JAKARTA, bisniswisata.co.id: Mau menurunkan berat badan dengan cepat ? coba tanya pada Prabu Revolusi, yang belum genap dua minggu jadi Staf Khusus Komunikasi sekaligus Juru Bicara Kemenparekraf/Baparekraf.
” Berat badan saya sudah turun 5 kg, ternyata pekerjaannya nggak brenti-brenti,” katanya sambil tertawa saat diskusi bertajuk Jurnalisme Pariwisata di Era New Normal yang berlangsung di Hotel Millenium, Jakarta, Jumat (20/11/2020). Psrnyataannya langsung disambut tawa gerr… dari anggota Forum Wartawan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ( Forwaparekraf).
Wajah Prabu Revolusi langsung merespons ceria. Begitu jadi staf khusus dan juru bicara Kemenparekraf, namanya sempat ramai di WAGrup Forwaparekraf karena salah sebut namanya jadi Prabu Siliwangi yang memerintah Kerajaan Sunda Galuh selama 39 tahun (1482-1521).
Pemilik nama lengkap Prabunindya Revta Revolusi yang lahir di Bandung pada 16 Juni 1980 ini bercerita penunjukkannya memang terasa cepat karena tiba-riba diundang datang ke gedung Sapta Pesona dan ditemui tiga tokoh utama sekaligus yaitu Mas Mentri nama akrab Menparekraf Whisnutama Kusubandio, Mbak Wamen Angela Tanoesoedibyo serta Sesmen Ni Wayan Giri Adyani.
Bagi penonton setia televisi, wajah Prabu Revolusi tentunya familiar karena dia tergabung di CNN Indonesia sebagai Senior News Anchor dan Head of Anchors sejak tahun 2015 yang tayang di Trans TV.
Dengan gayanya yang khas dan berwibawa saat membawakan berita, Prabu sukses membuat program berita tersebut menjadi semakin menarik. Suami dari aktris cantik Zee Zee Shahab ini Juni lalu telah berusia 40 tahun dan menjadi ayah dari dua anak.
Sebelumnya, Prabu juga sempat menjadi pembawa berita di Trans TV dan di Metro TV. Salah satunya adalah program berita yang bertajuk “Editorial Media Indonesia”. Jadi penugasannya sebagai jubir dan staff khusus Mas Menteri yang juga orang media diharapkan bisa klop dan langsung ‘lari’.
Apalagi pria multi talenta ini juga dosen di dua universitas swasta di Jakarta. Prabu mengampu mata kuliah yang sesuai dengan jurusannya, yaitu komunikasi, di samping juga menjadi pebisnis sebagai pengusaha kuliner, jasa pendukung sektor pariwisata.
Kepiawaiannya memasak di dapat dari sang ayah yang juga pandai memasak. Oleh sebab itulah mengapa Prabu memutuskan untuk berbisnis di bidang kuliner. Dia membuka resto bernama Fusion Steak, yaitu resto yang menyediakan berbagai menu steak dan juga kopi kekinian.
Nah sampai disini tak heran kan mengapa Prabu tiba-tiba ‘ngantor’ di Gedung Sapta Pesona. Soalnya sejak mendapat instruksi dari RI satu agar beberapa Kementrian memerlukan juru bicara, Mas Mentri langsung memanggil Prabu Siliwangi eh Revolusi…..
“Teman-teman, mulai hari ini saya akan menjalankan tugas sebagai Staf Khusus dan Juru Bicara di @kemenparekraf.ri. Berharap sekali dukungan dari sahabat2 agar saya bisa jalanin tugas ini dengan baik,” tulisnya di akun Instagram @praburevolusi. ( 10/11/2020).
Singkat cerita Prabu mengaku langsung luluh hatinya ketika sang senior, Mas Mentri menceritakan bagaimana terpuruknya sektor pariwisata Indonesia dan dunia akibat pandemi global COVID-19 ini. Parahnya perkiraan pemulihannya nanti juga paling belakangan dari sektor lain.
Oleh sebab itu kegiatan perdananya bersama Forwaparekraf sekaligus menjadi sarana silaturahim dan kerjasama awal untuk menghadapi tantangan bersama dan musuh bersama si virus Corona.
Prabu Revolusi mengatakan, saat ini terdapat dua tantangan yang dihadapi media. Yakni era media baru dan New Normal. Desakan teknologi digital memberikan dorongan perubahan pada konsep ruang berita yang lebih tech savvy dan inklusif. Sementara New Normal akibat pandemi COVID-19 memaksa terjadinya disrupsi jurnalistik lebih cepat.
“Ruang kolaborasi yang lebih kuat inilah yang nantinya akan kita terus bangun dengan media sehingga perspektif publik terhadap policy (kebijakan) pemerintah jadi semakin terbuka,” kata Prabu Revolusi.
Saat ini adanya Forwaparekraf memungkinkan membuat yang disebut Collaboration Newsroom. bisa saja Semua anggota Forwaparekraf memasukkan berita wisatanyanya ke satu newsroom sehingga wartawan bisa lebih kreatif mengembangkan berita-berita pariwisata.
Fungsi pers untuk memberikan apresiasi ataupun kritisi juga bisa dioptimalkan. Jurnalisme penjaga atau yang lebih dikenal Watchdog Journalism ditingkatkan karena dalam UU Nomor 40 tahun 1999 pasal 22 tentang pers, fungsi dari pers yaitu sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, kontrol sosial, dan juga menjadi lembaga ekonomi atau bisnis.
Nah, dalam fungsi kontrol sosial tersebut terdapat makna demokratis di mana di dalamnya terdapat unsur-unsur berupa: Social Participation (keikutsertaan rakyat dalam pemerintahan); Social Responsibility (pertanggungjawaban pemerintahan terhadap rakyat); Social Support (dukungan rakyat terhadap pemerintah); dan juga Social Control (pengawasan terhadap tindakan pemerintah dan masyarakat). Kerenkan ?.
Prabu lalu menerangkan lagi apa yang disebut News Commerce Platform. Di era digital ini semua orang bisa menjadi wartawan ( Citizen journalism). ” Kalau dulu namanya kontributor, penghasilannya lebih tinggi dari wartawan resmi media yang dipasok beritanya,” kata Prabu.
Menjadi independent journalist saat ini lebih menggiurkan dan mereka yang sudah punya nama tinggal datang ke News Outlet atau media yang mau membiayai gagasan dan liputannya sehingga dia bisa menghasilkan karya sesuai passion.
Prabu yang akrab dengan dunia fotografi juga mengingatkan lahirnya Prosumer Jounalist yang akrab dengan media sosial, membuat riview, vlog, video apalagi sekarang ini peralatan yang mendekatkan produsen (produser) dan konsumen ( consumer) juga tersedia.
Kamera prosumer misalnya adalah kamera yang memiliki dua nilai sekaligus yaitu untuk para profesional layaknya DSLR dan untuk orang awam layaknya kamera pocket. Dari sana, maka sudah terlihat jelas kalau kamera prosumer menjadi kamera 2-in-1.
” Intinya diperlukan penyesuaian pola ataupun medium komunikasi agar informasi dan layanan publik tetap berjalan dengan baik dan Forwaparekraf juga dapat meningkatkan kolaborasinya,” kata Prabu.
Kepala Biro Komunikasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Agustini Rahayu yang sengaja menggelar kegiatan ini untuk memperkenalkan jubir Prabu mengatakan acara ini sekaligus silaturahinisetelah 8 bulan aktivitas daring. Tentu saja berkumpul dengan protokol kesehatan yang ketat.
“Setelah penunjukkan saya sebagai Kabiro Humas disusul langsung dengan pandemi COVID karena itu kita baru bisa jumpa sekarang,” kata wanita yang akrab disapa Ayu.
Dalam situasi pandemi COVID-19 yang membuat pergerakan masyarakat jadi terbatas, Ayu mengatakan pihaknya berupaya memberikan pelayanan publik yang prima bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi tentang kepariwisataan dan ekonomi kreatif.
Lahirlah beberapa layanan publik yang lahir diera pandemi seperti layanan call center melalui WA danbtask force serta website www.wonderfulimage.id agar publik bisa mengakses foto-foto keindahan Indonesia, ada Pesona E-Magz dan E-sadarparekraf.
” Kalau para senior dan pemerhati pariwisata minta kita mengaktifkan crisis center dimasa pandemi dengan struktur baru Biro Humas kami punya ‘mbak’ TIWI, singkatan dari Thoughtful Wonderful Indonesia yang menjawab pertanyaan 24 jam dengan memanfaatkan tekhnologi artificial intelligent ( AI),” kata Ayu.
“Mbak TIWI itu dapat memberikan layanan informasi dan pengaduan publik selama 24 jam dan terintegrasi dengan sistem lain yang ada di biro komunikasi,” jelasnya sambil menjelaskan Mbak TIWI memang maskot sosok wanita muda.
Pihaknya melakukan penyesuaian pola komunikasi terhadap masyarakat dan tidak terkecuali media sebagai salah satu mitra penting Biro Komunikasi dalam menyampaikan kebijakan dan program kementerian dalam upaya membangkitkan kembali sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
Soal membentuk satuan tugas (task force) sejauh ini berjalan sebagai jembatan komunikasi bagi media untuk mendapatkan informasi tentang program ataupun kebijakan yang dijalankan Kemenparekraf maupun Baparekraf.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut, Sekretaris Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Sekretaris Utama Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Ni Wayan Giri Adnyani dan Ketua Forwaparekraf Johan Jhony Sompotan.
Ni Wayan Giri Adnyani dalam kesempatan tersebut menyampaikan terima kasih atas dukungan yang selama ini diberikan media, khususnya Forum Wartawan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Forwaparekraf) sebagai salah satu unsur dalam pentahelix untuk berkolaborasi dengan pemerintah.
“Kemenparekraf/Baparekraf sudah mengeluarkan panduan kesehatan berbasis CHSE. Kami memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya atas dukungan media selama ini dan tentunya berharap dukungan ini dapat terus berlanjut ke depan. Tentunya tanpa mengurangi peran media menjalankan fungsinya sebagai alat kontrol sosial,” kata Ni Wayan Giri Adnyani.
Prabu Revolusi mengatakan memang banyak sekali hal-hal yang harus dikomunikasikan ke publik setelah adanya pandemi ini. ementparekraf punya banyak program untuk disosialisasikan terkait event hingga protokol kesehatan.
“Banyak banget program-program di kementerian yang belum muncul ke publik ya. Saat ini saya diminta oleh mas Menteri dan mbak Wamen untuk bisa mengkurasi program-program di kementerian dan kemudian kita komunikasikan ke publik. Itu jadi tugas saya sekarang ini,” jelasnya.
Dia juga tidak menyangka bahwa Mas Tama dan Mbak Angela bekerja hingga larut malam lebih dari orang “swasta”. Entah apakah dengan jabatan barunya ini Prabu Revolusi yang belakangan bermain film seperti Serigala Langit, bersama dengan Deva Mahendra dan sejumlah aktor lainnya masih bisa menyalurkan bakatnya itu.
Ayah dari Kaisar Prabuditya Putra Revolusi dan Fauzi Khaleev Putra Revolusi ini pastinya harus menyamakan langkah dengan para seniornya itu dan mengikhlaskan sebagian besar waktunya untuk berbakti pada negara dulu.