JAKARTA, bisniswisata.co.id: Seiring dengan ‘keluar’nya banyak negara dari era lockdown, perilaku kita disesuaikan dengan mempersiapkan diri di era New Normal. Kita bahkan tidak tahu pasti kaoan sebenarnya era New Normal tanpa ada ancaman COVID-19 akan dimulai.
Apakah kita perlu membiarkan harapan tinggi pada vaksin hingga menghalangi kita untuk menemukan solusi hidup yang sedekat mungkin dengan kehidupan normal atau bisa dibilang siap hidup berdampingan dengan COVID-19?.
Dilansir dari Traveldailynews.com, laporan ini intinya mempertanyakan apakah sektor Meeting Incentive Conference & Exhibition ( MICE) lebih siap mengenali resiko dari infeksi penularan dan penerapan kembali lockdown jika harus terjadi.
Pada 30 Juli, UNWTO melaporkan bahwa 40% tujuan telah mengurangi pembatasan perjalanan. Di waktu yang sama, WHO mengeluarkan tata cara untuk melanjutkan perjalanan serta pernyataan agaknya larangan perjalanan tidak dapat identifikasi bisa dilakukan selamanya.
Saat ini kita berada dalam masa transisi dimana kegiatan ekonomi harus kembali berjalan ditengah-tengah COVID-19. Fase ini akan berlangsung hingga tersedianya vaksinasi secara meluas, mungkin setelah tahun 2022 dimana kehidupan New Normal tanpa virus dimulai.
Organisasi Asosiasi Pengangkutan Udara Internasional atau disebut International Air Transport Association ( IATA) pada Juli 2020 melaporkan bahwa jumlah penumpang pada 2020 turun 55%, ke level 2006, dan bisa jadi tidak pulih ke level tahun 2019 hingga empat tahun ke depan atau baru pada 2024.
STR, pada Juni 2020 memprediksi bahwa pendapatan hotel di Amerika Serikat per jumlah kamar yang tersedia (RevPAR) kemungkinan tidak akan kembali ke level 2019 sebelum 2023.
Lalu lintas udara dan permintaan hotel adalah indikator luas untuk sektor pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran (MICE). Pemulihan penuh sektor MICE tampaknya tidak mungkin terjadi sebelum 2024.
Laju dan tingkat pemulihan akan bervariasi menurut wilayah dan segmen bisnis. Pasar negara berkembang dengan tren pertumbuhan yang kuat diharapkan pulih lebih awal.
Pasar MICE domestik akan kembali sebelum internasional, dan segmen rekreasi juga akan mendahului segmen bisnis mengingat krisis saat ini belum pernah terjadi sebelumnya dan masih terus berkembang, bahkan periode pemulihan total juga tetap belum pasti
Periode Lockdown
Saat sejumlah negara di dunia menerapkan lockdown untuk menyetop penyebaran virus terutama pada Maret hingga Mei setelah pandemi COVID-19 diumumkan dan memicu penguncian gglobal.Maka terjadilah penutupan perbatasan dan sebagian besar aktivitas ekonomi.
Di banyak negara, aktivitas non-esensial berhenti hingga 4 bulan. Banyak jam malam yang diberlakukan. Krisis masa lalu terbatas pada segmen dunia yang lebih kecil. Tapi kali ini tidak ketika 6 April 2020, organisasi keseharan dunia WHO melaporkan bahwa 96% dari semua tujuan di seluruh dunia telah memberlakukan pembatasan perjalanan.
IATA melaporkan penurunan 94% lalu lintas udara untuk April 2020. Banyak negara maju dan negara berkembang tetap terkunci karena COVID-19 meningkat. Tempat- tempat di seluruh dunia ditutup dan banyak yang diubah menjadi pusat karantina, pusat pengujian, atau rumah sakit sementara.
“Tahap Transisi”
Banyak negara saat ini sudah berada pada tahap kedua dan melakukan pembukaan kembali daerah perbarasannya. Tidak hanya di negara-negara yang telah menekan penyebaran COVID-19 tetapi juga negara-negara dengan kasus aktif masih tinggi bahkan dengan risiko infeksi gelombang kedua dan kemungkinan lockdown ulang juga telah membuka diri.
Bulan Juni menandai pelonggaran skala luas dalam pembatasan yang memungkinkan aktivitas pasar domestik di banyak negara. Di bulan yang sama, beberapa destinasi mulai membuka pasar regional.
Di bulan Juli, UNWTO melaporkan bahwa 40% destinasi mengurangi pembatasan perjalanan, naik dari 22% di bulan Juni. Dari 87 negara yang melonggarkan pembatasan perjalanan, empat sepenuhnya mencabut semua pembatasan perjalanan yaitu Albania, Maladewa, Serbia dan Tanzania.
Meski demikian, sedikitnya 115 negara tujuan termasuk Australia, Kanada dan India terus menutup perbatasan mereka sepenuhnya.
Pembukaan bertahap sebagian besar dikaitkan dengan musim panas di belahan bumi utara yang dipimpin oleh pembukaan perbatasan di Uni Eropa pada 1 Juli 2020.
Eropa memimpin pembukaan dengan 41 negara, di susul 20 negara di benua Amerika, 13 negara di Afrika, 10 negara di Asia-Pasifik, dan 3 negara di Timur Tengah.
China dan AS adalah negara-negara dengan basis domestik yang kuat memimpin paket pemulihan dengan tingkat hunian hotel per mingguan masing-masing hingga 55% dan 48% pada akhir Juli. STR melaporkan daerah lain hampir 20%.
Hotel-hotel AS cenderung lebih mengandalkan bisnis MICE daripada di Asia Pasifik di mana pasar rekreasi lebih dominan. Tanpa bisnis grup ini, pemulihan hotel AS akan sulit stabil.
Jika 87 negara mengelola perjalanan skala besar tanpa peningkatan kasus COVID-19 yang signifikan, hal itu akan sangat membantu dalam menciptakan kepercayaan konsumen yang diperlukan untuk pemulihan sejati. Sebaliknya, jika terjadi lonjakan kasus berisiko maka akan mengalami kemunduran besar.
Pemulihan hotel dipimpin oleh kategori non-mewah dengan puncak rekreasi domestik pada akhir pekan. Pemulihan perjalanan perusahaan telah dimulai di beberapa pasar, tetapi banyak rapat kecil tidak akan kembali dari platform virtual yang diadopsi selama masa lockdown
Pemulihan sektor MICE dipimpin oleh aktivitas domestik. Protokolnya mencakup peserta melakukan registrasi (pendaftaran) tanpa kontak, pemindaian termal, pemakaian masker wajah, peningkatan kebersihan, dan penerapan jaga jarak sosial secara ketat.
Soal jarak sosial lebih mudah ditangani dengan aktivitas pameran daripada konferensi. Dengan virus yang terkendali, China, Korea, Taiwan, Hong Kong dan Jerman memimpin kembalinya acara skala besar dengan pameran dan acara pemerintahan
Banyak acara telah beralih ke format virtual atau hibrid dalam jangka pendek. Pentingnya digitalisasi dan fleksibilitas tempat telah meningkat. Acara multi-lokasi di mana acara tatap muka di lokasi regional berbeda terhubung secara online untuk membentuk acara global yang lebih besar sedang berkembang. Ini menarik dalam fase saat ini karena peserta kurang percaya diri untuk perjalanan dan pertemuan besar.
New Normal telah digambarkan sebagai pandemi sekali dalam satu abad. Kondisi ini telah menantang kita untuk mengevaluasi ulang sepenuhnya bagaimana kita berpikir, hidup dan bekerja.
Masih ingat Serangan teror 9/11 di AS yang menyebabkan perubahan dramatis dalam sikap terhadap keselamatan, keamanan dan privasi. Sedangkan COVID-19 memiliki dampak dramatis pada geopolitik, teknologi, dan sikap sosial.
Teknologi telah terbukti fundamental untuk mengatasi gangguan ini. Didorong untuk lebih mempersiapkan diri menghadapi pandemi atau ancaman biosekuriti, maka banyak organisasi akan berusaha untuk memperkuat kesigapan dan ketahanan keamanan.
Ada hubungan yang kuat antara tingkat pengangguran dan permintaan hotel. Itulah sebabnya semua akan menghadapi kenyataan dan pada titik tertentu, perilaku konsumen akan bergantung pada faktor ekonomi, bukan kesehatan. Kalau banyak warga dunia menganggur maka permintaan hotel akan turun dengan sendirinya.