RIAU, bisniswisata.co.id: Berselancar di sungai, mengapa tidak? Jika biasanya kita menyaksikan peselancar menaklukkan ombak di perairan sekitar pantai, di Riau ada sungai yang memiliki fenomena ombak bono.
Ketinggian ombaknya tak kalah menakjubkan. Banyak peselancar bahnkan secara khusus datang untuk bermain ombak bono di Sungai Kampar, Provinsi Riau.
Sekadar info, ombak bono adalah ombak besar di sungai atau dikenal sebagai fenomena bono yang terjadi karena ada pertemuan arus sungai menuju laut dan arus laut yang masuk ke sungai akibat air pasang. Bono sendiri dalam bahasa lokal artinya berani.
Pemerintah Kabupaten Pelalawan sudah sejak 2013 serius menggarap bono sebagai potensi pariwisata. Mereka rutin menggelar event tahunan, International Bono Surfing Festival serta Bekudo Bono.
Ketenaran bono Sungai Kampar semakin mendunia saat pada September 2010, peselancar dunia sekaligus penulis buku panduan berselancar terkemuka Antony Colas, menulis ulasan di World Stormrider Guide.
Kala itu, Colas dibuat tercengang dengan gulungan besar ombak bono di sungai yang mirip dengan ombak di laut. Bedanya, ombak tinggi ini mampu bertahan hingga sejauh 50 km, begitu tulis Colas dalam ulasannya.
Dilansir dari Indonesia.go.id, Ombak Bono di Sungai Kampar dapat mencapai ketinggian 4-5 meter. Namun semakin jauh dari muara, ombaknya semakin mengecil menjadi al kelbih dari 70 sentimeter hingga 1 meter.
Ombaknya bergerak dari Desa Pulau Muda ke Desa Teluk Meranti dan Tanjung Mentagor yang berjarak 50-60 kilometer. Kecepatan rata-ratanya sekitar 40 km per jam.
Fenomena ini tidak terjadi setiap saat. Ia hanya muncul saat bulan purnama yakni antara Oktober hingga Desember. Itulan bulan-bulan dimana curah hujan tingga sehingga meningkatkan debit air Sungai Kampar. Selain itu, ombak bono juga dapat kita saksikan pada Februari hingga Maret.
Uniknya, ombak besar ini mengalir berlawanan dengan arus sungai. Panjang ombak bono pun bisa mencapai 200 meter hingga 2 kilometer, mengikuti lebar sungai.
Sekadar informasi, panjang Sungai Kampar mencapai 413 kilometer dengan hulu di Kabupaten Lima Pulih Kota (Sumatera Barat) dan bermuara di Selat Malaka.
Ada legenda yang beredar di masyarakat melayu lama terkait fenomena ombak bono. Mereka menganggapnya sebagai perwujudan tujuh hantu yang kerap menghancurkan sampan maupun kapal yang melintasi Sungai Kampar.
Tujuh hantu itu diwujudkan dalam bentuk tujuh jenis gulungan ombak mulai dari gulungan ombak terbesar di bagian depan, diikuti enam gulungan ombak di belakangnya dengan tinggi lebih kecil. Ombak besar bono sangat ditakuti masyarakat lokal karena kerap menimbulkan dampak yang sangat destruktir.
Ia bisa menyebabkan erosi di wilayah sempadan Sungai Kampar. Air yang melimpah ke daratan tak jarang merendam permukiman warga hingga setinggi satu meter. Bukan itu saja, gelombang besar bono bisa menyebabkan perahu nelayan terbalik.
Untuk menghadapinya, masyarakat kerap mengadakan upacara adat saat pagi atau siang hari dipimpin tetua adat.
Selain itu, ombak bono kerap dijadikan ajang uji nyali pendekar Melayu pesisir sebagai ajang meningkatkan keahlihan bertarung mereka.
Bagi yang tak memiliki hobi berselancar, menikmati deru ombak bono juga tak kalah seru. Fenomena alam ini dapat disaksikan di Desa Teluk Meranti dekat muara Sungai Serkap (anak Sungai Kampar) atau di Desa Pulau Muda.
Di kedua desa ini biasanya masyarakat akan mendaki beberapa bukit kecil agar bisa melihat ombak bono yang datang bergulung-gulung menuju daratan di sekitar.
Untuk menuju ke lokasi bono Sungai Kampar kita bisa melakukan perjalanan darat selama empat jam dari Pekanbaru. Kemudian perjalanan dilanjutkan menggunakan kapal cepat (speedboat) menuju Desa Teluk Meranti atau Desa Pulau Muda.