INTERNATIONAL

Antrean Padat Menuju Puncak Everest, 3 Turis Pendaki Tewas

KATHMANDU, bisniswisata.co.id: Puncak Everest kembali menelan korban jiwa. Akibat antrean panjang para turis pendaki mendekati puncak Everest itu berdampak mematikan. Tiga pendaki asal India, termasuk dua wanita, tewas. Korban tewas karena kelelahan saat turun dari lereng Gunung Everest. Lebih dari 120 pendaki menuju puncak Everest pada Kamis (23/5) namun beberapa orang harus antre panjang di lereng gunung hingga memicu kelelahan, dehidrasi dan kematian.

Dengan adanya korban tewas terbaru maka selama musim pendakian tahun ini, total 15 pendaki tewas atau hilang. Nihal Ashpak Bagwan, 27, dari kota Pune di barat India, dan Anjali Sharad Kulkarni, 54, dari Mumbai, India, tewas saat turun dari puncak setinggi 8.850 meter tersebut.

“Bagwan meninggal akibat dehidrasi dan kelelahan setelah terjebak kemacetan para pendaki,” papar Keshab paudel dari Peak Promotion yang menangani logistik para pendaki.

Lhakpa Sherpa dari agensi pendakian Arun Treks and Expeditions menjelaskan bahwa kliennya Kulkarni meninggal dunia karena lelah saat turun ke Kamp IV di South Col of Everest. Kematian itu dikonfirmasi oleh Mira Acharya, departemen pariwisata Nepal. Acharya menambahkan bahwa Kalpana Das, 49, dari negara bagian Odisha, India, juga tewas pada Kamis (23/5) saat turun dari puncak.

Meski demikian, penyebab kematiannya belum dapat dipastikan. Jumlah korban tewas atau hilang di Gunung Everest mencapai enam orang pada pekan lalu. Nepal mengeluarkan izin untuk 379 pendaki di Everest setiap musim pendakian yang berakhir bulan ini. Para petugas pendakian menjelaskan antara lima dan sepuluh pendaki tewas di Gunung Everest setiap tahun.

Total 15 pendaki tewas atau meninggal dunia di beberapa puncak berbeda di Himalaya di Nepal, sejak awal musim pendakian pada Maret. Dari para korban tewas itu termasuk tujuh warga India. Seorang pendaki asal Swiss bernama Ernst meninggal dunia di ketinggian 8.600 meter di pegunungan sisi Tibet pada Kamis (23/5), menurut blogger Everest Alan Arnette yang menyebut operator asal Swiss, Kobler & Partner.

“Angin berubah, ditambah rute-rute yang sangat padat di kedua sisi, akibat sedikitnya jendela cuaca puncak pada musim semi ini,” tutur Arnette di blognya. Pada musim pendakian kali ini ditorehkan sejumlah rekor. Sherpa asal Nepal, Kami Rita Sherpa, 49, membukukan rekor baru pendakian gunung Everest. Dia mencapai puncak tertinggi di bumi itu untuk yang ke-24.

Yang lebih mengesankan, dia dua kali mencapai puncak Everest hanya dalam dalam tujuh hari. Kami Rita berhasil mencapai puncak Everest itu pada 21 Mei. Ini menjadi rekor kedua Kami Rita dalam tujuh hari, setelah mencapai puncak untuk ke-23 pada 15 Mei. Dia mengaku belum berencana pensiun dan berharap dapat terus mencapai puncak Everest dalam beberapa tahun mendatang.

“Saya dapat mendaki untuk beberapa tahun lagi. Saya sehat. Saya dapat tetap pergi hingga saya berumur 60 tahun. Dengan oksigen itu bukan masalah besar,” tutur Kami Rita pada BBC sebelum upaya pendakian ke-23 pada sepekan lalu.

Dia pertama kali mendaki Everest pada 1994 dan menjadi pemandu untuk perusahaan-perusahaan asing yang mengelola ekspedisi pendakian. “Saya tak pernah berpikir tentang membuat rekor. Saya benar-benar tak pernah tahu bahwa Anda dapat membuat rekor. Yang saya tahu, saya akan melakukan lebih banyak pencapaian ke puncak lebih cepat,” ungkap dia.

“Para sherpa memperbaiki tali di sepanjang jalan menuju puncak. Jadi para sherpa membuat jalan mereka memperbaiki tali dan orang-orang asing mengatakan dalam wawancara bahwa Everest lebih mudah atau bicara tentang keberanian mereka. Tapi mereka melupakan kontribusi sherpa. Para sherpa berjuang banyak untuk mewujudkan itu. Kami menderita,” tutur dia.

Kami Rita menambahkan, “Di setiap pegunungan ada seorang dewi. Ini tanggung jawab kami untuk membuat dewi itu senang. Beberapa bulan sebelum saya mulai mendaki saya mulai berdoa dan meminta pengampunan karena saya akan meletakkan kaki saya di badan dia.”

Di daftar jumlah tertinggi pendakian puncak Everest, Kami Rita Sherpa diikuti tiga pendaki yang semuanya telah 21 kali mencapai puncak. Dua dari tiga pendaki itu telah pensiun, sedangkan yang ketiga, Ngima Nuru Sherpa, 39, sedang dalam upaya mencapai puncak yang ke-22 dari sisi wilayah China pada musim pendakian sekarang.

Pada musim pendakian saat ini, Saray Nkusi Khumalo menjadi wanita Afrika kulit hitam pertama yang mencapai puncak Everest. Dia mendorong warga Afrika lainnya agar tidak pernah menyerah mengejar mimpi mereka. Khumalo berdiri di puncak tertinggi di dunia pada upaya keempatnya pekan lalu, setelah beberapa ekspedisi sebelumnya gagal akibat radang beku, salju longsor dan gempa bumi mematikan.

Kini dia menjadi wanita kulit hitam Afrika pertama yang menyelesaikan Seven Summits yakni pendakian puncak gunung tertinggi di Amerika Utara, Amerika Selatan, Afrika, Asia, Eropa, Antartika dan Australasia, srta mencapai Kutub Utara dan Kutub Selatan. “Membutuhkan waktu lama bagi seorang wanita dari warna saya yang mencapai puncak Everest,” kata Khumalo.

Musim pendakian kali ini juga istimewa bagi dua janda sherpa yang suaminya meninggal dunia saat mengantar kliennya mendaki Everest. Kedua wanita itu berhasil mencapai puncak pada Kamis (23/5). “Janda sherpa Furdiki Sherpa dan Nima Doma Sherpa mencapai puncak Everest pada Kamis (23/5),” ungkap Mira Acharya, pejabat departemen pariwisata.

Manajer media kedua wanita sherpa itu, Doma Sherpa, juga mengonfirmasi pencapaian tersebut. “Mereka diperkirakan mencapai base camp pada Jumat (25/5),” tutur Doma yang lebih suka dipanggil dengan nama pertamanya.

Suami Furdiki meninggal dunia saat memperbaiki tapi untuk para klien warga asing di Everest pada 2013. Setahun kemudian, suami Nima Doma Sherpa tewas bersama 15 orang sherpa lainnya saat salju longsor dekat base camp. Kematian suami mereka menjadi pukulan bagi kehidupan keluarga.

Janda para sherpa itu harus berjuang menghidupi keluarganya. Tak ingin larut dalam kesedihan, dua janda sherpa itu pun bertekad melanjutkan misi pendakian mendiang suaminya untuk mencapai puncak Everest. Tekad keduanya akhirnya terwujud pada Kamis (23/5) lalu. (NDY)

Endy Poerwanto