LAPORAN PERJALANAN

Wisata ke Kabupaten Garut, Langsung Kulineran di Warung Nasi Ampera Rancaekek.


Kab. Garut kaya dengan wisata alam a.l Gn Papandayan. ( Foto: Pikiran Rakyat) 

Reporter bisniswisata.co.id, Arum Suci Sekarwangi mendapat undangan Famtrip ke Kabupaten Garut, Jawa Barat dari Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Badan Ekraf dari 28 –  30 Oktober 2020 bertepatan dengan libur bersama yang ditetapkan pemerintah berkaitan dengan Maulid Nabi Muhammad SAW. Berikut laporan pertamanya.

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Kabupaten Garut menjadi pilihan Famtrip Kemenparekraf/Bekraf bagi Forum Wartawan Pariwisata Ekonomi dan Kreatif ( Forwaparekraf). Rabu pagi tepat jam 9.00 WIB meluncur di jalan tol setelah sebelumnya berkumpul di halaman Kemenparekraf di kawasan Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta.

Jelajah Garut , siapa takut ? selain terkenal dengan dodol Garut dan jacket kulit serta produk fashion lainnya, saya masih menyimpan dompet uang logam yang dibeli beberapa tahun lalu dan masih bagus sampai sekarang sehingga nafsu belanja cukup besar.

Apalagi kali ini pergi Famtrip di saat pandemi COVID-19 masih mewabah sehingga gerakan libur bersama selain harus waspada dan taat dengan protokol kesehatan juga suatu bentuk Kemenparekraf memberdayakan industri wisata karena setiap kunjungan wisatawan ke daerah punya dampak berganda ekonomi yang luas.

Teorinya cuma dua jam dari kota Bandung dan 4 Jam dari Jakarta dengan kemudahan aksesbilitas tol tentunya. Selain dodol dan produk kulit, Kabupaten Garut yang nama Ibu kotanya adalah Tarogong Kidul dikenal sebagai tujuan wisata alam yang komplit dan juga wisata kulinernya. 

Tidak tanggung-tanggung, julukannya surga wahana wisata alam bebas.Soalnya buat anak milenial bisa trail running, mountain bike, rock climbing, hingga water sports lainnya seperti arung jeram dan river tubing di Banjarwangi. Alasan lain ada jalur panjat tebing dan ada pemandangan alam paling spektakuler di Jawa Barat yaitu Taman Wisata Alam Gunung Papandayan.

Sejak dulu, Papandayan memang menjadi daya tarik utama pariwisata Garut. Banyak yang menyebutnya sebagai panorama alam paling cantik di Jawa Barat. Tidak ayal, ribuan pendaki memadati Papandayan setiap akhir pekan.

Kabupaten di Provinsi Jawa Barat ini  sudah terbentuk dan diresmikan  sejak 16 Februari 1813 dan udaranya yang sejuk sejak jaman Belanda memang sudah banyak dikunjungi wisatawan. Tak heran banyak pilihan akomodasi mulai dari homestay di desa wisata, penginapan biasa hingga hotel berbintang dengan tarif kurang dari seratus ribu sampai harga jutaan per malam.

Tempat wisata di Garut yang banyak dan lengkap memang menuntut wisatawan untuk merencanakan agenda liburannya dengan cermat agar semakin banyak destinasi yang dapat dikunjungi. Saya pasrah saja mengikuti jadwal yang sudah ditetapkan panitia mau kemana saja selama di Garut.

Hal yang pasti pihak pengundang membuat acara sangat padat supaya bisa mengeksplor sebanyak mungkin tempat sehingga kadang rombongan wartawan dibuat terbirit-birit mengikuti jadwal yang ketat.

 

Warung Nasi Ampera di kawasan Rancaekek ( Foto: Arum Suci Sekarwangi).

Seperti saya bilang tadi teorinya empat jam perjalanan tapi ternyata tiba di  Warung Nasi Ampera Jl. Rancaekek No.23, Cinta Mulya, Kec. Jatinangor, Kabupaten Sumedang sudah jam 14.00. Pas di saat  ‘penghuni’ perut membuat orkestra lagu keroncongan.

Libur bersama dan banyak warga gara-gara pandemi global COVID-19 pada Lebaran lalu tak bisa pulang  mungkin kinilah mereka mudik. Tak heran  perjalanan menuju Garut memang jadi molor. Untunglah memasuki halaman Warung Nasi Ampera mulai dari halaman parkir sudah sangat luas jadi sedap dipandang mata dengan susunan mobil yang teratur rapih.

Masuk ke dalam Warung Nasi berlogo huruf a kecil ini juga lega karena tersedia tempat mushola, deretan bangku kayu dan ruangan yang luas. Oh iya sebelum masuk memang harus di ukur suhu tubuh dulu dengan thermo gun atau termometer tembak, salah satu benda yang cukup populer sejak pandemi virus Corona. Setelah itu cuci tangan yang bersih baru masuk ruangan.

Tak perlu mengantri panjang karena semua masakan disajikan dengan sistem prasmanan. Penyajiannya juga punya estetika karena setiap jenis masakan disajikan di atas tungku tanah liat, diwadahi dan di tutupi daun pisang baru diatasnya piring berisi satu macam tumpukan peyek misalnya.

Sedikitnya ada 107 jenis menu yang bisa jadi pilihan pengunjung.

Makanan sangat beragam dan justru jadi bingung mau pilih yang mana karena ada asin cumi, udang tusuk, pete, perkedel jagung, sayur asem, belut, tahu goreng, paru, ikan nila goreng, ayam goreng, ayam kampung, udang windu, gurame bakar, pepes ayam, ayam bakar, Tamusu, iga bakar,  bebek bakar, limpa.

Menu lainnya  ikan asin jambal, gurame potong, pepes ikan mas, nasi putih, sop buntut, peoes tahu, tempe goreng, gurame terbang, babat, perkedel kentang, sop Iga, nila bakar, udang tepung, peoes jamur, gepuk daging, telor puyuh dan  ayam sambal ijo.

Masih ada bacem tempe, sosis bakar,  gepuk tusuk, kere, bakso goreng. perkedel tahu, bakso bakar, iksn mas bakar, sirloin, bacem tahu, otak, ikan mas goreng, cumi tawar, ttlor pindang, ampela tusuk, usus ayam, sop gurame, dan  sosis goreng.

Untuk minuman juga banyak pilihan, ada es jeruk, es alpukat, buah naga, mangga, jambu, jeruk murni, juice kombinasi, juice mangga,  juice belimbing dan juice apel.

Buat yang bingung pilih-pilih menu dan mau duduk manis ada paket 1 hingga 6 dan menunya untuk paket satu  a.l nasi timbel, pilih ayam goreng atau mau ayam bakar, perkedel jagung atau perkedel kentang, tahu/tempe, asin jambal, lalab, sambel, buah dan air mineral.

Soal lalapan, di tengah rumah makan khas Sunda yang juga menyajikan makanan kekinian itu punya meja khusus untuk lalapan dan sambal jadi tinggal ambil saja seperti bonus gituh.

Namanya memang warung nasi tapi tempatnya luas sekali bisa buat berbagai acara kantor, acara arisan  keluarga besar, rombongan tour sampai acara kondangan. 

Salutnya setelah mampir makan siang di Warung Nasi Ampera ini adalah pengelolaan manajemennya bisa membuka di Bandung saja ada 25 cabang ternasuk yang kami singgahi di jalan Raya Bandung-Garut ini.  Belum di  Jakarta, Bali dan kota lainnya. Pastinya bila jelang Hari Raya seperti Lebaran dan akhir  tahun para pegawainya sibuk luar biasa.

Mempertahankan nama Warung Nasi juga unik padahal mau dilabel dengan nama restoran biar lebih keren juga memenuhi syarat. Bukan hanya bertahan, tak bisa diragukan lagi jika rumah makan ini telah mengalami perkembangan yang pesat. 

Awal mula berdirinya warung nasi Ampera yaitu H.Tatang Sujani S.Sos dan Hj. St.E. Rochaety (alm) yang mulai membuka usaha warung nasi khas sunda ini di sebuah tempat yang kecil dan sangat tidak representative di sekitar terminal Kebon Kelapa Bandung sekarang menjadi ITC Kebon Kelapa.

Pada mulanya mayoritas pelanggan warung nasi Ampera ini adalah para supir angkot dan supir bis yang singgah untuk makan siang. Dengan model Geksor  ( begitu duduk langsung disuguhin makanan ), tempat itu selalu ramai dan pengunjung silih berganti.

Cara ini  membuat pelanggan dapat menikmati suasana warung nasi yang lebih akrab. Dengan semakin ramainya terminal Kebon Kelapa dari waktu ke waktu maka tak heran semakin banyak pengunjung dari berbagai kalangan, cabangpun buka dimana-mana, pengunjungnyapun dari berbagai strata.

Berhubung tak punya banyak waktu dan sebelum masuk hotel Fave Garut harus melongok Kampung Pulo dan Candi Cangkuang, jadilah rombongan harus bergegas lagi kembali ke bis wisata. Padahal tadi sudah siap-siap mau lihat sudut oleh-oleh dan makanan ringan khas daerah itu di Warung Nasi itu.. Alhamdulilah perut kenyang, matapun meredup…..

 

Dwi Yani

Representatif Bali- Nusra Jln G Talang I, No 31B, Buana Indah Padangsambian, Denpasar, Bali Tlp. +628100426003/WA +628123948305 *Omnia tempus habent.*