NASIONAL

Turis Arab Mulai Eksodus dari Puncak Bogor ke Ciwidey

CIWIDEY BANDUNG, bisniswisata.co.id: Suhu udara yang sejuk dan dingin, pemandangan yang alami, suasana yang damai jauh dari hiruk pikuk, serta kuliner yang halal, membuat wisatawan Arab melakukan eksodus dari kawasan Puncak Bogor menuju Ciwidey Kabupaten Bandung Jawa Barat.

Eksodus ini terjadi sekitar 6 bulan terakhir. Pelancong Timur Tengah itu nampaknya mencari suasana destinasi wisata yang baru, dan Ciwidey menjadi pilihan yang dianggap sangat tepat. Para wisatawan asing itu mendapatkan informasi destinasi wisata berhawa dingin dari media sosial yang gencar mempublikasikan obyek wisata Ciwidey.

“Beberapa bulan terakhir memang banyak wisatawan Timur Tengah datang ke sini. Biasanya rombongan satu keluarga. Long stay mereka bisa seminggu bahkan bisa lebih. Beda dengan wisatawan asing lainnya rata-rata 3 hari menginap,” papar Asep, staf Glamping Lakeside Rancabali Ciwidey, Kab Bandung, Kamis (02/08/2018) malam.

Selain tertarik dengan kondisi panorama Ciwiday yang masih asri, lanjut dia, juga ada banyak destinasi wisata alam seperti Kawah Putih, Situ Patengan, berendam di kolam air panas alami, Bumi Perkemahan Ranca Upas yang semuanya saling berdekatan sehingga wisatawan tak butuh lama untuk menikmati obyek wisata.

Dilanjutkan, wWisatawan Timur Tengah juga sangat tertarik dengan konsep menginap dalam tenda yang luks, seperti yang ditawarkan Glamping Lakeside Rancabali Ciwidey. Apalagi lokasinya berada di tepi Situ Patengan sehingga wisatawan bisa menikmati danau yang juga memiliki legenda ada Pulau dan Batu Cinta.

Bahkan Glamping yang berada di kaki Gunung Patuha juga dilengkapi Resto Kapal Phinisi sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan Arab. “Selain turis Arab, juga mulai masuk turis China, dari Australia, Belanda, Jepang, Singapura, Korea serta Malaysia dan beberapa negara lainnya,” sambungnya.

Pengelola Glamping Lakeside Rancabali Ciwidey, Lutfi Naufal mengamini wisatawan asing, terutama Turis Arab menginap di Glamping. “Soal turis Arab hijrah dari Puncak Bogor ke Ciwidet saya tidak tahu persis, namun memang ada peningkatan kunjungan wisatawan Timur Tengah. Ini merupakan kebanggan tersendiri bahwa Ciwidey didatangi Turis Negara Arab, termasuk menginap di Glamping,” jelasnya disela-sela pertemuan bersama Biro Komunikasi Publik dan Forum Wartawan Pariwisata di Rancabali, pekan lalu.

Diakui tak ada perbedaan dalam menyambut wisatawan Arab maupun negara lainnya, meski long stay turis Timur Tengah lebih lama ketimbang wisatawan asing lainnya. “Juga karateristik turis Arab sama saja dengan Turis lainnya. Cuma kelebihannya turis Arab datang dengan rombongan keluarga atau temannya diatas enam orang. Dan mereka tidak terlalu menuntut banyak, yang penting kita layani dengan baik, dan tidak mengecewakan sehingga diharapkan bisa datang lagi,” lontar Lutfi.

Lutfi juga menjelaskan sepanjang 2018 tingkat hunian kamar glamping tembus 75%. Dan kunjungan wisata alam di area glamping mencapai sekitar 700.000 orang. “Karena destinasi ini sangat instagramable jadi banyak yang berkunjung. Terlebih yang kami tawarkan di sini ada konsep kapal pinisi di pinggir danau sehingga menghilangkan kerinduan masyarakat Bandung akan wisata laut,” katanya.

Glamping juga akan membuka wisata baru yakni penginapan dengan fasilitas lengkap di tengah alam bebas yang sangat disukai oleh wisman dan wisnus. “Banyak wisata di Bandung Selatan ini yang belum tersentuh seperti rafting dan air terjun. Kami ingin agar banyak yang datang ke wilayah Bandung Selatan ini,” ujar Lutfi.

Gampling memiliki 3 jenis penginapan berkonsep tent resort yakni Lakeside Tent Resort, Family Tent Resort, dan Family Adventure Camp. Tarif per malamnya mulai 1.440.000 sampai Rp 3.312.000 saat high season.

Sementara Kadispar Kabupaten Bandung Agus Firman Zaelani membenarkan wisatawan Timur Tengah sudah berlibur di Kabupaten Bandung. Umumnya mereka mendatangi Kawah Putih, Kawah Rengganis, Situ Patengan, Glamping serta obyek wisata lainnya seiring dengan gencarnya promosi Nomadic Tourism yang dicanangkan Kementerian Pariwisata.

“Kami juga menyiapkan strategi pariwisata halal. Bekerjasama dengan lembaga kajian Pusat Halal Salman, Kabupaten Bandung telah menyiapkan formula tersendiri untuk mengembangkan wisata halal. Jadi hasil kajian itu membuat rekomendasi, termasuk mau ke arah mana pariwisata halal ini. Kita tidak mengiblat ke Aceh dan NTB, kita minta rekomendasi dari pusat kajian yang kita buat,” paparya.

Diakui, pemetaan pariwisata halal Kabupaten Bandung sedang berjalan hingga saat ini, dengan target merebut pasar wisata Timur Tengah yang lebih banyak lagi. Mengingay jumlah turis Arab sangat sedikit, tapi mereka belanjanya banyak, spending mereka besar juga long stay atau lama tinggal lebih lama. Sejauh ini baru wisman Malaysia, Singapura, Korea saja yang masuk,” ungkapnya.

Pengembangan wisata halal di Kabupaten Bandung sudah sangat mendasak, seiring dengan masuknya wisatawan muslim dari negara Timur Tengah. “Dari wisatawan ini mempercepat proses pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bandung, semakin banyak orang datang maka makin banyak pendapatan, sehingga kesejahteraan rakyat juga meningkat,” ujarnya

Selain itu, tambah dia, dijadikan wisata halal karena Bandung 90 persen lebih menganut agama Muslim. “Halal tourism ini sedang tren, banyak seperti negara non Muslim yang masuk ke dalam destinasi halal. Apalagi, kita pada umumnya di Kabupaten Bandung 90 persennya warga Muslim,” jelasnya.

Agus menambahkan tahap awal yang digarap dulu untuk wisata halal dengan yang paling ringan yaitu, hotel. “Kami harap hotel menyediakan untuk tamu yang datang ditawari sajadah. Karena, halal tourism berdasarkan dengan sariat Islam ya seperti itu. Ada tempat salat, makanannya juga akan difokuskan dengan makanan yang halal,” imbuhnya.

Soal destinasi wisata halal, sambung Agus, masih dalam pengkajian lebih mendalam. Pasalnya hingga kini belum tahu destinasi yang dipilih. Karena itu pihaknya meminta perhotelan, juga tour operator memberi masukan destinasi wisata apa saja yang paling diminati pelancong Timur Tengah.

Sepanjang tahun 2017 total kunjungan wisman dan wisnus ke wilayah kabupaten Bandung mencapai 2,6 juta wisatawan atau melebihi target kunjungan tahun 2016 yang sebanyak 2,25 juta. Sejak Januari 2018 hingga Juli 2018, kunjungan wisman dan wisnus ke wilayah kabupaten Bandung mencapai 2,5 juta dari target 2018 sebanyak 2,3 juta.

“Wisman baru dikit. Untuk wisman baru sedikit hanya 1.000 saja dari total kunjungan tahun lalu sebanyak 2,6 juta. Memang orang jarang ke Bandung Selatan karena jauh. Mereka ke Lembang sambil pulang ke Jakarta lewati Subang,” ucapnya sambil menambahkan untungnya ruas Tol Soreang-Pasir Koja (Soroja) sudah beroperasi sehingga meningkatkan 20% kunjungan wisatawan ke Kabupaten Bandung,

Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian Pariwisata Guntur Sakti mengatakan, pemerintah melalui Kemenpar menargetkan terus mendorong 100 destinasi digital di sejumlah daerah dan empat wisata nomadic. Tercapainya destinasi baru diharapkan berdampak terhadap pencapaian target kunjungan 20 juta wisatawan mancanegara 2019

Dijelaskan, Nomadic Tourism merupakan destinasi wisata glamp camp, home pod, dan caravan yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan khususnya pelancong asing. Apalagi banyak traveller dunia yang menginginkan pilihan selain menginap di hotel berbintang.

“Fasilitas glamping mulai dikembangkan di sejumlah destinasi unggulan di Tanah Air seperti Bali, Lombok, Belitung, dan Jabar. Salah satunya di Kabupaten Bandung,” kata Guntur.

Konsep destinasi ini, lanjut dia, menjadi salah satu program terobosan yang dilakukan Kemenpar bersama stakeholder pariwisata. Khususnya dalam memenuhi tuntutan pasar atau permintaan wisatawan. Juga untuk mengatasi keterbatasan tersedianya amenitas sebagai unsur penting dari 3A (Atraksi, Amenitas, dan Aksesibilitas) di daerah tujuan wisata yang mengandalkan unsur budaya (culture), alam (nature), dan buatan manusia (manmade).

Dengan adanya konsep ini, diharapkan bisa meningkatkan daya tarik pelancong ke Indonesia yang tahun ini menargetkan 17 juta wisman dan akan meningkat menjadi 20 juta wisman pada 2019. “Kabupaten Bandung ini memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan menjadi nomadic destination. Bahkan, digital destination tourism juga sudah banyak,” ujar Guntur.

Guntur menyebutkan, Menteri Pariwisata Arief Yahya menilai konsep nomadic tourism memiliki value ekonomi tinggi dan treatmentnya juga relatif mudah sehingga menarik para pelaku industri pariwisata untuk mengembangkan bisnis tersebut. Terutama jika aksesibilitas dan amenitasnya cepat memberikan keuntungan komersial. (endy)

Endy Poerwanto