Menikmati Kuliner Cirebon Nasi Jamblang Beralas Daun Jati

CIREBON, bisniswisata.co.id: Jam sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB, mata mengantuk namun karena tujuan berikutnya adalah makan nasi Jamblang, salah satu kuliner khas Cirebon maka rasa penasaran bisa mengalahkan rasa kantuk yang menyerang.

Saya langsung masuk barisan berkaos hijau rombongan press tour Forwaparekraf yang antri mengular untuk mengambil makan malam yang disebut Nasi Jamblang atau Sega Jamblang yang kini juga menjadi identitas Cirebon. 

Bergaya masakan rumahan  dengan penyajian prasmanan. Sedikitnya 40 anggota rombongan membuat dua jalur antrian untuk memilih lauk pauk yang tersedia.

Nasi jamblang pada awalnya hanya menambahkan lauk-pauk sederhana seperti tahu, tempe, dan sambal. Namun seiring berjalannya waktu, lauk pauk nasi jamblang telah bertambah menjadi sekitar 40 jenis panganan.

Diantaranya ada semur dari daging, hati sapi, lidah, limpa dan ati ayam. Itu baru semur, ada lagi ayam goreng serundeng, ikan asin jambal, pare isi oncom, keripik udang, tahu, tempe, perkedel, cumi hitam dan masih banyak lagi. Tinggal kita pilih sesuai selera kita.

Sementara penampilan nasi jamblang sama dengan nasi putih hanya saja penggunaan daun jati pada nasi jamblang sebagai pembungkus membuat kuliner ini menjadi unik.

Antrian memilih lauk nasi jamblang yang beragam. ( Foto-foto: Arum Suci Sekarwangi)

Selain itu, penggunaan daun ini juga menghasilkan rasa yang lebih gurih dan aroma yang lebih sedap. Selain itu, daun jati juga berfungsi sebagai penahan agar nasi tidak mudah basi.

Sambil mengunyah dan browsing saya baru paham sejarah nasi jamblang berawal saat Belanda masih menjajah nusantara. Saat itu, Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang ke-36 yaitu Herman Willem Daendels membangun Jalan Raya Anyer-Panarukan guna memperlancar komunikasi dan perdagangan antar daerah.

Hal ini mengakibatkan wilayah Cirebon ikut terkena dampak dengan pembangunan tersebut. Ratusan pekerja dikerahkan guna membangun jalan raya ini. Untuk menyuplai makanan, masyarakat dari Desa Jamblang membuat bungkusan nasi yang dibalut dengan daun jati untuk para pekerja. 

Inilah yang kemudian mendasari penamaan nasi jamblang kebanggaan warga Cirebon. Banyak wisatawan yang datang makan di Nasi Jamblang ini. Jadi tidak heran jika parkiran halaman Bu Nur  mobil penuh dan harus antri.

Sejarah nasi jamblang ibu Nur sendiri berawal dari warung sederhana di sudut  Jln.Tentara Pelajar  tapi tempat kami makan adalah rumah makan  yang lebih besar  di Jln  Cangkring 2 no.34, Kejaksan, Cirebon.

Konon para pejabat hingga selebritis pun tak ingin ketinggalan menikmati kelezatan nasi jamblang ibu Nur ini. Begitu banyak pilihan tapi setelah duduk ternyata pilihan lauk saya tidak ‘ menggunung ‘ hanya terdiri dari semur daging sapi, pepes telur asin sama tahu.

Berhubung tinggi antara meja makan dan bangku panjang cuma beda-beda tipis, tidak seperti meja makan di restoran umumnya,  jadi makan kurang byanan cendrung membungkuk.

Di tambah lagi sudah seharian di Desa Wisata Cibuntu,  jadi saya memilih cepat ke bis untuk kembali ke hotel. Besoknya melanjutkan perjalanan ke Bandung……

 

Arum Suci Sekarwangi