REVIEW

Tulus Peduli Lestarikan Gajah

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Penyanyi dan pencipta lagu Tulus benar-benar mencintai gajah. Peduli melestarikan gajah, Hal itu tidak saja tertuang dalam judul album dan lagu saja, “Gajah”, tetapi juga dibuktikan dengan tindakan. Pelantun Teman Hidup ini, menjadi inisiator gerakan peduli terhadap pelestarian gajah atau yang disebut Teman Gajah.

Teman Gajah sudah berjalan selama tiga tahun. Penyanyi bergenre Pop dan Pop Jazz mengaku melalui gerakan tersebut, dia mengajak masyarakat dunia, khususnya Indonesia untuk peduli dengan keberlangsungan hidup gajah.

“Saya bisa disebut inisiator kali ya karena memang kondisi Gajah sekarang sudah sangat mengkhawatirkan. Jadi, kita bikin kegiatan saja untuk menggalang kepedulian karena populasi gajah terus menurun jumlahnya, apalagi jika kita enggak peduli sama sekali,” kata Muhammad Tulus Rusydi, nama lengkapnya

“Sebenarnya saya ingin sedikit mengajak teman-teman untuk menyadari bahwa sebetulnya gajah itu memiliki peranan besar buat kehidupan kita,” tambah dia seperti dilansir laman Sindonews, Kamis (16/08/2018).

Kegiatan yang dilakukan Teman Gajah antara lain mengadakan kalung pendeteksi. Gerakan ini berfokus dalam pengumpulan dana untuk pengadaan kalung pendeteksi lokasi. Kalung pendeteksi lokasi merupakan kalung yang dipasangkan ke pemimpin-pemimpin gajah liar.

“Karena satu unit kalung itu harganya mahal sekali dan pada saat ini belum diproduksi di Indonesia, jadi pengadaannya sangat sulit. Satu unitnya sekitar Rp40 juta,” kata lelaki kelahiran Bukittinggi, 20 Agustus 1987.

Hingga saat ini, Teman Gajah berhasil memasangkan beberapa kalung kepada gajah-gajah di kawasan Sumatera. Mengingat fokusnya untuk daerah Sumatera, sebelumnya Tulus juga baru saja mengunjungi Taman Nasional Tesanilo di Riau.

“Kalau yang terpasang 3 atau 4 unit karena prosesnya itu lama. Harus dicari dulu, oh ini kelompok gajah ini, harus dipasangkannya juga timnya tidak sembarangan. Kemarin saya di sana lihat kalungnya itu berat sekali, sekitar 50 kilogram. Kita concernnya ke gajah Sumatera, otomatis fokusnya ke daerah Sumatera,” tandas arsitek yang menamatkan studinya di Universitas Katolik Parahyangan, Bandung. (NDY)

Endy Poerwanto