Pantai biru di Maldives yang sempurna (foto: absolutely London)
MALADEWA, bisniswisata.co.id: Sekitar 500 pelancong masih terjebak di Maldives atau dalam bahasa Indonesia, Maladewa – negera kepulauan di Samudera Hindia yang terkenal dengan resor mewahnya. Menteri Pariwisata Ali Waheed kepada CNN mengatakan 100 orang di antaranya bahkan terpaksa tinggal di bandara karena sudah tak sanggup lagi membayar biaya penginapan di resor.
Mereka terjebak sejak sebulan lalu saat kasus pertama virus Corona ditemukan di Republik Maladewa, negara kecil dengan rangkaian 26 atol seluas 90 km2 itu. Dua kasus virus corona pertama dikonfirmasi pada 8 Maret. Beberapa hari kemudian, tepatnya pada 12 Maret, Menteri Kesehatan setempat mengumumkan keadaan darurat kesehatan masyarakat.
“Kami percaya mereka ini seperti halnya penduduk lokal, sama-sama membawa negara ke keadaan sekarang,” ujar Waheed.
Data terakhir yang dirilis Kementerian Kesehatan menunjukkan ada 468 kasus Corona di pulau yang mendapat kemerdekaan dari Inggris pada 1965 itu. Dari jumlah tersebut, 17 pasien dinyatakan pulih, sementara seorang meninggal dunia.
Popularitas Maldives sebagai lokasi tujuan untuk berlibur terus menanjak belakangan ini. Meski dianggap mahal, negara kepulauan yang berada di barat daya India ini selalu masuk dalam daftar wajib kunjungan para pelancong dari berbagai belahan dunia.
Pantai biru yang sempurna serta ketersediaan resor-resor mewahnya makin melambungkan nama negara yang berada di urutan 10 sebagai negara terkecil di dunia itu. Jumlah penduduknya (menurut sensus 2006) hanya 100.000 lebih sedikit. Tercatat ada 1.192 pulau di sana dengan rata-rata dihuni 200-an orang.
New York Times (NYT) awal April lalu melaporkan kisah sepasang pengantin baru yang terjebak dan terpaksa menghabiskan bulan madu tanpa tahu kapan berakhir.
“Tak ada lagi tempat untuk pergi. Pasangan itu bak penguasa yang baik, sekaligus merupakan tawanan di pulau itu. Hari-hari panjang mereka lewati dengan bermalas-malasan: tidur, snorkeling, bersantai di pinggir kolam, dan terus menerus berulang,” tulis NYT.
“Semua orang mengatakan mereka ingin terjebak di pulau tropis, sampai Anda betul-betul merasakannya,” kata Olivia De Freitas, salah seorang pasangan itu seperti dilansir NYT. “Itu hanya terdengar bagus jika Anda tahu bisa meninggalkannya kapan saja.”