NEWS

Bangkitnya Wisata Halal Global

Makin banyak pelancong muslim menjelajah dunia (foto: telegraph)

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Pelancong Muslim merupakan salah satu segmen di industri perjalanan global yang tumbuh pesat. Pengelola hotel dan operator tur terus berupaya untuk memenuhi kebutuhan mereka, baik makanan maupun tempat beribadah.

Industri perjalanan global menyaksikan sendiri bagaimana jumlah pelancong muslim meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Pelaku usaha di dunia pariwisata pun cepat merespons.

Banyak hotel kini menyatakan bebas sajian makanan yang mengandung babi. Sejumlah penerbangan bahkan tak lagi memasukkan minuman beralkohol dalam daftar menu.

Pengelola resor juga tak mau ketinggalan. Mereka sudah menyediakan kolam renang terpisah untuk laki-laki dan perempuan. Beberapa travel agent bahkan memasukkan waktu sholat dalam itinerary mereka.

Menurut joint-studi yang dilakukan Mastercard dan lembaga riset Crescent Rating, jumlah wisatawan muslim bertumbuh 30% sejak 2016.

Mereka memperkirakan kontribusi pelancong muslim kepada ekonomi global dalam 10 tahun mendatang bisa naik menjadi US$ 300 miliar dari US$180 miliar di 2109.

Kebanyakan dari mereka tergolong muda, terdidik dan piawai menggunakan gadget.  Prediksi ini tentu dibuat sebelum ada pandemi COVID-19.

Pangalaman seorang warga Inggris, Soumaya Hamdi yang melancong bersama keluarga kecilnya di 2015, menarik untuk disimak. Saat itu Hamdi dan suaminya serta bayi mereka yang berusia 4 bulan berwisata ke beberapa negara di Asia.

Mereka memutuskan untuk mengunjungi Singapura dan Malaysia, kemudian melanjut ke Korea Selatan dan Jepang. Menurut pengalaman Hamdi, kala itu sulit sekali mendapatkan makanan halal yang bersertifikat. 

Hamdi yang tinggal di London pun kemudian mulai menulis di blog-nya restoran Muslim-friendly yang ia jumpai selama perjalanan. Selain itu dia juga mengulas ketersediaan fasilitas sholat serta tempat-tempat yang menurutnya sangat bersahabat terutama bagi keluarga muslim muda yang membawa bayi seperti dirinya.

Situsnya kemudian berkembang dan menjadi semacam rujukan. Kini, Halal Travel Guide telah mewujud menjadi sebuah platform online yang menawarkan informasi seputar wisata halal, rekomendasi, dan menjadi kurator paket perjalanan wisata bagi para pelancong muslim. 

 “Di Eropa, komunitas Muslim saat ini merupakan generasi ketiga atau keempat. Mereka berpendidikan dan memiliki pekerjaan dengan gaji yang bagus, ”kata Ufuk Secgin, kepala pemasaran Halal Booking, mesin pencari khusus liburan bagi kaum Muslim.

Bagi generasi pertama, liburan berarti saatnya mengunjungi keluarga di negara asalnya. Ini telah berubah, ungkap Ufuk Secgin.

Pelancong muslim di seluruh dunia diperkirakan mencapai 156 juta orang di 2020. Namun pandemi COVID-19 telah mengubah proyeksi ini. Tetapi kelak ketika pendemi mulai mereda dan vaksin telah ditemukan, wisatawan muslim pasti akan kembali bepergian. 

Pada Oktober tahun lalu, sebuah diskusi panel tentang pelancong muslim digelar di sela-sela acara ITB Asia, pameran dagang dan konvensi B2B untuk industri perjalanan di Singapura. Saat diskusi, topik yang paling banyak dibicarakan adalah soal makanan, halal food. 

“Bagi wisatawan muslim, salah satu faktor yang mendorong mereka tertarik mengunjungi satu tempat adalah tersedianya makanan halal yang berkualitas,” kata Hamdi.   

Dia tidak berbicara tentang kari atau biryani tapi berbicara tentang makanan lokal otentik yang halal. Setelah itu, biasanya fasilitas sholat. 

Permintaan global untuk makanan halal berkembang pesat. Itu diamini oleh komunitas online pelancong muslim yang berbasis di Singapura, Have Halal Will Travel.

Komunitas ini berdiri pada 2015. Konten dalam situs mereka telah dijangkau 9,1 juta pengguna setiap bulan, kata sang pendiri, Mikhael Goh.

Situs ini sendiri lahir dari pengalaman pribadi pembuatnya. Kala itu Goh bersama tiga temannya tengah belajar di Seoul. Hampir setiap hari ia frustrasi sulitnya menemukan makanan halal berkualtias di sana.

“Kami berpikir, di tahun 2015 itu sudah ada Yelp dan TripAdvisor serta aplikasi dan layanan populer lain yang menyedikan begitu banyak info tempat makan dan tempat bepergian, tetapi sedikit sekali informasi untuk pelancong Muslim?” kata Goh.

“Bukan hanya tentang makanan. Betul bahwa makanan halal adalah dasar dari banyak hal. Tetapi hal lain juga perlu diperhatikan misalnya, faktor keamanan dan tempat beribadah. Jadi, di sana ada kekurangan informasi tentang hal ini. Kalaupun ada, sifatnya terfragmentasi. “

Banyak blogger seperti dilansir dari the New York Times menyampaikan perasaan yang sama: tujuan mereka membuat blog bukan hanya untuk memudahkan pelancong Muslim mendapatkan info tempat makanan halal, tempat sholat, atau aktivatas bebas alkohol.

Lebih dari itu bagaimana menciptakan zona nyaman bagi pelancong muslim sehingga mereka tertarik untuk lebih jauh menjelajahi dunia tanpa perlu khawatir untuk tetap bisa menjalankan pola hidup sesuai ajaran mereka.

Hamdi dari Halal Travel Guide pun setuju. “Kami mendorong umat Islam untuk keluar bepergian menimba pengalaman budaya di luar negara yang selama ini memang dikenal sebagai destinasi wisata yang Muslim-firendly, seperti Dubai dan Maroko,” katanya. 

 

Rin Hindryati