JAKARTA, bisniswisata.co.id: Kerajaan Arab Saudi mulai serius menggarap sektor pariwisata sejak 2017. Tidak tanggung-tanggung, mereka berambisi untuk menjadikan sektor ini sebagai andalan dalam penyumbang pemasukan kas negara.
Mereka menargetkan pada 2030 pariwisata akan menyumbang 10 persen dari pertumbuhan ekonomi. Pengerjaan proyek bernilai miliaran dollar Amerika Serikat (AS) pun terus dikebut.
Salah satunya adalah resor mewah bernama Sharaan yang berlokasi di dalam Cagar Alam Sharaan di Gurun Al-Ula.
Hotel yang akan dibangun di bawah tanah ini berlokasi tak jauh dari Gurun Al-Ula yang merupakan situs warisan dunia UNESCO. Di sana masih ditemukan sisa-sisa Kota Nabataean. Orang-orang Nabataean menempati Gurun Arab antara abad kedua dan keempat SM. Di sini juga terdapat kota-kota seperti Petra di Yordania.
Pembangunan resor mewah ini merupakan upaya epik Saudi mengubah imej dari negara yang mengandalkan ekonomi dari minyak menjadi salah satu negara tujuan wisata utama di kawasan Timur Tengah.
Sharaan nantinya akan berisi 40 kamar dan tiga vila resor yang berada di tebing sehingga setiap suite memiliki balkon yang menghadap ke lanskap sekitarnya.
Untuk urusan aristektur bangunan, Saudi mempercayakan kepada aristek kenamaan Perancis, Jean Nouvel.
“Al-Ula adalah museum. Jadi setiap lereng, hamparan pasir dan bebatuan merupakan situs geologi dan arkeologi yang mendapat pertimbangan,” jelas Nouvel.
Desain hotel yang berhasil diperoleh CNN menunjukkan halaman eksterior terlihat ramping dan luas, kontras dengan interior yang kaya dan intim. Sang arsitek mengaku mendapat inspirasi dari Hegra, kota kuno yang melingkupi lokasi hotel.
Kota kuno yang merupakan situs UNESCO ini sejatinya merupakan kota selatan utama Kerajaan Nabatean. Di sana ada lebih dari 100 makam yang masih terawat dengan baik.
Bangunan yang luas tersebut terbuat dari susunan batu pasir yang mengelilingi kawasan perkotaan yang memiliki dinding yang kokoh.
Nouvel, sang arsitek yang juga bermimpi membangun Louvre Abu Dhabi, mengatakan desainnya bertujuan untuk melestarikan lanskap kuno.
“Setiap wadi [bahasa Arab yang artinya lembah] dan lereng curam, setiap hamparan pasir dan bebatuan, setiap situs geologi dan arkeologi layak mendapat pertimbangan terbesar,” katanya dalam sebuah pernyataan seperti dilansir CNN Travel.
Al-Ula adalah rumah bagi pegunungan batu pasir dan situs warisan yang menakjubkan, termasuk Hegra, yang dibangun kaum Nabataean – yang juga terkenal membangun kota kuno Petra di Yordania.
Sharaan rencananya akan dibuka untuk umum pada 2023. Di sana akan ada 40 kamar suite dan tiga vila resor. Pembangunannya sendiri diawasi ketat oleh Nouvel, bersama dengan Royal Commission for Al-Ula yang berdiri pada 2017. Komisi ini sengaja dibentuk untuk membantu mengembangkan dan mempromosikan wilayah tersebut.
Desain hotel ini mengikuti cara orang-orang Nabotean yang banyak mengandalkan cahaya dan bayangan dalam arsitektur. Itulah bentuk penghormatan sang arsitek kepada mereka.
Sebagian besar resor akan berada di dalam batu. Dalam gambar desain bangunan hotel terlihat bahwa cahaya matahari pada siang hari akan menjadi bagian integral.
Lift kaca bening akan disediakan untuk menurunkan para tamu masuk ke dalam permukaan batu dimana kamar-kamar berada. Cahaya matahari akan langsung masuk melalui teras terbuka ke kamar-kamar tersebut.
Arsiteknya menjamin bahwa keberadaan resor spektakuler ini dimaksudkan untuk melengkapi, bukan mengurangi, lanskap di sekitarnya. Nouvel juga mengatakan pihaknya bekomitmen untuk mengelola Sharaan secara berkelanjutan