NASIONAL

Riset: Wisatawan Prioritaskan Kemudahan Ketimbang Harga

JAKARTA, bisniswisata.co.id: Survei Travelport Global Digital Traveler Research 2019 yang mendapat respon positif sebanyak 23 ribu responden di 20 negara, termasuk Indonesia, menemukan banyak wisatawan saat ini semakin memprioritaskan kemudahan, dibandingkan permasalahan harga. Ini terlihat dari hasil riset yang menemukan hanya 18% responden yang memesan tiket pesawat berdasarkan harga tiket pesawat.

Untuk semua kategori usia, saat memesan tiket penerbangan, wisatawan biasanya ingin mempersonalisasi pengalaman mereka sendiri (42%) melalui tambahan berupa extra legroom (tempat duduk yang lega), tambahan bagasi dan peningkatan menu makanan.

Ada sekitar 24% wisatawan yang lebih suka menerima penawaran yang bisa dipercaya (berkualitas), seperti Flexi (fleksibel) dan Saver (lebih hemat), untuk memenuhi tingkat kebutuhan personalisasi dasar.

Menurut Chief Customer and Marketing Officer Travelport Fiona Shanley, wisatawan juga seorang konsumen. “Mereka ingin merasakan pengalaman solusi digital secara sederhana dan menarik dari penyedia jasa perjalanan dan agen travel,” ujarnya.

Ada sekitar 71% dari wisatawan yang saat ini menganggap penting sebuah maskapai penerbangan menawarkan pengalaman digital yang baik ketika memesan tiket penerbangan (naik 3% dibandingkan 2018). Selain itu, ada 58% yang juga mempertimbangkan hal ini ketika memilih akomodasi (naik 7% dibandingkan 2018).

Saat merencanakan sebuah perjalanan, sebanyak 77% wisatawan telah meninjau video dan foto yang diposting oleh agen perjalanan di media sosial. Ada 36% dari wisatawan Gen Y yang saat ini ‘hampir selalu’ melakukan hal ini dalam proses pencarian. Facebook dinilai sebagai platform media sosial yang paling berpengaruh oleh semua kelompok umur kecuali Gen Z yang menempatkan Instagram sedikit lebih berpengaruh daripada Facebook

Bagi Fiona, penelitian terbaru dari Travelport secara global menunjukkan bahwa teknologi adalah kunci. “Mulai dari menyajikan penawaran yang relevan dan dipersonalisasi hingga memberikan proposisi yang menarik dari sumber terpercaya,” tutupnya.

Ditempat terpisah Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI) Prof. Azril Azahari mengakui membenarkan bahwa digital traveler akan semakin tinggi dalam pelayanannya selama melancong, karena millenials seperti Mobile payment bahkan memunculkan Travel Lifecycle. Mulai dari Planning – Booking – The Journey – hingga sampai destinasi selalu menjadi perhatian serius.

“Millennials beranggapan bahwa “Technology is key to their traveling and their travel experience”. Namun jangan lupa bahwa traveling juga membutuhkan “Best Experience” yang Uniqueness dan authentic yang sangat beda dari tempat asalnya,” ungkapnya serius.

Dilanjutkan, wisatawan asing selalu mencari sesuatu yang unik dan otentik yang tidak dijumpainya di negara asalnya. Mereka mencari Daya Tarik, sehingga membuat mereka merasa tenang “Serenity”. “Jadi disamping membutuhkan “High tech”, ternyata travellers juga sangat membutuhkan “High Toucgh” agar mendapatkan “Best Experrience. Ini yang harus dipahami oleh kalangan industri pariwisata termasuk pemerintah,” tandasnya.

Karena itu, lanjut dia, kita harus mempelajari dengan baik pergeseran paradigma pariwisata terutama pada perilaku Wisatawan (Tourist Behavior) sehingga membentuk “Travel Lifecycle “. “Nah, pergeseran pola wisatawan akan bergerak mengikuti pergeseran “SHIFTING TOURISM PARADIGM dunia yang sudah dimulai sejak tahun 2010. Jika kita tidak mengikuti dan memahami pergeseran itu, maka pemerintah akan tertinggal (atau ditinggal) oleh para turist asing. Ini yang harus dipahami,” sarannya. (end)

Endy Poerwanto