Wisatawan muslim tak bakal kesulitan mencari restoran halal di Taiwan (foto: taiwanhalal)
TAIPEI, bisniswisata.co.id: Setelah Jepang dan Korea, kini Taiwan pun mulai tertarik untuk serius menggarap potensi wisatawan Muslim yang umumnya gemar mengeluarkan biaya cukup signifikan. Potensi itu sangat disayangkan jika tidak dioptimalkan.
“Menurut Global Muslim Travel Index, sejak lima tahun belakangan, peringkat Taiwan meningkat dalam hal tujuan wisata terbaik di antara negara-negara non-Muslim. Dari peringkat 10 pada 2015, jadi peringkat tiga pada 2019,” kata Rita Pawestri Setyaningsih, peneliti Pusat Penelitian Kewilayahan (P2W) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),
Pernyataan itu Rita sampaikan dalam webinar LIPI bertajuk Prospek Wisata Halal Bagi Indonesia: Pengalaman Dari Taiwan.
Saat ini Taiwan memiliki sembilan lembaga sertifikasi halal yang telah menerbitkan sertifikat halal pada 1.088 perusahaan dan ratusan ribu jumlah produk yang disediakan.
Negara berpenduduk sekitar 23 juta orang ini hanya memiliki populasi Muslim sebesar 1 persen. Yang menambah banyak justru para migran, termasuk dari Indonesia yang menurut Rita jumlahnya ada sektiar 300.000 orang. Namun untuk urusan tempat makan halal, wisatawan Muslim dijamin tak akan kesulitan mendapatkannya.
Sebenarnya sudah sejak 2009, Taiwan mempromosikan pariwisata halal. “Dulu ada brosur bertuliskan Taiwan targets Muslim tourists yang diterbitkan Chinese Muslim Association (CMA). Mereka semacam Majelis Ulama Indonesia (MUI) kalau di sini,” ujar Rita.
Meski demikian, wisata halal di Taiwan baru berkembang pesat pada 2016 setelah ada regulasi yang mendukung program itu. Selain itu kebijakan New Southbound Policy (NSP) dengan 18 negara juga telah memesatkan perkembangan pariwisata halal di sana.
Adapun negara-negara tersebut adalah Australia, Bangladesh, Bhutan, Brunei, Kamboja, India, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Selandia Baru, Pakistan, Filipina, Singapura, Sri Lanka, Thailand, dan Vietnam.
Kebijakan ini memang lebih difokuskan untuk meningkatkan kerja sama Taiwan dengan negara lain agar tidak bergantung pada daratan China. Namun, ternyata kerja sama itu juga memengaruhi pariwisata halal.
Wisata Halal bukan wisata Islam
Melalui hasil penelitian yang dilakukan pada 2018, Rita seperti dilansir Kompas mengungkapkan bahwa Taiwan mendefinisikan pariwisata halal sebagai pariwisata umum yang dilengkapi dengan layanan ramah Muslim.
Meski sama-sama mengusung konsep halal, pariwisata halal berbeda dengan Islamic Tourism atau pariwisata Islam yang memiliki unsur keagamaan. Itu lantaran sebagian, bahkan seluruh niatan dalam pariwisata Islam adalah untuk kepentingan keagamaan.