JAKARTA, bisniswisata.co.id: Mei 2019, kunjungan wisatawan mancanegara (Wisman) secara nasional tak menggembirakan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Pusat menyebutkan Mei 2019 turun 3,19% dibandingkan bulan sebelumnya April 2019 menjadi 1,26 juta kunjungan. Angka kunjungan Mei 2019 ini, merupakan terendah dalam empat bulan terakhir.
Merosotnya turis asing itu juga melanda beberapa daerah. Seperti data BPS Bali, Jawa Timur (Jatim), Sumatera Barat (Sumbar), Yogyakarta, dan Kepulauan Riau seperti dilansir Antara, Selasa (02/07/2019) juga mencatat penurunan.
BPS Bali mencatat kunjungan wisatawan asing ke Pulau Dewata selama Mei 2019 mengalami penurunan hingga 8,08 persen dibanding Mei 2018. Tercatat Mei 2019 mencapai 485.795 orang. Sedangkan pada Mei tahun sebelumnya tercatat 528.510 wisatawan. Dengan demikian terjadi penurunan jumlah kunjungan wisman 8,08 persen (y on y).
“Ini harus diterima sebagai situasi tidak menggembirakan. Terus apalagi kita masih berpegang pada target-target lama, sudah waktunya untuk meninjau kembali targetnya atau situasinya yang perlu diidentifikasi lebih kuat,” kata Kepala BPS Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar.
Jika dibandingkan dengan kunjungan wisatawan asing ke Bali pada April 2019 sebanyak 477.310 orang, jumlah wisman pada Mei 2019 naik 1,82 persen (m to m). “Untuk lima besar wisatawan paling banyak datang ke Bali pada Mei 2019 adalah wisman Australia (20,30 persen), disusul turis China (19,24 persen), India (7,95 persen), Amerika Serikat (5,11 persen) dan Inggris (4,79 persen),” ungkapnya.
Peringkat 6 hingga 10 adalah wisatawan yang datang dari negara Prancis (3,26 persen), Jepang (3,25 persen), Jerman (3,19 persen), Malaysia (3,13 persen) dan Korea Selatan (2,89 persen). Dari 485.795 wisatawan mancanegara yang datang ke Bali selama Mei 2019, mayoritas datang menggunakan jasa penerbangan yakni 485.758 wisatawan dan 37 wisatawan melalui jalur laut.
Secara kumulatif jumlah kunjungan wisman yang datang langsung ke Bali selama 2019 tercatat mencapai 2.305.802 orang atau lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2018 (y on y) yang tercatat mencapai 2.348.455 orang atau turun sedalam 1,82 persen.
Melihat tren data kunjungan wisman yang menurun itu, diharapkan berbagai pihak terkait tidak tinggal diam saja ataupun hanya berharap semuanya baik-baik saja. “Penyebab penurunan ini mungkin gairah pariwisata di tingkat internasional sedang terganggu, karena mau tidak mau, kita harus berani menyebut ada resesi karena salah satunya efek perang dagang Amerika Serikat dengan China. Selain itu di negeri kita terjadi situasi tingginya harga pesawat domestik yang agaknya sudah ikut berpengaruh pada menurunnya kunjungan wisman,” ucapnya.
Diprediksi turis asing yang hendak berpelesiran ke Bali tidak menggunakan Bali sebagai satu-satunya destinasi wisata. “Mugkin masih mampir ke Banyuwangi, ke NTB, mampir ke mana lagi yang tidak bisa tidak, menggunakan penerbangan domestik,” ucapnya.
Dengan adanya informasi dari Kementerian Perhubungan yang “memaksa” maskapai penerbangan meninjau kembali penetapan harga per 1 Juli ini, maupun pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT G20, dapat menurunkan ketegangan perang dagang. “Berita-berita baik itu kami tunggu, mudah-mudahan situasi yang tidak menggembirakan ini tidak semakin gawat,” ujar Adi berharap.
Jawa Timur
Sementara Kunjungan wisman ke Jawa Timur melalui pintu masuk Juanda pada Mei 2019, merosot sebesar 21,68 persen, dibandingkan bulan sebelumnya yakni dari 18.652 kunjungan menjadi 14.609 kunjungan. Bahkan dibandingkan Mei 2018, jumlah kunjungan Wisman juga mengalami penurunan sebesar 40,18 persen, yaitu dari 24.420 kunjungan. “Penurunan ini disebabkan, karena Mei adalah bulan puasa Ramadhan, yang memang mempengaruhi kedatangan Wisman ke Jawa Timur,” kata Kepala BPS Jatim, Teguh Pramono di Surabaya.
Sepuluh negara asal Wisman terbanyak adalah Malaysia, Singapura, Tiongkok, Taiwan, Amerika Serikat, India, Jepang, Korea Selatan, Thailand, dan Perancis. Turis asing dari 10 negara mencakup 73,69 persen dari total kedatangan wisman ke Jawa Timur. Dari 10 negara itu, turus Malaysia menempati posisi tertinggi, dengan kontribusi sebesar 32,07 persen. Disusul Singapura dan Tiongkok dengan kontribusi sebesar 13,01 persen, dan 8,75 persen.
Dibandingkan April 2019, lanjut dia, kunjungan Wisman dari sepuluh negara utama pada Mei 2019 mengalami penurunan. Yaitu dari 13.061 kunjungan menjadi 10.765 kunjungan, atau turun 17,58 persen. Wisman dari Thailand anjlok tertinggi selama Mei, turun 69,52 persen.
Secara kumulatif, selama Januari-Mei 2019, jumlah Wisman yang berkunjung ke Jatim mengalami penurunan sebesar 26,77 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Yaitu dari 118.270 kunjungan, menjadi 86.609 kunjungan.
Wisman dari sepuluh negara utama selama periode tersebut justru mengalami kenaikan sebesar 6,63 persen. Yaitu dari 57.183 kunjungan menjadi 60.972 kunjungan. “Kunjungan Wisman berkebangsaan Malaysia tetap yang terbanyak pada periode Januari-Mei 2019 sebesar 27.782 kunjungan. Kemudian disusul dari Singapura sebanyak 9.669 kunjungan dan Tiongkok sebanyak 8.112 kunjungan,” ungkapnya.
Sumatera Barat
BPS Sumbar mencatat kunjungan wisatawan asing ke provinsi itu pada Mei 2019 mencapai 3.582 orang. Jumlah kunjungan ini turun 34,53 persen dibanding April tercatat 5.471 orang. “Salah satu penyebab turunnya wisman karena pada Mei bertepatan dengan Ramadhan dan kecenderungan wisatawan memilih untuk tidak berwisata karena pengunjung didominasi pelancong asal Malaysia yang mayoritas Muslim,” kata Kepala BPS Sumbar Sukardi di Padang.
Mei 2019 jumlah wisatawan Malaysia yang datang ke Sumbar sebanyak 2.253 orang. Sisanya, wisatawan asing berasal dari Australia 373 orang, Amerika Serikat 113 orang, Cina 50 orang, Perancis 48 orang, Inggris 30 orang, Jerman 22 orang, Singapura 21 orang, Belanda 21 orang, Thailand 20 orang dan lainnya 632 orang.
Kunjungan wisatawan asing memberikan kontribusi sebesar 0,29 persen terhadap total wisman yang berkunjung ke Indonesia. BPS mencatat, jumlah kunjungan wisman ke Indonesia pada Mei sebanyak 1.256.325 orang. “Jumlah yang terdata masuk melalui imigrasi di Bandara Internasional Minangkabau. Jika sebelumnya dari Jakarta atau Medan, maka wisatawan akan didata di bandara kedatangan,” ucapnya
Yogyakarta
Dinas Pariwisata Yogyakarta menyebutkan tingkat kunjungan wisatawan asing ke destinasi wisata kabupaten/kota di daerah ini melalui transportasi udara mengalami penurunan sebesar 25 persen. Penyebab penurunan akibat harga tiket pesawat mahal. “Penerbangan itu cukup banyak pengaruhnya terhadap kunjungan wisatawan, pengaruhnya bisa sampai 25 sampai 30 persen turunnya untuk kunjungan wisatawan melalui udara,” kata Kepala Dispar DIY Singgih Raharjo.
Menurutnya, target kunjungan wisatawan tahun ini tidak naik signifikan. Alasannya karena harga tiket pesawat yang belum turun dan sudah sering disampaikan bahwa tiket mahal menjadi kendala untuk mendatangkan wisatawan.
Penurunan kunjungan wisatawan ke Yogyakarta melalui transportasi udara itu tidak hanya dari wisatawan domestik, tetapi wisatawan mancanegara. Sebab wisatawan mempertimbangkan apabila harus naik pesawat beberapa kali. “Yang merosot tak hanya wisatawan domestik tapi mancanegara, karena pada saat kemudian mereka sudah sampai Jakarta atau Bali begitu melihat tiket domestik mahal mereka berpikir ulang,” katanya.
Diharapkan harga tiket pesawat segera turun, agar wisatawan kembali mempunyai keinginan untuk mengunjungi wilayah Yogyakarta yang terkenal sebagai kota pariwisata dan budaya. “Saya harap tiket akan segera turun supaya itu bisa menjadikan wisatawan berminat untuk kembali mengunjungi Yogyakarta melalui udara,” katanya.
Dia menjelaskan, target kunjungan wisman ke destinasi Yogyakarta pada 2019 sebanyak 400 ribu wisatawan. wisatawan domestik mencapai sebanyak sekitar enam juta wisatawan. “Tahun kemarin hampir mendekati 400 ribu wisatawan untuk mancanegara kemudian yang domestik sekitar 5,5 juta wisatawan. Untuk mancanegara itu kami hitung yang menginap di hotel bintang dan non-bintang,” katanya
Kepulauan Riau
BPS Kepulauan Riau (Kerpi) mencatat Turis asal Singapura yang mengunjungi Kepulauan Riau pada Mei 2019 turun 23,95 persen dibanding April. Sepanjang Mei 2019, tercatat ada sebanyak 92.290 turis asal Singapura yang bertandang ke Kepulauan Riau. “Wisatawan asal Singapura yang mengunjungi Kepri pada April 2019 sebanyak 126.622 orang,” kata Kepala Badan Pusat Statistik Kepri, Zulkipli.
Meski demikian, turis asal Singapura adalah turis yang paling banyak berkunjung ke Kepri pada Mei 2019 dibanding wisatawan negara lainnya. Wisatawan Singapura mendominasi hampir setengah (45,13 persen) dari total seluruh kunjungan wisman yang masuk ke Kepri. “Selama Januari sampai Mei 2019, kunjungan turis Singapura tercatat sebanyak 513.552”, ujar Zulkipli.
Jumlah kunjungan terbanyak yang kedua adalah wisawatan China sebanyak 123.341 orang atau 10,84 persen dari total kunjungan ke Kepri selama Januari – Mei 2019. Angka turis China menggeser turis Malaysia sebagai negara dengan kunjungan terbanyak kedua pada periode sebelumnya.
Secara berturut-turut, jumlah kunjungan terbanyak setelah turis Singapura dan China pada periode Januari hingga Mei 2019 adalah Malaysia, India, Filipina, Korea Selatan, Jepang, Inggris, Australia, dan Amerika. Kontribusi dari wisman 10 negara tersebut mencapai 81,28 persen dari total seluruh kunjungan wisman selama bulan Januari-Mei 2019. (NDY)