dewi kepada Great Big Story. Ide membuka ‘Warung Selasa’ bermula dari kerinduannya bertemu sesama orang Indonesia di Amerika.
Jadi, jangan Anda bayangkan warung milik Dewi bak restoran atau setidaknya rumah makan sederhana dengan sejumlah kursi bagi para pelanggan.
Tidak demikian. Faktanya, Dewi hanya menyisihkan sedikit saja ruang di dalam tokonya yang sempit untuk sebuah meja dan dua kursi. Di sanalah para pelanggan dapat memesan sekaligus menyantap masakan Dewi.
Saat pelanggan datang, chef sekaligus pemilik restoran akan ‘bersembuny’ di dapur yang ia sebut Love Kitchen (karena sempit dan hanya muat untuk berdua). Sambil menyiapkan kudapan, Dewi akan terus bercakap dengan pelanggan yang menunggu masakan tersaji. Itulah saat menyenangkan bagi Dewi karena dia bisa berbagi cerita dengan tamunya.
Kebanyakan pelanggan yang pernah makan ke Warung Selasa akan berujar, ‘minggu depan, saya harus kembali lagi,’ ucap Dewi sumringah menirukan kata-kata para pelanggannya.
Menurut Dewi, sebelum dia membuka toko ini, tidak ada satu tempat yang menjual produk atau makanan Indonesia. “Jadi saya membayangkan kalau ada warung yang menjual masakan Indonesia, maka orang-orang Indonesia yang ada di sini akan datang, dan kami bisa bercakap dalam bahasa Indonesia.”