DAERAH NEWS

Indonesia Rawan Bencana, Imbasnya ke Pariwisata

JAKARTA, bisniswisata.co.id: DATA Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sejak Januari hingga April 2019 terjadi sebanyak 1.586 bencana yang terjadi, dengan menelan korban jiwa dan hilang mencapai 438 orang. Sejumlah kejadian itu, 98% merupakan bencana hidro-meteorologi seperti banjir, longsor, dan puting beliung.

Indonesia juga merupakan kawasan rawan terhadap potensi bahaya. Pasalnya, Indonesia memiliki 500 gunung api, dengan 127 di antaranya merupakan gunung api aktif. Bahkan siklus gempa yang memiliki periode berbeda tetapi tidak dapat diprediksi secara tepat waktu kejadiannya, seperti yang pernah terjadi di Aceh, Jakarta, serta Palu.

“Yang ada patahan ini adalah daerah-daerah yang indah pariwisatanya. Suka tidak suka, senang tidak senang, ini wajah wilayah kita,” ungkap Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo dalam siaran pers yang diterima bisniswisata.co.id, Senin (6/5/2019).

Dilanjutkan, bencana merupakan capital shock yang menggerus jumlah modal dan nilai modal fisik secara signifikan. Contohnya, tsunami di Selat Sunda pada 22 Desember 2018, menyebabkan kerugian hingga ratusan miliar.

Bencana tersebut juga menyebabkan efek domino seperti pembatalan kunjungan wisatawan hingga 10 persen. Sebelum terjadi tsunami, tingkat hunian hotel dan penginapan di kawasan wisata Anyer, Carita, dan Tanjung Lesung mencapai 80 – 90 persen.

Karena itu, sambung Doni, dunia pariwisata harus memahami penanggulangan bencana seperti tren bencana yang meningkat. “Ini bisa dijadikan refleksi untuk pengelolaan pariwisata untuk beradaptasi dengan perubahan ini,” papar Doni.

Diakui, industri pariwisata memberikan total nilai devisa nasional hingga Rp 190 triliun pada tahun 2018. Jumlah ini menempatkan pariwisata pada posisi kedua, setelah penerimaan devisa hasil ekspor kelapa sawit mencapai Rp 239 triliun.

“Pariwisata merupakan lokomotif pertumbuhan ekonomi nasional. Memang industri pariwisata sangat terimbas dengan peristiwa alam itu. Namun demikian masih dapat terus dikembangkan mengingat keindahan wilayah nusantara yang luar biasa,” tandasnya.

Doni berharap peristiwa alam diharapkan tidak mengganggu sektor pariwisata. Dengan kondisi tersebut, BNPB mengharapkan para pelaku industri pariwisata untuk menekankan perlunya upaya-upaya seperti pencegahan dan mitigasi. Juga, perlu kesiapsiagaan bencana sektor perhotelan dengan menerapkan pariwisata yang berkelanjutan.

“Perlu menekankan upaya-upaya seperti pencegahan dan mitigasi. Kenali ancamannya, siapkan strateginya serta siap untuk selamat,” ungkapnya.

Selain itu, pelaku pariwisata memiliki peran penting dalam penanggulangan bencana. Melalui upaya prabencana, pengelola pariwisata dapat memberikan informasi kepada wisatawan atau pun melatih kesiapsiagaan para pekerjanya. Para pelaku pariwisata perlu melakukan upaya mitigasi vegetasi terhadap hotel atau penginapan di dekat kawasan pantai, seperti penanaman pohon yang berfungsi mengurangi dampak tsunami,” ujarnya. (redaksi@bisniswisata.co.id)

Endy Poerwanto