DAERAH

Tiket Mahal, Target Kunjungan Wisatawan ke Sumbar bisa Gagal

PADANG. bisniswisata.co.id: Kenaikan tiket pesawat dapat memicu anjloknya sektor pariwisata di daerah Sumatera Barat (Sumbar). Sehingga, perlu kebijaksanaan dari pemangku kepentingan terkait untuk menurunkan kembali melambungnya harga tiket pesawat. Jika tidak segera diatasi target kunjungan wisatawan ke Sumbar bisa gagal.

“Saya sudah ketemu Menteri Perhubungan dan pihak Garuda Indonesia menyampaikan serta berharap harga tiket pesawat serta avtur diturunkan sehingga harga tiket kembali normal, sehingga pariwisata bisa kembali normal,” kata Gubernur Sumbar Irwan Prayitno
di Padang, Selasa (12/2), pada pertemuan tingkat tinggi Tim Pengendali Inflasi Daerah.

Tidak hanya sektor pariwisata, lanjut dia, ada banyak sektor turunan yang ikut terdampak dengan kenaikan harga tiket pesawat. “Usaha mikro kecil dan menengah terdampak, hotel-hotel akan sepi, rugi kita semua karena dampak ikutannya banyak,” ujar Gubernur Sumbar.

Sebelumnya, sejumlah pemilik usaha makanan dan minuman di Bandara Internasional Minangkabau di Padang Pariaman, Sumatra Barat mulai merasakan imbas kenaikan harga tiket pesawat ditandai dengan sepinya jumlah pembeli.

Salah seorang pengelola Rumah Makan Padang di Bandara Minangkabau Risa mengaku sebelumnya ia bisa mengantongi omzet hingga Rp 7 juta per hari. Namun, sejak Januari bisa mengantongi Rp 3 juta per hari saja sudah syukur.

Akibatnya, restoran Padang yang berada di area pintu keberangkatan penumpangan tersebut mulai mengurangi makanan yang disediakan mengantisipasi tidak terlalu banyak sisa. Kami khawatir juga kalau ini terus berlangsung bisa ditutup karena tidak seimbang pemasukan dengan sewa tempat,” kata dia seperti dilansir Antara.

Tidak hanya rumah makan Padang, Suci karyawan gerai Soto di Bandara Minangkabau juga mengaku pengunjungnya berkurang hingga 30 persen. Jika satu hari bisa mencapai 100 orang yang makan, sekarang 70 orang sudah banyak.

Beranjak ke lantai tiga area keberangkatan salah satu lounge yang ada di sana juga mengalami imbas. Menurut Ana pengelola lounge biasanya dalam sehari mereka bisa melayani 50 penumpang namun sekarang turun jadi 30 penumpang

Mesik lounge kerap disinggahi kalangan berduit untuk bersantap sebelum berangkat sejak tiket pesawat naik ikut terimbas. Demikian juga dengan gerai bakso yang ada di ruang tunggu keberangkatan juga terkena imbas dengan penurunan jumlah konsumen hingga 30 persen sehari.
Semua pengelola usaha tersebut berharap harga tiket kembali normal. Sehingga penumpang jadi ramai di bandara.

Di tempat terpisah, kenaikan harga tiket pesawat dan kebijakan bagasi berbayar tidak saja memukul pariwisata, tetapi juga berdampak terhadap hunian hotel. Di Nusa Tenggara Timur (NTT), misalnya banyak wisatawan lokal terpaksa mengatur ulang jadwal kunjungan mereka sampai harga tiket turun.

“Terutama wisatawan lokal, ada yang mengatur ulang jadwal kunjungan karena kenaikan harga tiket pesawat,” kata Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata (Asita) NTT Abed Frans kepada Media Indonesia di Kupang, Selasa (12/2).

Wisatawan berharap penaikan harga tiket tidak berlangsung lama. Pasalnya, dunia usaha seperti pedagang suvenir dan penyedia bahan makanan di hotel-hotel, dan perusahaan tour and travel juga ikut terpukul.

Walaupun di sisi lain, menurut Abed, kondisi tersebut belum memengaruhi wisatawan asal luar negeri. “Sampai saat ini arus wisatawan dari luar negeri belum terganggu. Hanya saja, mereka mempertanyakan tentang wacana penutupan Komodo,” ujarnya.

Para wisatawan juga sudah diberi penjelasan tentang wacana pemerintah Nusa Tenggara Timur (NTT) yang hanya akan menutup Pulau Komodo saja. “Saya berikan penjelasan ke wisatawan hal itu masih wacana. Itupun kalau ditutup hanya Pulau Komodo saja, bukan Taman Nasional Komodo. Mereka masih bisa melihat komodo di pulau lain seperti Rinca dan Padar dan juga mengunjungi obyek wisata lainnya,” ujarnya.

Abed juga minta maskapai meninjau lagi kebijakan bagasi berbayar tersebut karena dikhawatirkan berdampak terhadap wisatawan asing. “Tidak mungkin wisatawan asing itu hanya membawa bagasi tujuh kilogram saja,” katanya sambil menambahkan pengelola wisata ingin wisatawan tinggal lama di salah satu destinasi wisata. (NDY)

Endy Poerwanto