DAERAH

Wot Batu, Mahakarya Seni Jadi Destinasi Wisata

BANDUNG, bisniswisata.co.id: Destinasi wisata Bandung Jawa Barat tak pernah mati kreasi, inovasi dan selalu ada yang unik dan menarik untuk dikunjungi. Salah satunya destinasi Wot Batu. Obyek wisata di Jalan Bukit Pakar Timur Bandung ini, merupakan galeri berbentuk taman terbuka berisikan bangunan-bangunan batu. Galeri ini merupakan karya seniman, Sunaryo.

Sunaryo membangun sebuah mahakarya seni dari 135 + 1 batu vulkanik yang sebagian besar berasal dari pegunungan di Bandung dan sekitarnya. Bahkan, bebatuan besar dan kecil bukan hanya dari Indonesia. Beberapa diantaranya juga datang dari India, Italia, dan Arab Saudi. Sebagian batu itu harus menempuh perjalanan yang tidak selalu mulus. Penuh liku-liku.

Dikutip Travelingyuk, setiap bangunan batu memiliki makna dan penempatan setiap bangunan batu dirancang sedemikian rupa sehingga kepingan-kepingan makna tersebut menjadi sebuah cerita. Cerita ini bisa dimuali dari awal memasuki gerbang taman dan terhenti saat mendekati pintu keluar area taman.

Batu Gerbang merupakan batu pertama yang akan menyambut wisatawan di pintu masuk. Di sini terdapat tonjolan yang dihaluskan menyerupai bentuk tangan manusia. Sebelum memasuki taman, wisatawan disarankan menyentuh tonjolan batu tersebut yang menandakan sedang bersalaman dengan pemilik batu. Terdapat kurang lebih 10 bangunan batu di galeri ini, antara lain yang menjadi ikon Wot Batu adalah bangunan bernama Batu Air yang didirikan di atas sebuah kolam.

Letaknya bagian ujung taman dan tepian bukit yang menghadap langsung ke lembah di bawahnya. Refleksi batu pada kolam dirancang seolah tak berujung, melambangkan dunia setelah kehidupan yang tak berbatas dan tak tergapai oleh nalar.

Di sebelah kiri batu air, terdapat tangga yang mengarahkan kita ke ruang bawah tanah tempat didirikannya Batu Ruang. Di ruangan ini kita dapat melihat tayangan audiovisual proses pembentukan bumi. Karya tersebut diproyeksikan di atas permukaan sebuah batu.

Di area taman ini juga terdapat sebuah Mushalla yang dapat digunakan untuk beribadah. Uniknya, dari bangunan ini adalah di lempengan kaca yang menandakan arah kiblat juga terdapat kepingan batu yang berasal dari Gua Hira Mekah serta bagian bawah kepingan batu terukir Surat Al-Fatihaah.

Tepat sebelum pintu keluar, terdapat aula yang dinamakan Bale Batu yang dapat digunakan untuk beristirahat sejenak setelah mengelilingi Wot Batu sambil menikmati segarnya teh tosella. Bale Batu juga menawarkan video pembuatan Wot Batu yang memakan waktu kurang lebih tiga tahun.

Sunaryo yang mendirikan Wot Batu mengatakan, mimpinya semula ingin menghadirkan bebatuan lempeng bumi dari India yang meandungndesak masuk ke Indonesia. Maunya diwakili batu dari Aceh sampai Indonesia Timur. Namun karena terpepet waktu pendirian tempat, ia akhirnya fokus pada batu asal daerah di Jawa Barat.

Wot Batu yang dibangun pada 2015 dan dibuka untuk umum sejak 2016, menjadi monumen dengan aneka batu dan ukurannya. Batu yang menonjol berukuran besar hingga seluas kasur dan ada yang menjulang. Beratnya mencapai ukuran ton.

Sunaryo mengatakan, batuan besar itu ia peroleh dari daerah pegunungan di Cianjur, Sukabumi, dan Padalarang, juga Tasikmalaya di Jawa Barat dekat Gunung Galunggung. Ada pula batu besar dari Jawa Timur dan Bali. Sementara batuan pemberian temannya ada yang berasal dari India serta Italia yang merupakan fosil tanaman. “Itu digantung pada tembok,” katanya.

Sebongkah batu sekepalan tangan berwarna hitam, dipungut Sunaryo dari depan Gua Hira di Arab Saudi ketika ibadah ke Tanah Suci. Batu itu ditempatkan di musala. Proses mendatangkan batuan besar dari berbagai daerah kadang waktunya tidak sesuai pesanan. Penjual batu dari Padalarang juga Jawa Timur misalnya, waktunya molor hingga berminggu-minggu karena proses pengambilan batunya sulit.

Bahkan di tengah jalan, hambatan seperti mogok dan kendaraan rusak terjadi. Sampai di Bandung pun, masih ada kendala teknis untuk menurunkan batu. Kadang beberapa besi penopang patah, hingga terjadi adu mulut antar pekerja soal cara menurunkan batu besar. “Setelah tiga hari baru bisa turun,” kata Sunaryo seperti dikutip laman Tempo.

Cara lain ada yang menggunakan alat berat selain manual, pun pemasangannya. Sekitar 50 orang pekerja terlibat dalam pendirian Wot Batu. Pengunjung bisa menyaksikan upaya proses pembangunannya di rekaman video dokumenter di ruang Bale Batu.

Christine Toelle, Program Associate di Wot Batu mengatakan, area yang direkomendasikan bagi pengunjung adalah karya Batu Merenung yang dikhususkan sebagai tempat kontemplasi. “Juga area Batu Air yang menyajikan pemandangan alam sebagai bahan refleksi,” katanya. (EP)

Endy Poerwanto