JAKARTA, bisniswisata.co.id: Beredar di lini masa pro-kontra pencanangan Gerakkan Nasional Waqaf Uang ( GNWU) oleh Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin di Istana Merdeka, Senin lalu, 25 Januari 2021.
Namun warganet langsung berkomentar memberikan kritikannya hingga tidak lagi percaya dengan pemerintah saat ini. Tolakan termasuk dari mantan Wakil Sekjen DPP Majelis Ulama Indonesia (MUI), Tengku Zulkarnain. Dia menolak ajakan tersebut dan singgung dugaan korupsi BPJS Ketenagakerjaan Rp43 triliun.
Secara pribadi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahudin Uno juga ikut menggelorakan masyarakat untuk melakukan wakaf di akun media sosialnya.
“Dana wakaf ini insya Allah akan dimanfaatkan untuk meningkatkan kegiatan sosial yang lebih luas, apalagi di tengah pandemi COVID-19. Dana wakaf ini diharap dapat membantu meringankan beban masyarakat dan membantu mempertahankan lapangan pekerjaan mereka,” tulis Sandiaga Uno.
Postingan Sandiaga Uno ini mendapat ribuan komentar netizen. Hanya saja, dari ribuan komentar tersebut banyak warganet memberikan kritikannya hingga tidak lagi percaya dengan pemerintah saat ini.
“Lebih baik ke yg jelas2 amanah, bukan penipu,” tulis akun Abdillah Andy.
“Kasian rakyat dimintain untuk ber wakaf terutama Ummat Islam nya, Tapi Ulama2 kami seenaknya saja ditahan dan dipersulit Keluarga nya padahal tidak korupsi uang negara. Minta lah uang nya ke pejabat2 yg korupsi krn mereka yg mengambil uang rakyat!! Apakah Allah ridho? Semoga Allah melindungi dan menolong rakyat Indonesia aamiinn,” tulis akun Adelusita Nasution.
“Wakaf itu berbasis trust….orang akan memberikan uangnya hanya kepada orang/lembaga tanpa cacat bang @sandiuno, rekam jejak bersih & amanah…memberi wakaf melalui pemerintah yang kadar partainya dengan santai menggarong dana bansos rakyat miskin itu menggelikan,” ujar akun twitter @muhammadnursad6
Di Whatsapp grup ( WAG) juga beredar beragam komentar :
” Kalau urusan Duit No.1 sampe merem melek, ngga peduli duit dari umat yg dizolimi selama ini !!!
“Ngga suka Islam, tapi suka Duitnya”
Halal Industry
Dr Sapta Nirwandar SE, Ketua Indonesia Halal Lifestyle Center ( IHLC), menanggapi GNWU justru dengan perspektif Halal Industry.
” Dulu orangtua kita melakukan waqaf untuk 3 M yaitu pembangunan Mesjid, Makam dan Madrasah. Sekarang pemanfaatannya agar difokuskan untuk mengembangkan Halal Industry,” tambahnya.
Gerakan ini justru dapat dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat, menggerakkan UMKM memenuhi kebutuhan pasar halal dunia. Dulu, ujarnya, halal secara bahasa diartikan sebagai sesuatu yang boleh dilakukan, digunakan, dikonsumsi menurut hukum Islam.
“Sekarang halal adalah brand dimana kaum Muslim dan non Muslim juga membutuhkannya karena kini menjadi pilihan umat ciptaan Tuhan bukan soal tuntunan agama semata,” kata Sapta Nirwandar.
Menurut dia, memontum disaat pandemi global Indonesia masuk menjadi ranking ke-2 secara global sebagai The Most developed countries in Islamic Finance dan Global Islamic Economy Indicator 2020/2021, ranking ke-4 global untuk sektor ekonomi Syariah, serta peringkat ke-6 untuk keuangan Syariah sangat tepat untuk serius fokus pada halal industry.
Penilaian dari Refinitiv Islamic Finance Development Report 2020 ini menegaskan bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar dalam pengembangan ekonomi dan keuangan Syariah.
Hal ini terbukti dengan semakin meningkatnya industri halal Indonesia. Pada tahun 2020, nilai perdagangan industri halal Indonesia antara lain makanan, kosmetik dan obat-obatan, travel, fashion telah mencapai US$3 Miliar dan trend ini terus meningkat
“Dana waqaf uang yang terkumpul bisa untuk kembangkan halal industry yang mencakup makanan halal, keuangan Islam, travel, fesyen, media dan rekreasi, farmasi dan kosmetik,” kata Sapta, pakar pariwisata dan pendiri Ketua Indonesia Tourism Forum ( ITF) ini.
Itulah sebabnya seruan waqaf uang harus ditanggapi dengan positif oleh 230 juta umat Islam di Indonesia karena halal industry sektor- sektornya berpihak pada pemberdayaan UMKM yang justru terbukti telah menjadi motor penggerak perekonomian Indonesia.
Apalagi sebagai negara yang memiliki penduduk Muslim terbesar Presiden Jokowi menegaskan sudah saatnya Indonesia memberikan contoh, praktik pengelolaan wakaf yang transparan, yang profesional yang kredibel yang bisa dipercaya dan memiliki dampak ekonomi umat Islam.
” Janji Presiden untuk pengelolaan wakaf uang yang transparan, profesional dan kredibel itu bukan hanya pada rakyat tapi juga pada Allah SWT,” tegas Sapta.
Saat ini potensi wakaf sangat besar di Indonesia. Hal tersebut terlihat dari potensi aset wakaf per tahun mencapai Rp2.000 triliun dan wakaf tunai mencapai Rp188 triliun, ungkap Presiden Jokowi.
Gerakan waqaf ini sebagai upaya untuk mengatasi ketimpangan sosial di Tanah Air dan secara signifikan menggerakkan ekonomi nasional khususnya usaha mikro dan usaha kecil -menengah.
“Profesor Jon Wilson, ahli marketing khusus pasar halal yang bermukim di London mengatakan Halal is a brand, ahli marketing dari Kellog school of Management, Alexander Chernev mengklaim Halal is a lifestyle branding dan Arancha gonzalez, Executive Director International Trade Center mengatakan Halal is a business opportunity ” kata Sapta.
Para pakar non Muslim itu melihat populasi Muslim memiliki pertumbuhan tercepat sebagai konsumen di pasar global. Jika ada perusahaan yang tidak melek dalam membidik segmen ini maka mereka dianggap kehilangan peluang pasar, kehilangan cuan !.
Di Indonesia, destinasi wisata yang masyarakatnya non Muslim dan tidak menerima konsep wisata halal sebagai extended services juga bisa kehilangan peluang besar padahal 3 Destinasi Super Prioritas ( DSP) Toba, Labuan Bajo dan Likupang itu bisa memakai istilah Muslim Friendly Destination meniru Jepang, Thailand, Korea Selatan dan Taiwan yang mempromosikan diri sebagai Muslim Friendly Country.
Halal Industry yang memasok kebutuhan global tidak hanya berfokus pada pengolahan pangan tapi juga mencakup keuangan Islam, travel ( Wisata Halal), produk Fashion ( fesyen), produk farmasi, kesehatan, peralatan mandi, perangkat medis hingga kosmetik.
Selain itu Halal Industry juga menjangkau komponen sektor jasa sepertik logistik, pemasaran, percetakan, pengemasan, branding dan pembiayaan. Hal ini jelas sebuah pasar yang terlalu sayang untuk dilewatkan begitu saja.
Proyeksi tahun 2021 ( sebelum ada pandemi), konsumsi halal food dunia capai US$ 1,914 triliun, produk keuangan Islam US$ 3,641 triliun, travel US$ 243 miliar, Fashion US$ 368 miliar, media & rekreasi US$ 262 miliar, kesehatan US$ 132 miliar dan kecantikan US$ 81 miliar.
Nggak percaya dengan proyeksi ini ?.Yuk tungguin laporan tahun 2021 ini berlalu, Insha Allah masih ada umur kita bisa lihat hasil riset yang secara konsisten disajikan oleh lembaga-lembaga internasional seperti CresentRating bersama Mastercard dalam Global Muslim Travel Index. ( GMTI).