BLITAR, Bisniswisata.co.id: Jenang lamaran atau jenang lengket, dalam kultur masyarakat Jawa Timur, menjadi peranti wajib yang harus ada dalam prosesi lamaran. Menurut filosofinya, jenang dipercaya dapat mempererat hubungan kedua calon pengantin. Jenang lamaran juga menjadi simbol komitmen pasangan untuk menjalin hubungan yang serius.
Namun, dari waktu ke waktu, jenang lamaran tak cuma diproduksi ketika ada hajatan besar. Masyarakat mulai memasaknya untuk keperluan konsumsi sehari-hari, seperti teman minum teh. Bahkan dijadikan oleh-oleh.
Salah satu pembuat jenang untuk keperluan buah tangan adalah Hendri Christiawan. Ia punya rumah produksi bernama Omah Jenang Kelapa Sari. Lokasinya di Jalan Masjid Nomor 46, Rejowinangun, Kademangan, Blitar.
Uniknya, di sana, wisatawan tak hanya bisa berbelanja jenang, tapi juga dapat mempelajari seluk-beluk, filosofi, hingga cara membuat jenang. Rumah ini dikenal menjadi tempat wisata edukasi dan telah mendapatkan sertifikat dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
“Kami membuka sekolah jenang. Wisatawan bisa datang untuk kursus. Juga ada yang datang untuk magang. Waktu magangnya macam-macam. Biasanya dua pekan,” ucapnya seperti dilansir laman Tempo.co, Selasa (30/01/2018).
Wisatawan yang berniat magang bisa diajari cara mengolah jenang, cara memasarkan, hingga cara mengatur manajemennya. Kalau tak ingin magang lama-lama, pengunjung tetap bisa mencoba berlatih cara memasak jenang. Mereka diperkenankan masuk ke dapur pembuatannya. Di dapur itu, terdapat tungku besar yang bernama jedi.
Satu jedi dapat menampung 100-125 biji kelapa, 30 kilogram ketan, dan 30 kilogram gula kelapa. Semua komponen itu terus-terusan diaduk supaya lembek dan lengket. Proses pengadukannya kira-kira 7 jam.
Sepanjang hari, produksi jenang terus berlangsung. Jadi wisatawan yang datang bisa menjajal mengaduk jenang di wajan raksasa itu.
Spatula untuk mengaduk dibuat dari kayu khusus, yakni kayu akasia. Begitu pula dengan kayu bakar untuk perapiannya. “Alasannya supaya panasnya tahan lama,” kata Hendri.
Setelah belajar membuat jenang, wisatawan dapat membawanya pulang. Harga jenang itu per kilogram dibanderol Rp 25-30 ribu. Bisa dibawa sebagai buah tangan. Tahan sampai 1 tahun bila disimpan di lemari penyejuk.
Bila ingin mampir ke sana, Omah Jenang Kelapa Sari tak jauh-jauh amat dari Stasiun Blitar. Jaraknya cuma 7 kilometer. Bila ditempuh menggunakan kendaraan, estimasi waktunya kurang lebih 17 menit. Namun hanya bisa dijangkau dengan kendaraan pribadi. Bisa juga dengan ojek online. Tarifnya berkisar Rp 10 ribu. (TMP)