SOSOK

Titah Listiorini: Mimpi Besar PRPP Menjadi Pusat MICE Jateng 2022  

Titah Listiorini ( kanan) kreatif dalam menjaring pengunjung PRPP. ( Foto. dok pribadi)

SEMARANG  bisniswisata.co.id: Senang rasanya berjumpa lagi dengan sosok  Dra Titah Listiorini MM. Direktur PT. Pusat Rekreasi dan Promosi Pembangunan (PRPP) Jawa Tengah di ruang kerjanya yang terpisah dari ruangan para staf badan usaha milik daerah ( BUMD) Pemprov Jateng dan Pemkot Semarang ini.

Menempati bangunan terpisah yang cukup tua dan jauh dari kemewahan, bos yang mengelola sedikitnya 40 ha tanah itu mengaku pandemi global tidak mampu mengerem aktivitasnya meski para pegawai sempat ‘dirumahkan’ selama tiga bulan selama PPRP dan Grand Maerakaca ditutup dari  8 Maret – 22 Juni 2020 karena wabah COVID-19.

” Nyaris tanpa libur karena waktu awal Maret kami baru memulai pembangu- nan proyek Lumina. Daya tarik wisata baru di area Grand Maerakaca yang menampilkan pemukiman di lima negara,” kata ibu satu anak ini.

Sejak berjumpa pertama kali empat tahun yang lalu, etos kerjanya  yang tidak pernah kendor itu yang membuat saya selalu bangga dengan kiprah srikandi wanita ini termasuk dari jejak digital di media sosialnya.

Penggemar travelling yang aktif berbahasa Inggris dan Perancis ini mengingatkan saya pada alm. Ir Ciputra, bos properti mantan pemilik perusahaan tempat saya dulu bekerja sekaligus guru entrepreneur.

“Entrepreneur itu orang yang mampu menciptakan sesuatu dari rongsokan menjadi emas,” begitu selalu ucapnya.

Kembali ke sosok Titah, sebagai pimpinan perusahaan BUMD maka dia tergolong memiliki jiwa entrepreneurship yang kuat karena ketika dipasrahi tugas sebagai Direktur PT PRPP dengan luas lahan total 40 ha itu pada 18 tahun lalu, maka Titah harus mencetak laba.

Dia harus bisa memimpin dan mengelola tempat pameran produk itu agar memberikan pemasukan bagi Pemkot Semarang dan Jawa Tengah. Mengelola Grand Maerakaca sebagai Taman Mini Jawa Tengah seluas 20 ha serta kawasan PRPP juga seluas 20 ha,  ibarat dua sisi mata uang yang harus terus menerus dibersihkan,  ditingkatkan seluruh aktivitas maupun penghasilannya. 

Masih ada satu hal yang tidak boleh diabaikan yaitu mengelola sarana yang menjadi media pendidikan untuk lebih mengenal dan cinta tanah air. 

Maklum Grand Maerakaca selama ini menyajikan anjungan dengan miniatur bangunan khas dari 35 kabupaten-kota di Jawa Tengah. Etalase budaya yang jadi destinasi wisata Jateng itu harus punya program acara yang menarik sehingga pengunjung terutama kalangan milenial terus datang untuk ikut mencintai dan melestarikan budaya bangsanya.

Tak heran dia banyak menggandeng komunitas untuk membuat event-event dan mengisi panggung acara. Sambil bergaul dengan berbagai kalangan, Titah tidak lupa juga menyisipkan elemen Sadar Wisata menerapkan Sapta Pesona  untuk menciptakan rasa aman, tertib, nyaman, bersih, sejuk, ramah tamah dan kenangan.

Setiap malam minggu dia menggelar program M2M  merangkul beragam komunitas untuk malam mingguan  dengan menfasilitasi hiburan musik dari berbagai genre dan fansclub seperti Beatles, Iwan Fals, Koes plus dan lainnya.

Sebagai sarana pendidikan, Grand Maerakaca memiliki hutan mangrove seperti di Karimunjawa, bahkan ada miniatur  Laut Jawa yang juga bisa diarungi dengan perahu bebek.

Hutan mangrove saat ini justru merupakan ciri khas dan menjadi daya tarik wisatawan ke Maerokoco.Hingga kini pihaknya masih punya misi memberikan edukasi kepada pengunjung terkait pentingnya hutan bakau, mulai dari ekosistem hingga manfaat tanaman yang telah dibudidayakan sejak 2007 tersebut.

Titah menerima tantangan di sirkuit motor, bersama Menlu Retno Marsudi dan berpose dengan staf wanita. ( Foto: dok. pribadi)

Saat pariwisata terpuruk akibat pandemi global COVID-19, Titah berhasil menciptakan daya tarik baru bagi Grand Maerakaca dengan hadirnya Lumina yaitu  area bangunan-bangunan berbentuk miniatur pemukiman dari lima negara yakni dari Jepang, Turki, Meksiko, Santorini (Yunani), dan Arab. 

“Kehadiran Lumina sejalan dengan konsep bangunan khas dari 35 kabupaten-kota di Jawa Tengah. Pengunjung juga mendapatkan pengalaman baru dari spot baru ini,” jelasnya.

Masing-masing bangunan tersebut ditampilkan dalam bentuk tiga dimensi (3D) untuk memfasilitasi masyarakat di era digital yang suka berfoto ria. Meski bukan rumah yang bisa dimasuki tapi pengunjung bisa puas berfoto.

Buka sejak 5 Septenber 2020, kehadiran Lumina merubah lahan kosong yang kumuh dan becek ke jalan masuk kawasan mangrove. Sekali lagi hubungan baiknya dengan berbagai komunitas akhirnya bisa menarik investor yaitu PT Genta Multijaya untuk menggarap Lumina dengan nilai investasi Rp 2 Milliar. yang langsung nge hits di Instagram.

” Tarif masuk dari Rp 10.000 naik menjadi Rp 15.000 dengan sistem bagi hasil tiket untuk 3 tahun. Setelah itu Lumina konsepnya bisa saja berubah menjadi negri dongeng misalnya,” jelas Titah.

From Zero to Hero

Pertama kali dia masuk ke PRPP sebagai pengurus sejak 2002 silam. Ia mengatakan sebetulnya tak punya pengalaman sama sekali mengurus sebuah kawasan rekreasi sebesar PRPP. Namun saat itu lantaran ada kesempatan dan punya dorongan untuk mencoba dirinya pun akhirnya terjun dan menerima pinangan untuk mengurus Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) itu.

Titah di gerbang Torii dan berbagai fasilitas di Grand Marakaca serta anjungan Pemkab Kebumen.

Mengaku awalnya bingung untuk mengurus kawasan wisata di daerah Semarang Barat, Kota Semarang itu karena karena lahannya yang begitu luas. Apalagi kondisi infrastruktur rusak dan bahkan tidak terurus. Terlebih lagi dengan faktor alam sekitar yang seringkali direndam rob membuat  kawasan wisata itu jadi kurang terawat.

Maklum dari seorang dosen di Akademi Pariwisata dan konsultan tenaga kerja langsung memimpin  PT PRPP dengan segudang tantangan mulai dari SDM hingga infrastruktur  yang harus segera ditangani. Tekadnya menguat  untuk mampu merubah kawasan itu semakin cantik dan mampu menyerap banyak pengunjung.

Strateginya saat itu membuat skala prioritas. Infrastruktur di sekitar komplek yang awalnya bernama Puri Maerakaca itu diperbaiki. Apalagi PRPP dekat dengan kawasan industri perkotaan, pelabuhan laut Tanjung Emas, serta 5 menit dari Bandara Internasional A. Yani, Semarang.

Tahun 2020 ini setelah tertunda bertahun-tahun, Pusat Rekreasi dan Promosi Pembangunan (PRPP) Jawa Tengah bakal dirombak besar-besaran menjadi etalase pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah. Revitalisasi ditargetkan mulai tahun ini sehingga pada 2022 mendatang .

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo bahkan sudah membeberkan konsep inti revitalisasi PRPP tersebut bakal mengusung spirit ramah lingkungan, futuristik dan modern sebagai satu pusat pameran yang menunjang MICE yakni Meeting, Insentif, Conference and Exhibition.

Terlebih, legalitas kepemilikan lahan telah dikantongi setelah pengajuan kembali (PK) yang diajukan Pemprov Jawa Tengah dikabulkan Mahkamah Agung (MA). Semula harapan menggandeng swasta setelah adanya feasibility study  bisa ground breaking tapi COVID-19 datang, jadwalpun mundur.

Titah Listiorini mengatakan, total lahan yang bakal direvitalisasi seluas 15,4 hektar. Rencananya, revitalisasi akan meliputi pembangunan hotel tujuh lantai yang memiliki 300 kamar, exhibition hall berukuran 10 ribu meter persegi dan convention hall seluas 5 ribu meter persegi. 

Selain itu, juga akan dibangun ruang pamer industri, pusat oleh-oleh, restoran dan hotel dalam satu kawasan yang menjadi penunjang bandara dan pengembangan obyek wisata.

” Sejauh ini dua konsorsium  investor dari dalam negri akan investasi senilai Rp 2 triliunan yaitu PT Sarana Pembangunan Jateng & PT Telkom Sigma. Di dalam area juga termasuk ada fasilitas SPBU,” kata Titah Listiorini.

Dia berharap proyek ini menjadi kenyataan dan insya allah pada 2023 dia sudah bisa pamit mundur dengan mempersembahkan yang terbaik untuk kegiatan MICE di Jawa Tengah. ” Semua hanya akan terwujud atas izin Allah SWT,” katanya optimistis.

 

Hilda Ansariah Sabri

Pendiri, Pemimpin Umum, Pemimpin Redaksi dan pemegang sertifikasi Wartawan Utama Dewan Pers dan Ketua Departemen Pariwisata PWI Pusat (2018-2023)