SOLO, bisniswisata.co.id: Solo Great Sale, program diskon belanja tahunan kembali diselenggarakan. Penyelenggaraan tahun ini, berlangsung selama sebulan penuh mulai tanggal 1 hingga 29 Februari 2020.
Ajang diskon 2020 diikuti lebih dari 7.000 pelaku bisnis dari berbagai bidang usaha, mulai transportasi, perhotelan, usaha kecil dan menengah (UKM) hingga pasar tradisional.
“Sampai saat ini sudah lebih dari 2.000 toko yang mendaftar,” papar Ketua Panitia Solo Great Sale 2020, Farid Sunarto dalam keterangan resminya, yang diterima Bisniswisata.co.id di Jakarta, Sabtu (18/01/2020).
Pihaknya optimistis hingga akhir Januari target 7.000 toko tersebut akan dapat terpenuhi. “Mulai Januari kita sudah melakukan promosi baik untuk masyarakat Solo lewat car free day. Car free day lebih efektif karena kerumunan massa semua terpusat di sini,” ungkap David.
Keberadaan Jalan Tol Solo-Ngawi bagian dari Trans Jawa akan dimanfaatkan panitia SGS untuk menarik pengunjung atau wisatawan dari berbagai daerah datang ke Solo.
Promosi juga dilakukan dengan memanfaatkan kecanggihan media sosial (medsos), seperti Facebook, Instagram dan website SGS. “Kita harapkan masyarakat memanfaatkan momentum ini. Setiap belanja di bulan Februari ini kelipatan Rp 50.000 akan mendapat satu poin kupon undian,” lontarnya.
Dilanjutkan, Target nilai transaksi Solo Great Sale 2020 sebesarRp 700 miliar atau mengalami kenaikan dibanding tahun 2019 yang hanya meraup sebesar Rp 600 miliar. “Wisatawan yang ingin datang atau berbelanja di Solo Great Sale 2020, bisa memasukkan transaksi secara mendiri, mengunggah bon belanja, dan mendapatkan poin ditukar hadiah,” katanya.
Selain itu, ada fitur informasi promosi di sekitar toko tempat wisatawan itu belanja. Dan, Pemerintah Solo memberikan insentif bagi hotel dan restoran yang turut serta dalam program Solo Great Sale berupa potongan pajak sebesar 30 persen. “Supaya tingkat okupansi hotel meningkat,” kata Farid.
Pemilihan bulan Februari sebagai waktu berlangsungnya Solo Great Sale juga bukan tanpa alasan. Pasalnya bulan Februari menjadi bulan yang cukup sepi dari aktivitas pariwisata, atau low season. “Ini menjadi bulan yang memprihatinkan bagi sektor perhotelan karena memang tingkat okupansinya sangat rendah,” katanya.
Sejak Solo Great Sale dimulai 2015, aktivitas wisata dan okupansi hotel perlahan meningkat. “Terasa manfaatnya setahun kemudian, mulai 2016,” sambungnya.
Data PHRI Solo menunjukkan pada Februari 2016, okupansi hotel non-bintang sebesar 40 persen dan hotel berbintang sebesar 59,43 persen. Pada momentum sama di 2017, angka ini meningkat menjadi 45 persen untuk tamu hotel non-bintang naik menjadi 45 persen dan hotel berbintang 64 persen.
Tahun lalu, tingkat okupansi hotel non-bintang naik lagi menjadi 48 persen dan hotel berbintang 67,4 persen. Dan di 2019 tingkat okupansi hotel non-bintang 49 persen dan hotel berbintang 69 persen. “Pada Februari 2020 kami berharap okupansi hotel non-bintang maupun berbintang bisa naik paling tidak 1 persen,” sambungnya.
Solo Great Sale merupakan event tahunan yang bertujuan untuk menggerakkan perekonomian di Solo agar lebih menggeliat di saat low season (perlambatan perekonomian). Event ini dimulai sejak 2015 dan telah memasuki tahun ke-6.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Surakarta, Hasta Gunawan berharap, banyak wisatawan yang berkunjung ke Solo meski perekonomian sedang mengalami low season. “Karena di bulan Februari ini kita gelar banyak event untuk menggerakkan perekonomian di Solo di saat lesu. Ada event SGS, Tahun Baru Imlek dan Hari Jadi Kota Solo,” ungkap Hasta. (redaksibisniswisata@gmail.com)