BALI, bisniswisata.co.id: BUKAN tanpa alasan jika Director General dan CEO International Air Transport Association (IATA) Alexandre de Juniac menegaskan kembali bahwa, “ carbon is the enemy, not flying”, dalam pertemuan Intergovernmental Panel on Climate Change di Genewa pekan lalu. Flyskam yang mengatakan angkutan udara kontributor emisi tertinggi dalam perjalanan wisata, cukup menganggu kinerja kepariwisataan dunia. Penegasan Juniac diharapkan mampu mengembalikan kepercayaan pasar wisata dan mengubah kebijakan pemerintah yang merugikan perkembangan jasa angkutan udara, backbone pergerakan pasar wisata dunia.
Wisatawan, papar Dirjen IATA tersebut tidak perlu merasa berdosa jika bepergian menggunakan angkutan udara. Pasalnya, emisi merupakan bagian konsekuensi suatu kegiatan dan perkembangan teknologi kedirgantaraan telah mampu menekan laju kontribusi emisi tersebut meski pun tidak mencapai angka nol persen.
Anggota IATA, ungkap Juniac lebih lanjut, telah berkomitmen mengurangi kontribusi emisi karbon, sebelum istilah flyskam popular dikalangan masyarakat pemerhati lingkungan. Dengan tehnologi saat ini, IATA berkeyakinan industri penerbangan mampu menekan laju jejak karbonnya lebih dari 80 persen. Seperti diketahui angkutan udara berkontribusi emisi karbon 2 persen dari total emisi dunia yang mengakibatkan perubahan iklim.
Lembaga kepariwisataan dunia pun menyarankan kepada kalangan traveller untuk menjadi wisatawan yang cerdas, ramah lingkungan dan respek kelokalan. Salah dua contoh adalah memilih penerbangan yang menggunakan pesawat yang “lebih” ramah lingkungan. Pesawat berteknologi yang mampu mengurangi emisi, penggunaan avtur, polusi suara tanpa mengurangi kenyamanan dan keamanan penerbangan. Memilih paket- paket wisata yang lebih memberi manfaat kepada masyarakat ditempat tujuan.
Pertanyaannya, adakah pesawat dengan spec termaktub dan operator yang mengoperasikannya?
Ada dan per 26 Januari pesawat dengan perspektus ramah lingkungan itu, dijadualkan mengudara dari Bali ke Saigon alias Ho Chi Minh dan Hanoi pergi- pulang. Menurut keterangan resmi manajemen VietJet Air, pesawat A321neo ACF (Airbus Cabin Flex) Vietjet memiliki struktur kabin inovatif yang dapat memuat 240 kursi kulit dan interior yang premium . Kelebihan lainnya dari pesawat ini adalah area duduk yang nyaman, pengurangan penggunaan bensin minimum 16%, pengurangan polusi suara hingga 75% dan pengurangan emisi hingga 50%.
VietJet Air mengoperasi tiga pesawat serupa dari 80 buah pesawat untuk melayani angkutan udara di 130 rute. Tercatat lebih 100 juta penumpang yang dilayani mencakup tujuan-tujuan di seluruh Vietnam dan tujuan internasional seperti Jepang, Hong Kong, Singapura,Korea Selatan, Taiwan, daratan Cina, Thailand, Myanmar, Malaysia, Indonesia dan Kamboja. Sebagai maskapai yang mementingkan penumpangnya, Vietjet memberikan peluang untuk terbang di pesawat ramah lingkungan dengan pesawat barunya, lengkap dengan layanan baru, kenyamanan dan harga terjangkau.
Vietnam bagi wisatawan Indonesia, menawarkan wisata tak terlupakan dengan arsitektur kolonial Prancis yang indah dan peninggalan sejarah perang Vietnam yang kaya. Di Kota Ho Chi Minh, wisatawan akan menemukan surga makanan eksotis Vietnam. Wisata budaya nya pun menarik, mirip dengan budaya Nusantara. Jadi berbahagialah berwisata dengan penerbangan berteknologi ramah lingkungan, tanpa terbeban sebagai kontributor emisi karbon.*