NEWS

Berkunjung ke Pemandian Umum Berusia 100 Tahun di Jepang  

Pemandian umum berusia 100 tahun ada di kota Maizura, Venesia-nya Jepang (foto: Asahi Shimbun)

MAIZURA, Kyoto,  bisniswisata.co.id: Bagi orang Jepang, mandi bukan sekadar membersihkan tubuh. Di sana, mandi menjadi sebuah ritual. Novelis Nh. Dini dalam karyanya bertajuk Namaku Hiroko menggambarkan dengan apik bagaimana perempuan-perempuan Jepang rutin ke tempat pemandian air panas untuk umum atau dikenal dengan sento, untuk membersihkan diri sekaligus bersosialisasi.

Di sento biasanya tersedia bak mandi air hangat yang dapat dipakai beramai-ramai. Bak mandi ini disebut ofuro. Sento selalu dibagi menjadi dua berdasarkan jenis kelamin, khusus perempuan dan khusus laki-laki.

Di Kota Maizuru, Prefektur Kyoto, ada sebuah sento yang usianya sudah mencapai 100 tahun dan akan segera ditetapkan sebagai warisan budaya. Sento itu bernama Hinodeyu. Ia terletak di distrik Yoshihara yang telah lama dikenal sebagai kota nelayan, yakni sejak era Edo (1603-1867).

Distrik yang lokasinya persis berhadapan dengan Teluk Maizuru ini juga dikenal sebagai Venesia-nya Jepang karena ia mengingatkan kita dengan kota di atas air di Italia itu.

Spanduk kain bergaris merah putih di atas atap pelana sento berkibar sebagai penanda. Saat memasuki sento pelanggan harus merunduk melewati noren, tirai kain khas Jepang yang dipasang pada setiap pintu masuk gedung. 

Di balik noren, Ichiro Takahashi, 71, dengan ramah menyambut pelanggan dengan ucapan okino atau terima kasih yang diucapkan dalam dialek lokal yang kental. Ia duduk di belakang counter penerima tamu yang terletak di antara sento untuk pria dan perempuan.

Pelanggan dewasa dikenakan tarif sebesar 450 yen atau sekitar Rp 63.000. Sementara itu di ruang ganti, ada kursi pijat kuno yang telah terpasang sejak 60 tahun lalu, tetapi masih berfungsi baik. Cukup dengan 10 yen, Anda sudah dapat memanfaatkan fasilitas ini.

Di sento ini tidak ada penjual kopi susu, tetapi Anda dapat menikmati suasana retro, sebutan untuk mode yang populer di era 70an sampai 90an.

Takahashi mengatakan kamar mandi di sento awalnya dibangun dengan batu, tetapi kemudian diganti ubin saat renovasi pada sekitar 70 tahun lalu, seperti dilansir Asahi Shimbun. Saat mandi di sento, pelanggan akan merasakan air panas yang lembut yang mengalir ke bak mandi.

Itu dipercaya dapat mengurangi segala penat dan ketegangan yang ada pada tubuh. Sambil berendam, pengunjung sento pun dapat menikmati cahaya matahari senja yang masuk, kata Takahashi  

Sumber air sento ini berasal dari dasar sungai yang turun dari Gunung Gorogatake yang menghadap ke Teluk Maizuru. “Pelanggan kerap mengatakan airnya lembut dan itu membuat mereka merasa rileks,” kata Takahashi.

Bangunan sento ini berdiri pada 1917. Tiga tahun kemudian, tepatnya Oktober 1920, kakek Takahashi membuka pemandian umum ini.

Kini, ibu Takahashi, Tsuya, yang telah berusia 96, menjabat sebagai manajer. Takahashi sendiri mulai membantu menjalankan sento setelah ia pensiun sebagai manajer di sebuah sekolah dasar pada 11 tahun lalu. 

 “Hinodeyu dulu ramai oleh nelayan. Mereka biasa bicara dengan suara keras sehingga orang mengira mereka sedang bertengkar. Para nelayan itu penuh energi.” kata Takahashi mengenang hari-hari itu. “

Dewan Kebudayaan pada 17 Juli lalu merekomendasi agar sento ini dijadikan sebagai salah satu cagar budaya. Selain usianya yang sudah 100 tahun, sento ini juga unik karena lokasinya menyatu dengan lanskap sekitar. Jika disetujui maka ia akan menyusul sento Wakanoyu yang pada 2018 lalu telah dijadikan aset budaya kota Maizuru. Sento ini dibuka pada 1903. 

Kedua sento ini menjadi favorit wisatawan saat berkunjung ke Maizuru yang memang pernah dikenal sebagai kota sento. Pada 1960an ada kurang lebih 20 sento di sana tetapi seiring waktu hanya dua sento ini yang masih tersisa.

 

Rin Hindryati