BAHARI DAERAH

Bebas Guncangan Tsunami, Tanjung Karang Layak Dikunjungi

DONGGALA, bisniswisata.co.id: Gempa diiringi Tsnuami yang melanda Palu, Donggala dan Sigi Sulawesi Tengah (Sulteng) yang terjadi pada 28 September 2018, tak semuanya merusak destinasi wisata di kawasan itu. Tanjung Karang di Donggala misalnya, yang memiliki pantai indah, pasirnya sangat putih, ada spot diving, snorkling dan swimming sehingga menjadi salah satu tempat liburan yang favorite.

Sebelum gempa menguncang, wisata bahari Tanjung Karang tempat wisatawan domestik dan mancanegara. Berita gempa itu membuat pariwisata Tanjung Karang menurun drastis, padahal Tanjung Karang bebas dari guncangan tsunami. Meski gelombang ombak hanya setinggi satu meter di Tanjung Karang. Hampir tidak ada rumah yang hancur.

Rizal Ardas dari Prince John Dive Resort, hotel yang beroperasi di Tanjung Karang meyakinkan Tanjung Karang aman dan layak dikunjungi. Apalagi saat pertengahan bulan Desember merupakan musim sangat bagus bagi pecinta diving. Mengingat akhir tahun dapat menyaksikan aneka jenis ikan hias serta gelombang laut yang tak keras.

Diakui, sebelum gempa Tanjung Karang menjadi salah satu pusat periwisata di Sulteng. Ratusan wisatawan mancanegara (wisman) dari berbagai negara berlibur menikmati panorama wisata bahari yang mempesona. “Paling banyak turis dari Eropa terutama Jerman karena pemilik resort warga negara Jerman. Tapi beberapa tahun terakhir juga banyak wisatawan dari Asia seperti Jepang dan Korea Selatan,” ungkapnya.

Rizal mengatakan sekitar 90 persen warga Tanjung Karang bekerja di sektor pariwisata. Ada yang menjadi staf hotel, membuka penyediaan alat menyelam, penyewaan kapal atau membuka warung kuliner khas Donggala. “Gempa membuat perekonomian sempat melemah, namun warga bekerja keras setelah gempa untuk memikirkan aktivitas ekonomi yang bisa mereka lakukan,” lontarnya.

Tanjung Karang menjadi destinasi wisata favorit terutama bagi warga Kota Palu. Tapi kini Palu sepi karena sebagian besar warganya mengungsi atau pergi keluar kota. Sebab masih tidak sedikit warga yang khawatir ada gempa dan tsunami susulan. “Kami masih bingung untuk ke depannya,” kata Sarwan salah satu warga lainnya.

Tanjung Karang memiliki pantai yang indah dan bisa diselami. Perairan yang dangkal membuat para wisatawan bisa menikmati terumbu karang yang indah dengan perahu atau menyelam langsung. Pantai Tanjung Karang memang dipelihara agar tetap bersih dan indah. Waktu ia kecil ia melihat banyak wisatawan asing yang datang ke Tanjung Karang.

Kondisi ombak laut di pantainya sendiri tidak besar, karena lokasi lautnya menjorok ke teluk. Juga menikmati pesona wisata bawah laut, karena ada 17 gugus karang yang berada dalam radius 20 km dari bibir pantai. Bahkan bisa melakukan penyelaman di spot diving dengan menikmati karang dari kedalaman 1 meter hingga 40 meter.

Pada suatu ketika ada warga negara Jerman yang membangun hotel di daerah tersebut. Semakin banyak wisatawan yang datang. Warga pun mendapatkan keuntungan ekonomi dengan menjajakan makanan bagi para turis asing mau pun domestik.

Sejak saat itu Pantai Tanjung Karang terus dipelihara keindahannya. Tidak ada imbauan pemerintah untuk melestarikan pantai ini. Warga sekitar berinisiatif sendiri untuk menjaga lingkungan mereka.

“Pantainya kami jaga, kami larang orang luar untuk memanah ikan, masyarakat di sini juga kami larang untum buat jangkar di sini, ada tempatnya juga, kami jaga karang-karang supaya tamu melihat karang itu bagus,” kata Rizal kepada laman Republika, Sabtu (20/10/2018).

Sebelum gempa, setiap hari warga lokal selalu membersihkan pantai. Tapi karena warga masih mengungsi warga belum bisa maksimal membersihkan pantai. “Masyarakat asli sini sangat menjaga pantai jadi kalau ada orang luar memancing, yang bukan asli di sini kami usir, kami jaga, jadi ikan-ikan tidak diliar, dari Palu tamu orang asing bisa beri makan ikan, ikannya jinak kok,” tambah Rizal. (EP)

Endy Poerwanto