TEGALALANG, Gianyar, bisniswisata.co.id: Sudah weekend ya, hampir lupa akibat terlalu lama kerja dari rumah, ibadah di rumah yang sekolah pun di rumah. Dan per 9 Juli objek wisata di Bali mulai dibuka bagi warga di Bali.
Gubernur Bali mengumumkan pembukaan “terbatas hanya untuk warga di Bali” sektor pariwisata dengan menggelar pawai armada mobil VW Kodok dan meninjau ojek- objek wisata.
Saya, akhir pekan ini memilih berkunjung ke tempat santai Kumulilir. Tempat melepas kepenatan, kebosanan dan kesesakan udara perkotaan yang penuh polutan. Tempat belajar perlengkapan upacara jika bertepatan dengan hari raya bagi umat Hindu. Tempat saya menimba ilmu dari “pak tani” yang mengerjakan sawah di areal Kumulilir. Belajar merontokkan padi jika bertepatan dengan masa panen, atau turun ke sawah ikut menanam benih padi bahkan sekadar bermain dengan burung “kokokan”. Burung yang habitatnya berada di Desa Petulu, dan sedang mencari kudapan ke persawahan di desa- desa sekitar Ubud. Kumulilir posisinya setelah melewati kawasan desa Petulu, berada di ruas kiri rute perjalanan saya dari kota Kecamatan Ubud menuju Kintamani.
Sepanjang perjalanan, toko- toko kerajinan masih belum membuka lapaknya. Arus lalu lintas tidak sepadat biasanya, jika pada masa sebelum COVID-19 merebak jalur Denpasar – Ubud- Tegalalang perlu waktu satu jam 30 menit dan tersedat macet di pusat Ubud. Hari ini perjalanan saya lancar, hanya 55 menit saya sudah memasuki gerbang Kumulilir.
Staf penyambut tamu – tentu dengan standar kesehatan yang ditetapkan– melakukan tugasnya, meminta saya memilih menggunakan handsanitaizer atau mencuci tangan pakai sabun. Kemudian, staf Kumulilir meminta ijin untuk mengukur suhu tubuh dengan mendekatkan alat ukur ke telinga saya.
“35 derajat. Silahkan pilih paket,” lanjutnya sembari menunjukkan paket kunjungan yang disiapkan pada masa uji coba ini.
Menu kudapannya sederhana, olahan paon (dapur) Bali khas Tegalalang yang bahan bakunya ada di areal Kumulilir. Sayur dan aneka buah, tumbuh alamiah di pematang sawah, dilereng tebing yang memisahkan areal sawah dengan kebun kelapa, palawija dan areal atraksi wisata. Kebutuhan daging unggas – ayam, bebek–, ikan air tawar dan nasi dari padi hasil sawah di areal tersebut.
Niat saya memang refreshing, mengamati uji coba standar kehidupan baru di objek wisata dan makan siang di luar rumah, saya memilih menu Nasi Sela Kumulilir. Masa uji coba, mereka hanya menawarkan dua menu makan siang khas Kumulilir yaitu Nasi Sela dan Nasi Kuning Goreng Kelor. Olahan ini semua menggunakan bumbu Bali dengan base genep nya, paket sudah dilengkapi infuse water, ada beberapa pilihan minuman hangat yang ditawarkan dengan kudapan kecil.
Makan siang di alam terbuka berudara segar dingin, bertambah nikmat dengan memandang, meresapi saujana sekitar yang khas. Bagi saya, mahal itu relatif untuk menikmati saujana Kumulilir setelah hampir lima bulan hanya beraktifitas seputar halaman rumah.
Bagi anda yang berniat mencoba piknik namun berdamai dengan COVID-19, bisa mencoba fasilitas di Kumulilir. Kumulilir menyediakan sejumlah permainan anak- anak, untuk memacu andrenalin boleh mencoba trampoline atau makan siang bersama di ketinggian melalui jembatan gantung? Mencoba berayun dari satu pohon ke pohon? Swing?
Untuk tahap ujicoba ini Kumulilir mengenakan tarif 50 ribu ruliah saja untuk masing- masing menu makan siang, jika menambah air mineral dan secangkir kopi hitam harganya 20 ribu rupiah.
Catatannya pengunjung diminta disiplin mengikuti protokol kesehatan, fasilitas tersedia di setiap sudut areal Kumulilir. Hirup udara segarnya, nikmati saujana desanya, nikmati kudapannya. Boleh mencoba trekking ringan seputar areal.
Tiga Tahapan
Hal penerapan protokol tata kehidupan baru dalam kepariwisataan, Pemprov Bali menetapkan tiga tahapan pembukaan usaha. Tahap pertama, melaksanakan aktivitas secara terbatas dan selektif hanya untuk lingkup lokal masyarakat Bali, mulai tanggal 9 Juli 2020.
Tahap kedua, melaksanakan aktivitas sektor pariwisata lebih luas, dengan melibatkan wisatawan Nusantara, mulai tanggal 31 Juli 2020. Tahap ketiga, diperluas untuk wisatawan mancanegara, mulai tanggal 11 September 2020 yang bertepatan hari Jumat, Kliwon, Sungsang, Sugihan Bali.
Pembukaan secara bertahap juga berlaku dimasing- masing objek kunjungan. Di Kumulilir jumlah pengunjung dibatasi, meski areal piknik dialam terbuka lebih kurang seluas lima hektar.
“Kami hanya menetapkan 30 persen dari kapasitas, jika kunjungan sudah pada posisi, petugas menutup gerbang,” ungkap Nyoman Deyana, pemilik Kumulilir.
Provinsi Bali memulai tahapan pertama ditandai dengan pelepasan rombongan mobil kuno “Road to Penerapan Tata Kehidupan Era Baru Provinsi Bali” dari halaman Kantor Gubernur Bali, Denpasar. Rombongan mobil kuno ini dipimpin langsung Wakil Gubernur Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati dengan melakukan sosialisasi di sejumlah obyek wisata di Karangasem, Buleleng dan Tabanan. ***