SURAKARTA, bisniswisata.co.id: Sukses menggelar “MICE Mart” ke-3 pada 27-29 Agustus 2019, Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta menjajaki pengembangan potensi wisata Meeting, Incentive, Convention, Exhibition (MICE) untuk mendongkrak kunjungan wisatawan. Surakarta optimis bisnis MICE memiliki potensi wisata yang layak dikembangkan di samping leisure.
“Awalnya Pemkot lebih fokus menggarap wisata leisure atau yabf bersifat rekreasi, namun karena terjadi perlambatan akhirnya Pemkot Surakarta coba menjajaki potensi wisata MICE. Termasuk kegiatan MICE Mart kami hadirkan untuk mendorong pariwisata agar tumbuh lebih bagus,,” papar Sekretaris Dinas Pariwisata Kota Surakarta Budi Sartono di Solo, Jawa Tengah, Jumat kemarin.
Dari sisi kelayakan wisata MICE, lanjut dia, Surakarta atau dikenal dengan Solo saat ini memiliki jumlah hotel bintang 1 sebanyak 8, hotel bintang 2 mencapai 20, hotel bintang 3 sebanyak 14, hotel bintang 4 dan 5 masing-masing 9 dan 3. Hotel berbintang di Solo memiliki ballroom untuk Meeting dan Convention sudah layak digunakan. Pemkot Solo masih membukan investor untuk membangun hotel bintang 4 dan 5, untuk menunjang aktifitas MICE
Ketua Umum DPP Indonesia Congres and Convention Association (INCCA) Iqbal Alan Abdullah mengatakan potensi MICE di Solo cukup besar jika dapat dikelola secara baik. “Beberapa potensi yang tersedia di antaranya jumlah hotel yang memadai untuk kebutuhan akomodasi, convention, kuliner, dan wisata budaya yang disajikan,” kata Iqbal seperti dilansir Antara, Sabtu (31/08/2019).
Dilanjutkan, dengan segala ciri khasnya, Solo tidak perlu mengadopsi konsep wisata yang diterapkan oleh daerah lain, seperti Bali. “Solo ya Solo, ada banyak keunggulan yang ada di kota ini jika dibandingkan dengan kota lain, dari sejarah, kuliner, hingga busana,” lontarnya.
Meski demikian, potensi tersebut harus terus ditingkatkan untuk memastikan pasar luar kota mengetahui kekayaan yang dimiliki Solo. “Perlu menonjolkan diferensiasi, pemerintah juga harus aktif terlibat dalam promosi ke luar daerah, termasuk secara Internasional. Jika digarap serius, MICE ini akan memberikan banyak manfaat bagi ekonomi daerah,” sambungnya.
Wakil Ketua Asita Jawa Tengah Daryono menambahkan gelaran “MICE Mart” memasuki tahun ketiga. Ternyata jumlah buyers dan seller mengalami kenaikan setiap tahunnya. Tahun 2019 ada 35 konsumen potensial yang diundang dari Jakarta, Bali, Jawa Barat, dan Surabaya.
Para konsumen potensial dari kalangan “professional conference organizer (PCO), “professional exhibition organizer” (PEO), insentive travel, dan promotor.
Potensi transaksi yang akan terjadi pada pelaksanaan “MICE Mart” ke-3 tersebut mencapai Rp12 miliar. Meski demikian, untuk target minimal sebesar Rp6 miliar. ”
Yang membedakan pada pergelaran ketiga ini, jika pada pelaksanaan dua kali “MICE Mart” sebelumnya Asita lebih banyak menawarkan objek wisata alam, untuk tahun ini penyelenggara mengangkat wisata sejarah. “Beberapa objek wisata yang akan kami kunjungi di antaranya Kampung batik, Keraton Solo, dan Pasar Gede. Selain itu, para ‘buyer’ juga akan kami ajak naik Kereta Uap Jaladara,” ungkap Daryono juga sebagai ketua pelaksana MICE Mart 2019.
Pihaknya berharap event tersebut bisa menjadi ajang promosi wisata khususnya MICE di Soloraya. “Kami juga mengangkat ‘single destination’ Joglosemar (Jogja, Solo, Semarang, red) termasuk di dalamnya ‘single destination’ untuk MICE,” tambahnya.
Apalagi, dikatakannya, saat ini pemerintah menjadikan Candi Borobudur sebagai salah satu kawasan super prioritas untuk mengangkat sektor pariwisata dalam negeri. Ia berharap kondisi tersebut juga dapat berkontribusi bagi pemasukan dari sisi MICE. “Harapannya tahun 2020 menjadi momen bagus untuk meningkatkan MICE. Ada beberapa venue baru juga yang harus di’update’ pelaku bisnis wisata untuk menyusun data. Termasuk kaitannya untuk penggunaan lelang,” katanya. (ndy)