BALI, bisniswisata.co.id; KAMIS 23 April 2020, pagi, iring- iringan bus pariwisata beragam ukuran konvoi dari P Serangan – Bundaran Airport – Simpang Dewa Ruci – By Pass Sanur dan diakhiri di Jalan Hang Tuah Renon serta memutar jalan Cok Agung Tresna. Bus- bus dari 89 perusahaan anggota Persatuan Angkutan Wisata Bali (PAWIBA), bergerak rapi dengan ritme kecepatan santai.
Bus-bus itu menyusuri rute yang telah ditetapkan, sehingga masyarakat yang sedang menjalankan himbauan #dirumahaja, atau yang sedang melintas untuk kepentingan mendesak dengan leluasa membaca banner- banner yang tertempel di badan bus- bus tersebut.
“Sejak Februari, Maret dan April bus- bus dikandangkan sejalan dengan menurunnya kunjungan wisatawan dan ditutupnya objek- objek kunjungan wisata. Aksi memanaskan mesin bus bersama- sama selain menjaga kondisi kendaraan, sekaligus membuktikan bahwa komunitas angkutan bus pariwisata di Denpasar masih eksis hingga saat ini,” jelas Nyoman Sudiarta, Ketua PAWIBA
PAWIBA berharap dengan kegiatan ini pemerintah dapat memberikan perhatian berupa relaksasi pada lembaga keuangan. Terutama pada usaha angkutan bus pariwisata , stake holder kepariwisataan Bali. Pada kesempatan tersebut bus- bus dilengkapi spanduk, banner bertuliskan:
1. Bukan saatnya nangis bersama, tapi saatnya teriak bersama
2. Jangan lupakan kami yang sedang menunggu
3. Jangan tagih kami sekarang, berikan kami waktu
4. Apakah kami kurang besar untuk di lihat?
5. Kalian di rumah saja atau kami parkir di tengah jalan
6. Kami diam, tapi samsat, kir, angsuran jalan terussss
7. Kami takut corona, tapi kami lebih takut debt collector
8. Kami tak berkoar, meski pun butuh solar “tanpa subsidi”
9. Pariwisata bukan utama, namun kami penyumbang devisa No 2
10. Tak pernah mengecam, meski hidup kami terancam
11. Kami transportasi bukan hanya imajinasi
12. Kami butuh nasi, tapi kami lebih butuh hati
13. Kendaraan kami memang besar, tapi sopir dan kernet kami juga lapar
14. Pernah susah lewati bom bali, sekarang berserah tanpa ada yang peduli
15. Hanya berharap bis tetap panas, leasing harap jangan ganas
16. Kami muter manasin mesin, gemeter lihat cicilan berlusin
17. Ini jeritan hati transportasi, supaya kemanusiaan tidak mati
18. Yang lain penuh ancaman, kami butuh pengayoman
19. Ekonomi kita terhantam, solar bus menghitam, tapi tidak pakai baku hantam
20. Tahun ini tahun Corona , mari kita lewati bersama
21. Hati jangan seperti batu, karena itu membuat kami menangis pilu
22. Ekonomi Bali terkuras, namun suara kami belum keras
23. Matinya Po Bus Indonesia
24. Jadi petani kami sudah tak mungkin, karena tanah sudah banyak beralih fungsi, tetaplah sektor pariwisata digarap.
25. Kami kenyang makan himbauan, saatnya parkir di jalan
Meski dalam kesulitan anggota PAWIBA masih dapat mengumpulkan bantuan berupa masker kain dan hand sanitizer.